Tingkatkan Kualitas Kopi, Petani Dampingan API Gelar Klinik Kopi
Rabu, 02 September 2020 - 17:10 WIB
Klinik kopi yang digelar kali ini, diakui pria yang akrab disapa Gus Din tersebut, sebagai rangkaian dari kegiatan pelatihan bagi petani kopi yang digelar API bersama Kelompok Tani Tunas Baru di Dusun Purwosari, Desa Srimulyo, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang.
"Melalui klinik kopi ini, akhirnya kita bisa bertemu bersama untuk berkomitmen menjaga dan meningkatkan kualitas kopi robusta. Dalam rangkaian kegiatan ini juga digelar pelatihan pengelolaan paska panen dan penjaminan mutu, rencana usaha dan kelayakan bisnis kopi robusta, serta pelatihan koperasi," terangnya.
Kegiatan ini, lanjut Gus Udin, merupakan program berskala global dari Tema "Petani Melawan Kemiskinan" yang didukung IFAD di Roma Itali, Uni Eropa di Brussel Belgia, Agri Cord di Spanyol, dan AsiaDhrra di Philpina. Banyak organisasi petani kecil di belahan Asia Pasifik, Amerika Latin, Afrika dan Eropa terlibat dalam proses pemberdayaan petani.
(Baca juga: Jenderal Idam Azis Mutasi Wakapolda Papua dan Papua Barat )
Selama ini kopi robusta dari wilayah Kecamatan Dampit, dikenal oleh para konsumen kopi nasional dan internasional dengan brand Java Dampit, yang mempunyai cita rasa kuat dan sangat disukai konsumen. Dengan luasan lahan kopi robusta rakyat 2.786 hektar, wilayah ini mampu menghasilkan produksi kopi sebanyak 1.912 ton/tahun, dengan rata-rata produktivitas 695 kg/tahun.
Keadaan geografis wilayah perkebunan rakyat di wilayah Kecamatan Dampit, yang khas ini menurutnya memunculkan tantangan di bidang logistik, dan tantangan untuk mendukung teknologi yang lebih baik, serta pegembangkan kelembagaan ekonomi petani yang terorganisir dan fokus pada nilai rantai dan pemasaran bersama.
"Dengan luasan kebun kopi yang bervariasi dan semakin sempitnya lahan, menjadikan efektifitas produksi menjadi beragam dengan model yang berbeda-beda pula. Permasalahan yang sering dihadapi dalam mendapatkan kopi yang berkualitas adalah kesadaran dan kemampuan petani kopi yang berbeda-beda," tuturnya.
Mutu kopi pada dasarnya terkait dengan berbagai faktor yang menyatu pada sistem pertanian rakyat itu sendiri, seperti varietas kopi yang dibudidayakan, umur tanaman kopi dan faktor-faktor yang dapat dikendalikan seperti teknik budidaya, cara panen, pengelolaan paska panen dan penyimpanan.
(Baca juga: Hendak Ambil Motor, Pria Medan Labuhan Dibacok Puluhan Pemuda )
"Melalui klinik kopi ini, akhirnya kita bisa bertemu bersama untuk berkomitmen menjaga dan meningkatkan kualitas kopi robusta. Dalam rangkaian kegiatan ini juga digelar pelatihan pengelolaan paska panen dan penjaminan mutu, rencana usaha dan kelayakan bisnis kopi robusta, serta pelatihan koperasi," terangnya.
Kegiatan ini, lanjut Gus Udin, merupakan program berskala global dari Tema "Petani Melawan Kemiskinan" yang didukung IFAD di Roma Itali, Uni Eropa di Brussel Belgia, Agri Cord di Spanyol, dan AsiaDhrra di Philpina. Banyak organisasi petani kecil di belahan Asia Pasifik, Amerika Latin, Afrika dan Eropa terlibat dalam proses pemberdayaan petani.
(Baca juga: Jenderal Idam Azis Mutasi Wakapolda Papua dan Papua Barat )
Selama ini kopi robusta dari wilayah Kecamatan Dampit, dikenal oleh para konsumen kopi nasional dan internasional dengan brand Java Dampit, yang mempunyai cita rasa kuat dan sangat disukai konsumen. Dengan luasan lahan kopi robusta rakyat 2.786 hektar, wilayah ini mampu menghasilkan produksi kopi sebanyak 1.912 ton/tahun, dengan rata-rata produktivitas 695 kg/tahun.
Keadaan geografis wilayah perkebunan rakyat di wilayah Kecamatan Dampit, yang khas ini menurutnya memunculkan tantangan di bidang logistik, dan tantangan untuk mendukung teknologi yang lebih baik, serta pegembangkan kelembagaan ekonomi petani yang terorganisir dan fokus pada nilai rantai dan pemasaran bersama.
"Dengan luasan kebun kopi yang bervariasi dan semakin sempitnya lahan, menjadikan efektifitas produksi menjadi beragam dengan model yang berbeda-beda pula. Permasalahan yang sering dihadapi dalam mendapatkan kopi yang berkualitas adalah kesadaran dan kemampuan petani kopi yang berbeda-beda," tuturnya.
Mutu kopi pada dasarnya terkait dengan berbagai faktor yang menyatu pada sistem pertanian rakyat itu sendiri, seperti varietas kopi yang dibudidayakan, umur tanaman kopi dan faktor-faktor yang dapat dikendalikan seperti teknik budidaya, cara panen, pengelolaan paska panen dan penyimpanan.
(Baca juga: Hendak Ambil Motor, Pria Medan Labuhan Dibacok Puluhan Pemuda )
Lihat Juga :
tulis komentar anda