Misteri Kitab Pararaton Kisahkan Perjalanan Raja Singasari dan Majapahit
Selasa, 06 Agustus 2024 - 09:20 WIB
Baca Juga
Namun, Pararaton juga mengisahkan peristiwa sejarah, yaitu Ken Arok menaklukkan Negeri Daha pada Šaka 1144 (1222 Masehi). Angka tahun ini ternyata cocok dengan yang tertulis dalam naskah Nagaraktagama.
Berbeda dengan Nāgarakṛtāgama yang menyebut penulisnya dengan nama samaran Prapañca, sampai saat ini belum ada informasi siapakah pujangga yang pertama kali menyusun Pararaton.
Sebenarnya ini tidaklah aneh pada umumnya naskah sastra berbahasa Jawa Pertengahan bersifat anonim, sebagai contoh, Kidung Harşawijaya, Kidung Rangga Lawe, Kidung Sorandaka, Kidung Sunda, dan Kidung Suņdāyana, semuanya anonim, tidak mencantumkan nama penulisnya.
Mengenai tahun pembuatannya, Pararaton yang diterbitkan J.L.A. Brandes (1897) menyebutkan, bahwa naskah ditulis pada Śaka 1535 (1613 Masehi), sedangkan yang diterbitkan Agung Kriswanto (2009) menyebut- kan bahwa naskah ditulis pada Šaka 1522 (1600 Masehi).
Oleh karena ada dua versi angka tahun, dapat disimpulkan bahwa dua-duanya adalah tahun penyalinan, bukan tahun penyusunan.
Tapi kedua versi Pararaton yang bertahun Saka 1535, maupun yang bertahun Saka 1522 sama-sama ditutup dengan peristiwa gunung meletus pada wuku Watugunung tahun Śaka 1403 (1481 Masehi).
Peristiwa ini berselang tiga tahun setelah kematian seorang raja di istana Majapahit pada Saka 1400 (1478 Masehi).
Raja yang meninggal itu bukanlah raja terakhir Dinasti Rajasa karena masih ada Sri Girindrawardhana Dyah Ranawijaya yang namanya tertulis dalam Prasasti Pețak bertahun Saka 1408 (1486 Mase- hi). Anehnya, nama raja ini tidak disebutkan dalam Pararaton.
Dengan demikian, dapat diperkirakan bahwa Pararaton disusun sesudah tahun 1481 dan sebelum tahun 1486.
tulis komentar anda