Viral Dokter Muda FK Undip Bunuh Diri, Netizen: Beban Kerja 18 Jam Ikut PPDS
Kamis, 15 Agustus 2024 - 06:33 WIB
SEMARANG - Beredar kisah viral di media sosial X tentang seorang dokter muda RSUD Kardinah Tegal diduga meninggal dengan cara bunuh diri. Kisah ini diungkap oleh akun X @bambangsuling11.
Diketahui, dokter muda tersebut mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi Universitas Diponegoro (Undip). Dokter tersebut diduga mengakhiri hidupnya karena tak kuat menjadi korban perundungan selama mengikuti PPDS
Korban bernama dr. Aulia Risma Lestari (30). Polisi yang melakukan penyelidikan, menemukan sejumlah petunjuk di mana korban menyuntikkan obat penenang. Selain itu, akun tersebut mengunggah foto surat dari Kemenkes menghentikanPPDSdr Kariadi Semarang.
Lalu, akun tersebut rupanya juga mendapat laporan dari salah satu calon dokter yang mengikutiPPDS Anestesi Undip.
“Ada rekan kita yang juga sedang ambil PPDS Anestesi Undip berani speak up di DM. Begini yang harus mereka jalani setiap hari,” bunyi cuitan akun X @bambangsuling11, dikutip Rabu (14/8/2024).
Dalam pesannya, calon dokter tersebut mengeluhkan beban kerja yang terlalu berat di mana memakan durasi hingga 18 jam perhari.
“Malam, Pak.. Izin memberi masukan. Beban kerja PPDS Anestesi di RS Kariadi terlalu berat.Jam kerja "normal" tanpa giliran jaga adalah: ~ 18 jam/hari* Masuk jam 6 pagi, pulang jam 12 malam. Kalau bisa pulang jam 11 malam artinya pulang cepat. Tidak jarang harus pulang jam 2 atau 3 pagi. Hari berikutnva sudah harus standby lagi jam 6 pagi di RS," bunyi pesan salah satu mahasiwa kepada akun X @bambangsuling11.
Hal ini terjadi selama 5 tahun menjalani masa studi, bahkan mendapat giliran jaga, calon dokter harus bertugas selama 24 jam.
“Ini berlangsung terus menerus selama 5 tahun. Jika dapat giliran minimal 24 jam dan dapat prolonged hingga 5-6 hari tidak bisa pulang dari RS. Dikarenakan sering kali PPDS harus melanjutkan operasi yang terus sambung menyambung melebihi giliran jaganya,” sambungnya.
Beban kerja begitu berat karena jumlah pasien yang dioperasi di Rumah Sakit tersebut mendapai 120 pasien per hari. Bukannya dievaluasi, jam kerja yang begitu padat tersebut dianggap sebagai sebuah keuntungan calon dokter bisa mendapat kesempatan lebih banyak praktik.
“Jumlah operasi di RS Kariadi sangat tinggi, bisa 120 pasien/hari. Semua beban kerja bius pasien dilakukan PPDS. Lamanya jam kerja yang terus menerus ini tidak pernah dianggap tidak wajar, bahkan dianggap sebagai keunggulan UNDIP dibandingkan kampus lainnya, di mana residen dianggap bisa dapat kesempatan praktik lebih luas,” tandasnya.
Lihat Juga: Aipda Ambarita dan Ipda Ibas Jadi Guest Teacher Sosialisasi Pencegahan Bullying di SDN Gunung 05
Diketahui, dokter muda tersebut mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi Universitas Diponegoro (Undip). Dokter tersebut diduga mengakhiri hidupnya karena tak kuat menjadi korban perundungan selama mengikuti PPDS
Korban bernama dr. Aulia Risma Lestari (30). Polisi yang melakukan penyelidikan, menemukan sejumlah petunjuk di mana korban menyuntikkan obat penenang. Selain itu, akun tersebut mengunggah foto surat dari Kemenkes menghentikanPPDSdr Kariadi Semarang.
Lalu, akun tersebut rupanya juga mendapat laporan dari salah satu calon dokter yang mengikutiPPDS Anestesi Undip.
“Ada rekan kita yang juga sedang ambil PPDS Anestesi Undip berani speak up di DM. Begini yang harus mereka jalani setiap hari,” bunyi cuitan akun X @bambangsuling11, dikutip Rabu (14/8/2024).
Dalam pesannya, calon dokter tersebut mengeluhkan beban kerja yang terlalu berat di mana memakan durasi hingga 18 jam perhari.
Baca Juga
“Malam, Pak.. Izin memberi masukan. Beban kerja PPDS Anestesi di RS Kariadi terlalu berat.Jam kerja "normal" tanpa giliran jaga adalah: ~ 18 jam/hari* Masuk jam 6 pagi, pulang jam 12 malam. Kalau bisa pulang jam 11 malam artinya pulang cepat. Tidak jarang harus pulang jam 2 atau 3 pagi. Hari berikutnva sudah harus standby lagi jam 6 pagi di RS," bunyi pesan salah satu mahasiwa kepada akun X @bambangsuling11.
Hal ini terjadi selama 5 tahun menjalani masa studi, bahkan mendapat giliran jaga, calon dokter harus bertugas selama 24 jam.
“Ini berlangsung terus menerus selama 5 tahun. Jika dapat giliran minimal 24 jam dan dapat prolonged hingga 5-6 hari tidak bisa pulang dari RS. Dikarenakan sering kali PPDS harus melanjutkan operasi yang terus sambung menyambung melebihi giliran jaganya,” sambungnya.
Beban kerja begitu berat karena jumlah pasien yang dioperasi di Rumah Sakit tersebut mendapai 120 pasien per hari. Bukannya dievaluasi, jam kerja yang begitu padat tersebut dianggap sebagai sebuah keuntungan calon dokter bisa mendapat kesempatan lebih banyak praktik.
“Jumlah operasi di RS Kariadi sangat tinggi, bisa 120 pasien/hari. Semua beban kerja bius pasien dilakukan PPDS. Lamanya jam kerja yang terus menerus ini tidak pernah dianggap tidak wajar, bahkan dianggap sebagai keunggulan UNDIP dibandingkan kampus lainnya, di mana residen dianggap bisa dapat kesempatan praktik lebih luas,” tandasnya.
Lihat Juga: Aipda Ambarita dan Ipda Ibas Jadi Guest Teacher Sosialisasi Pencegahan Bullying di SDN Gunung 05
(ams)
tulis komentar anda