Sejarah Hidup Jenderal Djatikusumo, Pangeran Jawa yang Jadi KSAD Pertama

Rabu, 29 Mei 2024 - 06:45 WIB
Ia ditawari untuk memilih jabatan dan memilih memimpin Divisi IV di Salatiga meliputi Pekalongan, Semarang, dan Pati dengan pangkat Mayor Jenderal (Mayjen) sejak November 1945 hingga Juni 1946.



Djatikusumo kemudian dipindahtugaskan menjadi Panglima Divisi V Ronggolawe dengan pangkat Kolonel karena kebijakan Reorganisasi dan Rasionalisasi (RERA) di TNI.

Pada Februari 1948, Djatikusumo diangkat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) pertama dan bermarkas di Benteng Vredenburgh, Yogyakarta. Pengangkatan ini berdasarkan penetapan Presiden Nomor 14 Tahun 1948 tertanggal 14 Mei.

Selain itu, pada November 1948 Djatikusumo juga merangkap jabatan sebagai Gubernur Akademi Militer (AM) di Yogyakarta dengan pangkat tetap Kolonel. Setelah setahun menjabat sebagai KSAD, pada 1949 jabatan tersebut diserahkan kepada Kolonel A.H Nasution.

Meski tidak lagi menjabat sebagai KSAD, Djatikusumo tetap dipercaya dalam berbagai posisi penting. Ia menjadi Kepala Biro Perancang Operasi Militer Kementerian Pertahanan di Jakarta dari Agustus 1950 hingga Maret 1952.

Komandan SSKAD (sekarang Seskoad) di Bandung sejak April 1952, dan Direktur Zeni Angkatan Darat di Jakarta dengan pangkat Brigadir Jenderal (Brigjen) TNI dari 1956 hingga 1968.



Djatikusumo juga diangkat sebagai Koordinator Operasi Militer di Sumatera Utara dan Ketua Tim Pengatur Penempatan Kontingen Pasukan Indonesia di United Nations Emergency Forces (UNEF) di Kairo, Mesir.

Jabatan terakhir Djatikusumo di dunia militer adalah sebagai Direktur Zeni Angkatan Darat. Kemudian, ia bertugas di Kementerian Luar Negeri sebagai perwakilan RI di Singapura selama setahun.

Djatikusumo juga menjabat sebagai Menteri Perhubungan Darat, Pos, Telekomunikasi, dan Pariwisata, di mana ia memajukan transportasi darat, telekomunikasi, dan membangun sejumlah hotel bintang lima di Indonesia.

Pada 1963 hingga 1965, Djatikusumo menjabat sebagai Duta Besar (Dubes) RI untuk Malaya (sekarang Malaysia) dan kemudian sebagai Dubes untuk Maroko serta Prancis dan Spanyol hingga 1968.

Setelah pensiun dari dunia militer pada 7 Oktober 1970, Djatikusumo sering mengisi ceramah di perguruan tinggi. Djatikusumo wafat pada 4 Juli 1992 dan dimakamkan di pemakaman raja Imogiri, Yogyakarta.

Atas jasanya, negara memberikan 17 penghargaan, termasuk penghargaan dari Vatikan. Pada 1997, ia dianugerahi pangkat Jenderal Kehormatan dan pada 2002 dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden RI.

Jenderal TNI A.H. Nasution menyebut Djatikusumo mirip dengan Panglima Perang Islam yang ulung, Khalid Bin Walid dan Tariq Bin Ziad. Mereka berjuang semata untuk Sang Pencipta Allah SWT.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More