Tak Banyak Dilirik, Keuangan Mikro Bantu 500 Juta Penduduk Dunia
Jum'at, 02 Oktober 2020 - 13:31 WIB
BANDUNG - Kendati keberadaannya tak banyak dilirik industri keuangan skala besar, ternyata keuangan mikro memberi andil besar mengangkat ratusan juta masyarakat dunia dari jurang kemiskinan. Keuangan mikro menjadi tumpuan bagi masyarakat yang belum bankable mengakses pembiayaan.
Akademisi Universitas Padjadjaran (Unpad) Harlan Dimas mengatakan, kajian Bank Dunia menunjukkan sampai akhir 2018 hampir 500 juta masyarakat miskin dunia, kondisi hidupnya bertambah baik karena lembaga keuangan mikro (LKM). LKM terbukti dapat menjangkau 73 persen perusahaan mikro atau kecil yang tidak terjangkau bantuan pemerintah. (Baca: OJK Bebaskan LKM Dari Pungutan dalam Tiga Tahun ke Depan )
"Bahkan tingkat pengembalian pembiayaan yang disalurkan mencapai 98%. Dengan tekanan perekonomian yang berlangsung saat ini tentunya LKM merupakan salah satu solusi untuk mendorong pemulihan ekonomi melalui pemberdayaan usaha mikro dan kecil,” ujar dia, pada Webinar Keuangan Mikro yang digelar Magister Manajemen Keuangan Mikro Terpadu Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unpad.
Kepala Bagian Pengawasan Industri Keuangan Non Bank KR 2 Jabar OJK Noviyanto Utomo mengatakan, saat ini terdapat 600.000 LKM yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Dari jumlah tersebut terdapat 56 Bank wakaf mikro (BWM). Berdasarkan data sampai Agustus 2020 BWM telah menyalurkan pembiayaan senilai Rp45,5 miliar dengan total 32.803 nasabah. Di Jabar, nilai pembiayaan yang disalurkan telah mencapai Rp 7,52 miliar. (Baca: Aturan Lembaga Keuangan Mikro diperketat )
Pandemi saat ini, kata dia, cukup memengaruhi BWM yang aktivitasnya ada di pesantren karena sempat ada pembatasan aktivitas saat diterapkannya PSBB. Hal itu menyebabkan angka kredit macet di BWM sempat mengalami peningkatan. Namun, kini perlahan berangsur membaik.
“Untuk pemulihan ekonomi OJK juga menggulirkan relaksasi kredit melalui subsidi bunga dan kebijakan moneter yang akomodatif. Selain itu, OJK juga mendorong digitalisasi di jasa keuangan dan UMKM untuk merespon perubahan yang terjadi akibat pandemi,” katanya.
Komisioner Badan Wakaf Indonesia Nurul Huda mengatakan, pemberdayaan merupakan kunci untuk memaksimalkan peran usaha mikro dan keuangan mikro untuk mendorong perekonomian. Selain itu, dia pun mendorong sinergi seluruh masyarakat di dalam pengelolaan aset umat. (Baca: Pemerintah-DPR sepakat bentuk panja RUU LKM )
Saat ini, konsep BWM masih tak terlepas pada unsur wakaf. Pada masa yang akan datang skema BWM dapat lebih dikembangkan menjadi konsep yang lebih memenuhi unsur wakaf sehingga akan dapat semakin memberikan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat.
“Dari sudur pandang syariah, wakaf sering diartikan sebagai asset yang dialokasikan untuk kemanfaatan umat. Substansinya pokoknya ditahan sementara manfaatnya boleh dinikmati untuk kepentingan umum,” imbuh dia.
Akademisi Universitas Padjadjaran (Unpad) Harlan Dimas mengatakan, kajian Bank Dunia menunjukkan sampai akhir 2018 hampir 500 juta masyarakat miskin dunia, kondisi hidupnya bertambah baik karena lembaga keuangan mikro (LKM). LKM terbukti dapat menjangkau 73 persen perusahaan mikro atau kecil yang tidak terjangkau bantuan pemerintah. (Baca: OJK Bebaskan LKM Dari Pungutan dalam Tiga Tahun ke Depan )
"Bahkan tingkat pengembalian pembiayaan yang disalurkan mencapai 98%. Dengan tekanan perekonomian yang berlangsung saat ini tentunya LKM merupakan salah satu solusi untuk mendorong pemulihan ekonomi melalui pemberdayaan usaha mikro dan kecil,” ujar dia, pada Webinar Keuangan Mikro yang digelar Magister Manajemen Keuangan Mikro Terpadu Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unpad.
Kepala Bagian Pengawasan Industri Keuangan Non Bank KR 2 Jabar OJK Noviyanto Utomo mengatakan, saat ini terdapat 600.000 LKM yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Dari jumlah tersebut terdapat 56 Bank wakaf mikro (BWM). Berdasarkan data sampai Agustus 2020 BWM telah menyalurkan pembiayaan senilai Rp45,5 miliar dengan total 32.803 nasabah. Di Jabar, nilai pembiayaan yang disalurkan telah mencapai Rp 7,52 miliar. (Baca: Aturan Lembaga Keuangan Mikro diperketat )
Pandemi saat ini, kata dia, cukup memengaruhi BWM yang aktivitasnya ada di pesantren karena sempat ada pembatasan aktivitas saat diterapkannya PSBB. Hal itu menyebabkan angka kredit macet di BWM sempat mengalami peningkatan. Namun, kini perlahan berangsur membaik.
“Untuk pemulihan ekonomi OJK juga menggulirkan relaksasi kredit melalui subsidi bunga dan kebijakan moneter yang akomodatif. Selain itu, OJK juga mendorong digitalisasi di jasa keuangan dan UMKM untuk merespon perubahan yang terjadi akibat pandemi,” katanya.
Komisioner Badan Wakaf Indonesia Nurul Huda mengatakan, pemberdayaan merupakan kunci untuk memaksimalkan peran usaha mikro dan keuangan mikro untuk mendorong perekonomian. Selain itu, dia pun mendorong sinergi seluruh masyarakat di dalam pengelolaan aset umat. (Baca: Pemerintah-DPR sepakat bentuk panja RUU LKM )
Saat ini, konsep BWM masih tak terlepas pada unsur wakaf. Pada masa yang akan datang skema BWM dapat lebih dikembangkan menjadi konsep yang lebih memenuhi unsur wakaf sehingga akan dapat semakin memberikan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat.
“Dari sudur pandang syariah, wakaf sering diartikan sebagai asset yang dialokasikan untuk kemanfaatan umat. Substansinya pokoknya ditahan sementara manfaatnya boleh dinikmati untuk kepentingan umum,” imbuh dia.
(don)
tulis komentar anda