Kisah Cinta Hayam Wuruk dan Dyah Pitaloka, Mitos Larangan Pernikahan Jawa dan Sunda
Minggu, 22 September 2024 - 07:00 WIB
KISAH cinta Hayam Wuruk dan putri Kerajaan Galuh (Sunda) Dyah Pitaloka menjadi legenda tragis yang berujung Perang Bubat. Peristiwa ini memunculkan mitos yang bertahan hingga kini, yaitu larangan pernikahan antara orang Jawa dan Sunda.
Hayam Wuruk merupakan raja keempat Majapahit yang memerintah dari tahun 1350 hingga 1389, memimpin kerajaannya ke puncak kejayaan bersama Mahapatih Gajah Mada.
Pada usia 17 tahun, Hayam Wuruk naik takhta menggantikan ibundanya Tribhuwana Tunggadewi.
Sepak terjang Hayam Wuruk dalam pemerintahannya diceritakan dalam kitab Desawarnana, suatu kitab yang didedikasikan untuk menghormatinya. Tahun 1351, Hayam Wuruk berencana menikahi Dyah Pitaloka Citraresmi.
Rencana pernikahan dengan putri Kerajaan Galuh tersebut untuk mempererat hubungan antara Majapahit dan Sunda. Awalnya, Kerajaan Galuh setuju dengan pernikahan ini, asalkan Majapahit tidak mengganggu kedaulatan Galuh.
Namun, ketika persiapan pernikahan berlangsung, Mahapatih Gajah Mada yang memiliki ambisi besar untuk memperluas kekuasaan Majapahit menuntut agar Dyah Pitaloka diserahkan sebagai upeti, menandakan bahwa Galuh harus tunduk pada Majapahit.
Tuntutan ini membuat Raja Galuh marah dan merasa dihina. Pertempuran tak terelakkan. Perang Bubat pun meletus, di mana seluruh rombongan Kerajaan Galuh, termasuk Dyah Pitaloka, gugur.
Tragedi ini berujung pada kehancuran hubungan kedua kerajaan dan memberikan luka mendalam bagi Hayam Wuruk yang tidak pernah berhasil menikahi Dyah Pitaloka. Dalam beberapa tahun, wilayah Galuh akhirnya berada di bawah kendali Majapahit.
Hayam Wuruk merupakan raja keempat Majapahit yang memerintah dari tahun 1350 hingga 1389, memimpin kerajaannya ke puncak kejayaan bersama Mahapatih Gajah Mada.
Pada usia 17 tahun, Hayam Wuruk naik takhta menggantikan ibundanya Tribhuwana Tunggadewi.
Sepak terjang Hayam Wuruk dalam pemerintahannya diceritakan dalam kitab Desawarnana, suatu kitab yang didedikasikan untuk menghormatinya. Tahun 1351, Hayam Wuruk berencana menikahi Dyah Pitaloka Citraresmi.
Rencana pernikahan dengan putri Kerajaan Galuh tersebut untuk mempererat hubungan antara Majapahit dan Sunda. Awalnya, Kerajaan Galuh setuju dengan pernikahan ini, asalkan Majapahit tidak mengganggu kedaulatan Galuh.
Namun, ketika persiapan pernikahan berlangsung, Mahapatih Gajah Mada yang memiliki ambisi besar untuk memperluas kekuasaan Majapahit menuntut agar Dyah Pitaloka diserahkan sebagai upeti, menandakan bahwa Galuh harus tunduk pada Majapahit.
Tuntutan ini membuat Raja Galuh marah dan merasa dihina. Pertempuran tak terelakkan. Perang Bubat pun meletus, di mana seluruh rombongan Kerajaan Galuh, termasuk Dyah Pitaloka, gugur.
Tragedi ini berujung pada kehancuran hubungan kedua kerajaan dan memberikan luka mendalam bagi Hayam Wuruk yang tidak pernah berhasil menikahi Dyah Pitaloka. Dalam beberapa tahun, wilayah Galuh akhirnya berada di bawah kendali Majapahit.
tulis komentar anda