Pesan Terakhir Bandit Legendaris Kusni Kasdut sebelum Dieksekusi Mati Presiden Soeharto
Jum'at, 25 Oktober 2024 - 07:36 WIB
Baca Juga
Kusni dikenal sebagai sosok yang berani dan cerdik, hingga berhasil meloloskan diri berkali-kali dari penjara-penjara di Semarang, Surabaya, dan Jakarta.
Namun, tidak banyak yang mengetahui bahwa jauh sebelum itu, Kusni adalah seorang pejuang kemerdekaan yang ikut bertempur melawan Belanda dan Jepang di Malang dan Surabaya.
“Bung Kusni,” begitu ia disapa saat masih aktif di Badan Keamanan Rakyat (BKR), merupakan bagian dari barisan terdepan yang melawan agresi militer.
Dalam pesannya, ia kembali mengenang masa-masa tersebut, "Saya ikut merebut kemerdekaan ini, tapi entah mengapa, setelah semuanya berakhir, saya kehilangan arah."
Kusni Kasdut tidak pernah menyangkal semua kejahatan yang telah ia lakukan. Namun, melalui pengacaranya, ia mengajukan permohonan grasi kepada Presiden Soeharto, berharap masih ada kesempatan untuk memperbaiki hidupnya di balik jeruji besi.
Sayangnya, permohonan itu ditolak. Presiden Soeharto menegaskan bahwa tindakannya tidak bisa ditoleransi, meskipun ia pernah menjadi pejuang kemerdekaan.
Pada pagi hari 6 Februari 1980, Kusni menjalani eksekusi mati. Eksekusi itu menjadi akhir dari kisah seorang bandit yang pernah menjadi bagian dari sejarah perjuangan bangsa. Di depan regu tembak, ia terlihat tenang, seolah sudah siap dengan takdir yang menantinya.
Dalam pesan terakhirnya, Kusni juga menyinggung asal-usulnya yang sering diperdebatkan. Selama ini ia mengaku lahir di Blitar, namun kenyataannya ia berasal dari Desa Bayan Patikrejo, Tulungagung.
Kisah tentang dirinya yang berasal dari Blitar sebenarnya adalah upaya untuk menyembunyikan kehidupan masa kecil yang penuh misteri dan rasa malu. “Saya tidak memilih untuk terlahir seperti ini. Saya hanya memilih untuk hidup,” kata Kusni dalam suratnya.
tulis komentar anda