Tak Rela Ladang Minyak Dikuasai Belanda Kembali, Brandan Bumi Hangus pun Terjadi
Senin, 07 September 2020 - 05:00 WIB
Jans Zijlker pun keesokan paginya mengajak anak buahnya meninjau kubangan-kubangan yang dikatakan sang mandor. Setelah ditelaah kubangan-kubangan itu mengeluarkan aroma kuat minyak. (BACA JUGA: Jejak Operasi Pasukan Para Komando di Pedalaman Hutan Kalimantan)
Nah, Jans Zijlker kemudian tertarik untuk memiliki lahan itu karena dia menduga kuat di dalam tanah itu terkandung sumber minyak bumi. Diapun mendapat modal dari kawannya di Belanda mendirikan perusahaan minyak.
Usaha Jans Zijlker berlanjut hingga pada 1883 dia menerima konsesi atas lahan tersebut dari Sultan Langkat. Tak menunggu waktu lama pada 15 Juni 1885, Jans langsung melakukan pengeboran di sumur telaga tunggal pada kedalaman 121 meter.
Dari hasil pemeriksaan cairan dari kubangan itu di Batavia pada 1886 membuktikan bahwa lahan itu mengandung minyak bumi berkualitas tinggi. Jans Zijlker yang awalnya juragan kebun tembakau yang kurang berhasil kini menjadi si raja minyak.
Dikutip dari buku Geschiedenis van Indonesie, sejarawan Belanda terkemuka H.J. De Graaf mengisahkan penemuan ladang minyak di Telaga Said itu. Nah, temuan itu menjadi cikal bakal pertambangan minyak Pangkalan Brandan; ladang minyak terbesar di Sumatera. (BACA JUGA: Istana Niat Lima Laras Cagar Budaya yang Hampir Punah)
Ekspoloitasi terus berlanjut. Pada 1890, Jans Zijlker mengalihkan konsesinya kepada perusahaan minyak Belanda, Royal Dutch. Direktur pelaksananya ialah J.A. de Gelder, seorang insinyur berpengalaman di Hindia Belanda dan berkantor pusat di Pangkalan Brandan.
Sejak kilang minyak Pangkalan Brandan dibangun pada 1892, Royal Dutch telah memproduksi minyak sebanyak 1.200 ton dari lapangan Telaga Tunggal. Untuk memperlancar distribusi, dibangun beberapa tangki penimbunan dan pelabuhan di Pangkalan Susu yang selesai pada 1898.
Kemudian pada 1907, kilang minyak Pangkalan Brandan dikelola Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM), anak perusahan dari Royal Dutch bersama Shell. Sumur minyak utama BPM berasal dari kilang minyak Pangkalan Brandan. Dari waktu ke waktu, produksi minyak di Pangkalan Brandan kian meningkat.
Dalam laporannya di Trade Information Bulletin No.11 tahun 1923 berjudul “Petroleum Production and Trade The Dutch East Indies” Albert Thomson Coumbe mencatat, kilang minyak Pangkalan Brandan mampu menghasilkan 10.000 barel minyak mentah per hari.
tulis komentar anda