Mencetak Santri Jadi Pemimpin yang Amanah Dunia Akhirat
Rabu, 06 Mei 2020 - 05:55 WIB
Tohir muda juga pernah nyantri di Ponpes Tebuireng Jombang, Rejoso Jombang, Peterongan Jombang, serta Pesantren Tremas, Pacitan. Selain dikenal sebagai dai atau mubaligh, Tohir juga seorang politisi.
Pada tahun 1946-1949, Tohir yang kelahiran 9 September 1927 tersebut, menjadi anggota DPRD Masyumi di Blitar. Sudah menjadi menantu Kiai Mansyur, Tohir yang juga Dosen IAIN Yogyakarta (1969), masuk Golkar di tahun sama (1969) dan terpilih sebagai anggota DPR RI Fraksi Golkar tahun 1977.
Saat itu dia pertama kali sekaligus satu satunya anggota DPR RI Golkar dari wilayah Blitar. "Mbah Tohir itu seorang negosiator ulung. Masuknya beliau di Partai Golkar tidak lepas dari strategi kalangan pesantren untuk tujuan Orba tidak terus menerus memusuhi NU," kata Gus Udin.
Aktif sebagai anggota Dewan Pembina Golkar Pusat, dan bertempat tinggal di Jakarta, karir Tohir Wijaya terus meroket. Dalam waktu yang sama Tohir Wijaya juga menjabat Ketua Gabungan Usaha Perbaikan Pendidikan Islam (GUPPI), Ketua Umum Majelis Dakwah Islam (MDI) mulai tahun 1978 selama dua periode berturut turut.
Kemudian juga menjadi Ketua Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila yang berdiri tahun 1983, dengan Presiden Suharto dan Ibu Tien sebagai salah satu anggota pengurusnya. Karir politik Kiai Tohir Wijaya membuat pesantren Al Kamal ikut terimbas.
Pada era itu (Orde baru), seingat Gus Udin banyak pejabat penting selevel menteri, bahkan Wakil Presiden, datang ke Blitar untuk mengunjungi Ponpes Al Kamal. Nama-nama yang masih dia ingat, mulai Adam Malik, Sudharmono, Try Sutrisno, Akbar Tanjung, Harmoko, dan Cosmas Batubara.
Gus Udin juga ingat, disaat listrik di wilayah barat Kabupaten Blitar belum ada, pada tahun 1982 Desa Kunir lebih dulu terpasang listrik. Begitu juga dengan jaringan telpon. Saat itu Ponpes Al Kamal satu satunya di Blitar.
"Pengaruhnya, pesantren semakin bertambah besar. Meskipun tidak sedikit yang memandang Al Kamal terkooptasi Golkar," jelas Gus Udin.
Tidak hanya jumlah santri yang melambung. Yakni dari dulu hingga saat ini berada di kisaran angka 3.000 lebih dan berasal dari mana-mana, termasuk luar Jawa.
Kiprah Kiai Tohir Wijaya di dunia politik juga mempengaruhi spirit pendidikan Al Kamal. Apalagi di Jakarta, yakni di kawasan Kebon Jeruk, Kiai Tohir Wijaya yang berkongsi dengan Sudharmono dan sejumlah elit Orba, juga mendirikan Ponpes Terpadu Al Kamal.
Pada tahun 1946-1949, Tohir yang kelahiran 9 September 1927 tersebut, menjadi anggota DPRD Masyumi di Blitar. Sudah menjadi menantu Kiai Mansyur, Tohir yang juga Dosen IAIN Yogyakarta (1969), masuk Golkar di tahun sama (1969) dan terpilih sebagai anggota DPR RI Fraksi Golkar tahun 1977.
Saat itu dia pertama kali sekaligus satu satunya anggota DPR RI Golkar dari wilayah Blitar. "Mbah Tohir itu seorang negosiator ulung. Masuknya beliau di Partai Golkar tidak lepas dari strategi kalangan pesantren untuk tujuan Orba tidak terus menerus memusuhi NU," kata Gus Udin.
Aktif sebagai anggota Dewan Pembina Golkar Pusat, dan bertempat tinggal di Jakarta, karir Tohir Wijaya terus meroket. Dalam waktu yang sama Tohir Wijaya juga menjabat Ketua Gabungan Usaha Perbaikan Pendidikan Islam (GUPPI), Ketua Umum Majelis Dakwah Islam (MDI) mulai tahun 1978 selama dua periode berturut turut.
Kemudian juga menjadi Ketua Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila yang berdiri tahun 1983, dengan Presiden Suharto dan Ibu Tien sebagai salah satu anggota pengurusnya. Karir politik Kiai Tohir Wijaya membuat pesantren Al Kamal ikut terimbas.
Pada era itu (Orde baru), seingat Gus Udin banyak pejabat penting selevel menteri, bahkan Wakil Presiden, datang ke Blitar untuk mengunjungi Ponpes Al Kamal. Nama-nama yang masih dia ingat, mulai Adam Malik, Sudharmono, Try Sutrisno, Akbar Tanjung, Harmoko, dan Cosmas Batubara.
Gus Udin juga ingat, disaat listrik di wilayah barat Kabupaten Blitar belum ada, pada tahun 1982 Desa Kunir lebih dulu terpasang listrik. Begitu juga dengan jaringan telpon. Saat itu Ponpes Al Kamal satu satunya di Blitar.
"Pengaruhnya, pesantren semakin bertambah besar. Meskipun tidak sedikit yang memandang Al Kamal terkooptasi Golkar," jelas Gus Udin.
Tidak hanya jumlah santri yang melambung. Yakni dari dulu hingga saat ini berada di kisaran angka 3.000 lebih dan berasal dari mana-mana, termasuk luar Jawa.
Kiprah Kiai Tohir Wijaya di dunia politik juga mempengaruhi spirit pendidikan Al Kamal. Apalagi di Jakarta, yakni di kawasan Kebon Jeruk, Kiai Tohir Wijaya yang berkongsi dengan Sudharmono dan sejumlah elit Orba, juga mendirikan Ponpes Terpadu Al Kamal.
tulis komentar anda