Kisah Samudera Pasai, Kerajaan Islam Pertama Nusantara yang Kuasai Perdagangan Internasional
Minggu, 25 Februari 2024 - 06:14 WIB
Samudera Pasai menjadi kesultanan Islam pertama di Nusantara. Lokasinya berada di ujung Pulau Sumatera dan berlokasi strategis di antara Selat Malaka dan Samudera Hindia, membuat Samudera Pasai memiliki peran penting dalam peta perdagangan dunia.
Sejarah Kerajaan Samudera Pasai terkuak dari Hikayat Raja - Raja Pasai yang dikaitkan dengan sebagian makam raja, serta penemuan koin berbahan emas dan perak dengan tertera nama rajanya.
Dari Hikayat Raja - Raja Pasai ini diketahui bahwa Samudera Pasai merupakan kerajaan yang didirikan oleh Marah Silu, yang bergelar Sultan Malik as-Saleh, lebih kurang tahun 1267. Keberadaan kerajaan ini juga tercantum dalam kitab Rihlah ila l-Masyriq (Pengembaraan ke Timur) karya Sisa dari pembakaran Abdullah ibnu Batuthah (1304–1368), musafir Maroko yang singgah ke negeri ini pada tahun 1345.
Pada hikayat Raja Pasai dikisahkan tentang pendirian Pasai oleh Marah Silu, setelah sebelumnya beliau menggantikan seorang raja yang bernama Sultan Malik al-Nasser. Sebagaimana dikutip dari "Runtuhnya Kerajaan Hindu-Buddha dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara, dikisahkan Raja Pasai Marah Silu ini sebelumnya berada pada satu kawasan yang disebut dengan Semerlanga.
Selanjutnya setelah naik tahta bergelar Sultan Malik as-Saleh, beliau wafat pada tahun 696 H atau 1297 M. Dalam Hikayat Raja-raja Pasai maupun Sulalatus Salatin nama Pasai dan Samudera telah dipisahkan merujuk pada dua kawasan yang selisih, namun dalam catatan Tiongkok nama-nama tersebut tidak dibedakan sama sekali.
Sementara Marco Polo dalam lawatannya mencatat sebagian daftar kerajaan yang berada di pantai timur Pulau Sumatera masa itu, dari selatan ke utara terdapat nama Ferlec (Perlak), Basma, dan Samara (Samudera). Maka ada sumber lain yang mengatakan bahwa Kerajaan Samudera Pasa merupakan gabungan dari Kerajaan Pase dan Peurlak, dengan raja pertama Malik al-Saleh.
Dimana Kesultanan Samudera Pasai sendiri berpusat di Selang Krueng Jambo Aye atau Sungai Jambu Air dengan Krueng Pase atau Sungai Pasai, yang terletak di Aceh Utara.
Di sisi lain, ada seorang pengembara muslim dari Maghribi bernama Ibnu Bathutah sebagaimana dikutip laman resmi Pemerintah Provinsi (Pemprov) Aceh, mengunjungi Pasai tahun 1346 M. ia juga menceritakan bahwa, ketika ia di Cina, dirinya melihat adanya kapal Sultan Pasai di negeri Cina.
Sejarah Kerajaan Samudera Pasai terkuak dari Hikayat Raja - Raja Pasai yang dikaitkan dengan sebagian makam raja, serta penemuan koin berbahan emas dan perak dengan tertera nama rajanya.
Dari Hikayat Raja - Raja Pasai ini diketahui bahwa Samudera Pasai merupakan kerajaan yang didirikan oleh Marah Silu, yang bergelar Sultan Malik as-Saleh, lebih kurang tahun 1267. Keberadaan kerajaan ini juga tercantum dalam kitab Rihlah ila l-Masyriq (Pengembaraan ke Timur) karya Sisa dari pembakaran Abdullah ibnu Batuthah (1304–1368), musafir Maroko yang singgah ke negeri ini pada tahun 1345.
Pada hikayat Raja Pasai dikisahkan tentang pendirian Pasai oleh Marah Silu, setelah sebelumnya beliau menggantikan seorang raja yang bernama Sultan Malik al-Nasser. Sebagaimana dikutip dari "Runtuhnya Kerajaan Hindu-Buddha dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara, dikisahkan Raja Pasai Marah Silu ini sebelumnya berada pada satu kawasan yang disebut dengan Semerlanga.
Baca Juga
Selanjutnya setelah naik tahta bergelar Sultan Malik as-Saleh, beliau wafat pada tahun 696 H atau 1297 M. Dalam Hikayat Raja-raja Pasai maupun Sulalatus Salatin nama Pasai dan Samudera telah dipisahkan merujuk pada dua kawasan yang selisih, namun dalam catatan Tiongkok nama-nama tersebut tidak dibedakan sama sekali.
Sementara Marco Polo dalam lawatannya mencatat sebagian daftar kerajaan yang berada di pantai timur Pulau Sumatera masa itu, dari selatan ke utara terdapat nama Ferlec (Perlak), Basma, dan Samara (Samudera). Maka ada sumber lain yang mengatakan bahwa Kerajaan Samudera Pasa merupakan gabungan dari Kerajaan Pase dan Peurlak, dengan raja pertama Malik al-Saleh.
Dimana Kesultanan Samudera Pasai sendiri berpusat di Selang Krueng Jambo Aye atau Sungai Jambu Air dengan Krueng Pase atau Sungai Pasai, yang terletak di Aceh Utara.
Di sisi lain, ada seorang pengembara muslim dari Maghribi bernama Ibnu Bathutah sebagaimana dikutip laman resmi Pemerintah Provinsi (Pemprov) Aceh, mengunjungi Pasai tahun 1346 M. ia juga menceritakan bahwa, ketika ia di Cina, dirinya melihat adanya kapal Sultan Pasai di negeri Cina.
tulis komentar anda