Kisah Ratu Sakti: Naik Takhta hingga Kemunduran Kerajaan Pajajaran

Minggu, 30 Juni 2024 - 07:31 WIB
loading...
Kisah Ratu Sakti: Naik...
Ratu Sakti, raja keempat dalam sejarah Kerajaan Pajajaran, dikenal sebagai sosok yang kontroversial. Foto/Ilustrasi/Ist
A A A
Pada suatu masa di Kerajaan Pajajaran , setelah wafatnya Prabu Siliwangi atau Sri Baduga Maharaja, kerajaan mulai memasuki era yang penuh dengan tantangan dan perubahan. Setelah Prabu Siliwangi, takhtanya diwarisi oleh putranya, Surawisesa, yang kemudian digantikan oleh Ratu Dewata. Namun, masa pemerintahan Ratu Dewata tak berlangsung lama, karena takhta akhirnya jatuh ke tangan Ratu Sakti.

Ratu Sakti, raja keempat dalam sejarah Kerajaan Pajajaran, dikenal sebagai sosok yang kontroversial dan penuh kontroversi. Dalam buku "Hitam Putih Pajajaran: dari Kejayaan hingga Keruntuhan Kerajaan Pajajaran" karya Fery Taufiq El Jaquene, disebutkan bahwa Ratu Sakti memerintah dengan cara yang serampangan dan sering melanggar agama serta aturan-aturan kerajaan. Hal ini membuat rakyat dan pemuka kerajaan mulai meragukan kepemimpinannya.

Sejak awal masa pemerintahannya, Ratu Sakti menunjukkan perilaku yang temperamental dan tidak beretika. Dia tidak hanya melanggar norma-norma kerajaan, tetapi juga melakukan tindakan yang jauh melampaui batas. Salah satu tindakan yang paling mencolok adalah menikahi istri ayahnya sendiri, yang melanggar aturan Estri Larangan yang sudah ada sejak masa Prabu Dewa Niskala. Tindakan ini membuat banyak rakyat dan pemuka kerajaan murka.



Pelanggaran lainnya termasuk membunuh orang tanpa sebab, merampas harta rakyat kecil, serta tidak berbakti kepada orang tua dan pendeta. Semua ini membuat kondisi masyarakat semakin tidak menentu, dan kejahatan pun semakin merajalela. Banyak pemberontakan muncul dari rakyat yang sudah tidak tahan dengan pemerintahan Ratu Sakti yang semena-mena dan egois. Namun, kerajaan tampaknya tidak peduli dengan penderitaan rakyatnya.

Dalam Carita Parahyangan, Ratu Sakti digambarkan sebagai sosok yang keterlaluan dan dijadikan contoh buruk agar raja-raja berikutnya tidak meniru perilakunya. Perilaku semena-menanya, menghibur diri, dan mengumbar hawa nafsu tanpa memperhatikan restu dari Sanghyang atau para dewa, semakin memperburuk citranya di mata rakyat dan para pemuka kerajaan.

Akhir dari pemerintahan Ratu Sakti ditandai dengan lengsernya dia dari takhta. Perilakunya yang penuh kontroversi dan kezaliman membuatnya kehilangan dukungan dari rakyat dan pemuka kerajaan. Setelah Ratu Sakti turun takhta, Prabu Nilakendra naik sebagai raja baru Pajajaran dengan harapan dapat memulihkan keadaan kerajaan yang telah kacau dan membawa kembali masa kejayaan Pajajaran.
(hri)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1028 seconds (0.1#10.140)