Kisah Perang Kesultanan Mataram dan Banten Akibat Gagalnya Perkawinan Politik
Selasa, 19 November 2024 - 06:04 WIB
Sejumlah hadiah-hadiah dibawakan oleh Sultan Mataram untuk Sultan Banten. Hadiah-hadiah berupa sepasang ayam hutan, sepasang burung dara, dan sebuah kantung kecil yang konon berisikan kanari atau buah-buahan Jawa juga turut dihadiahkan.
Tapi Sultan Banten membalas hadiah itu dengan memberikan hadiah ke Sultan Amangkurat I berupa sebuah pisau cukur, gunting, topi Jawa berwarna putih, dan kain putih panjang.
Hadiah itu konon disertai penjelasan yang tidak memuaskan dari penguasa Banten yang sebenarnya masih bersahabat dengan Mataram.
Hadiah ini pula yang konon membuat perang dingin di antara keduanya muncul. Apalagi ditambah dengan kegagalan perkawinan politik dari perempuan-perempuan Banten yang dipersunting putra penguasa Kerajaan Mataram Islam.
Pada 8 Agustus 1657, hubungan kedua kerajaan semakin memanas. Banten mengirimkan tujuh kapal tempur yang kuat, masing-masing dipersenjatai dengan senjata.
Termasuk dua orang utusan dari Kiai Mongjaya, yang membawa sepucuk surat, lengkap dengan hadiah dua gobar, sebuah tasbih dari batu akik, dan beberapa ekor ayam jago.
Utusan Banten juga konon memohon dua lanang atau perahu perang untuk sultan mereka, guna memelihara persahabatan yang baik.
Hadiah itu mungkin sama kurang ajarnya seperti permohonannya, karena tasbih yang dihadiahkan tersebut rupanya mengandung sindiran supaya Sultan menempuh jalan yang lebih lurus.
Oleh karena itu tidak mengherankan bahwa kedua lanang yang diminta tidak diberikan, sebab semua lanang termasuk milik Sultan Mataram.
Tapi Sultan Banten membalas hadiah itu dengan memberikan hadiah ke Sultan Amangkurat I berupa sebuah pisau cukur, gunting, topi Jawa berwarna putih, dan kain putih panjang.
Hadiah itu konon disertai penjelasan yang tidak memuaskan dari penguasa Banten yang sebenarnya masih bersahabat dengan Mataram.
Hadiah ini pula yang konon membuat perang dingin di antara keduanya muncul. Apalagi ditambah dengan kegagalan perkawinan politik dari perempuan-perempuan Banten yang dipersunting putra penguasa Kerajaan Mataram Islam.
Pada 8 Agustus 1657, hubungan kedua kerajaan semakin memanas. Banten mengirimkan tujuh kapal tempur yang kuat, masing-masing dipersenjatai dengan senjata.
Termasuk dua orang utusan dari Kiai Mongjaya, yang membawa sepucuk surat, lengkap dengan hadiah dua gobar, sebuah tasbih dari batu akik, dan beberapa ekor ayam jago.
Utusan Banten juga konon memohon dua lanang atau perahu perang untuk sultan mereka, guna memelihara persahabatan yang baik.
Hadiah itu mungkin sama kurang ajarnya seperti permohonannya, karena tasbih yang dihadiahkan tersebut rupanya mengandung sindiran supaya Sultan menempuh jalan yang lebih lurus.
Oleh karena itu tidak mengherankan bahwa kedua lanang yang diminta tidak diberikan, sebab semua lanang termasuk milik Sultan Mataram.
(shf)
tulis komentar anda