3 Teror ke Prof Koentjoro Soeparno: Lone Wolf, Buzzer Tersistematis hingga Didatangi ke Kantor
Senin, 18 Maret 2024 - 20:02 WIB
"Itu sebelum pencoblosan, kalau sesudah pencoblosan itu hanya satu yang kemarin. Yaitu yang WA," tambahnya.
Dia menandaskan jika teror tersebut ada kaitannya dengan pembacaan petisi yang dia lakukan. Karena semua terjadi paska petisi dan ada kalimat yang menyinggung soal petisi.
"Jelas kalau itu, kan kalimatnya kan begitu kalimatnya mengatakan bahwa curang-curang, golek jabatan," tandas Prof Koentjoro Soeparno.
Dia kembali menegaskan jika dirinya tidak akan lapor polisi karena untuk apa. Dia bakal lapor polisi tetapi dalam bentuk lain. Hal itu karena punya banyak teman polisi yang juga membicarakan teror ini.
"Secara resmi (saya) tidak akan melapor ke polisi. Karena saya pyur untuk menggunakan sebagai media belajar,"
Dia mengungkapkan, setelah mendapat teror melalui WA di pagi hari, siang harinya dia harus menghadiri rapat di Polda DIY untuk membicarakan kasus penipuan, kasus di Jogja Scaming dan banyak kasus yang lain.
Sehingga apa yang dialaminya ini dia gunakan untuk belajar.
Prof Koentjoro Soeparno mengaku mendapat beberapa kali teror mulai ketika pertama kali membaca puisi awal Februari.
Kemudian untuk yang datang ke kantornya dia sudah tidak ingat lagi karena dua minggu setelah pembacaan petisi pertama, istrinya kemudian meninggal dunia.
"Karena saat istri saya meninggal saya sudah tidak konsentrasi lagi," tambahnya.
Dia menandaskan jika teror tersebut ada kaitannya dengan pembacaan petisi yang dia lakukan. Karena semua terjadi paska petisi dan ada kalimat yang menyinggung soal petisi.
"Jelas kalau itu, kan kalimatnya kan begitu kalimatnya mengatakan bahwa curang-curang, golek jabatan," tandas Prof Koentjoro Soeparno.
Dia kembali menegaskan jika dirinya tidak akan lapor polisi karena untuk apa. Dia bakal lapor polisi tetapi dalam bentuk lain. Hal itu karena punya banyak teman polisi yang juga membicarakan teror ini.
"Secara resmi (saya) tidak akan melapor ke polisi. Karena saya pyur untuk menggunakan sebagai media belajar,"
Dia mengungkapkan, setelah mendapat teror melalui WA di pagi hari, siang harinya dia harus menghadiri rapat di Polda DIY untuk membicarakan kasus penipuan, kasus di Jogja Scaming dan banyak kasus yang lain.
Sehingga apa yang dialaminya ini dia gunakan untuk belajar.
Prof Koentjoro Soeparno mengaku mendapat beberapa kali teror mulai ketika pertama kali membaca puisi awal Februari.
Kemudian untuk yang datang ke kantornya dia sudah tidak ingat lagi karena dua minggu setelah pembacaan petisi pertama, istrinya kemudian meninggal dunia.
"Karena saat istri saya meninggal saya sudah tidak konsentrasi lagi," tambahnya.
tulis komentar anda