Kisah Jatuhnya Jayanegara, Raja Majapahit yang Terbunuh karena Wanita
Senin, 19 Februari 2024 - 07:46 WIB
Kisah kejatuhan Jayanegara sebagai Raja Majapahit yang meregang nyawa akibat tragedi yang melibatkan seorang wanita menarik untuk diulas. Jayanegara, putra Raden Wijaya, naik tahta menggantikan ayahnya, menjadi raja kedua di Majapahit.
Dalam catatan sejarah, Jayanegara dikenal dengan dua nama, Jayanegara dan Kalagemet, yang menggambarkan sifat buruknya. Ia adalah hasil pernikahan Raden Wijaya dengan Dara Petak dari tanah Melayu.
Kematian Jayanegara, yang merupakan raja dengan gelar Sri Maharaja Wiralandagopala Sri Sundarapandya Dewa Adhiswara, dikenal sebagai peristiwa tragis. Ia dibunuh oleh seorang abdi dalem kerajaan karena sang abdi dalem merasa istrinya digoda oleh sang raja.
Selama memerintah dari tahun 1309 hingga 1328, Jayanegara menghadapi banyak pergolakan dan pemberontakan di dalam negeri Majapahit. Pemberontakan ini sebagian besar dipicu oleh ketidakpuasan terhadap keturunan Melayu yang memerintah.
Jayanegara memiliki pengawal tangguh, seperti Gajah Mada, yang kelak menjadi mahapatih di masa keemasan Majapahit. Sebelum menjadi raja, Jayanegara juga pernah menjabat sebagai raja muda di Kadiri atau Daha.
Namun, pemerintahannya penuh dengan konflik internal. Beberapa pengikut setia Raden Wijaya bahkan melancarkan pemberontakan terhadapnya, seperti Ranggalawe, Lembu Sora, Nambi, dan Kuti.
Kejatuhan Jayanegara dipercaya terkait dengan seorang tabib istana bernama Tanca. Saat Jayanegara menderita sakit bisul, Tanca dipanggil untuk mengobatinya. Namun, Tanca malah membunuh Jayanegara saat melakukan pembedahan.
Terdapat berbagai versi tentang motif pembunuhan tersebut. Salah satunya adalah tuduhan bahwa Jayanegara mencabuli istri Tanca, yang kemungkinan besar merupakan propaganda yang digunakan oleh Gajah Mada untuk mengadu domba Tanca.
Setelah kematian Jayanegara, tahta Majapahit dipegang oleh Gayatri, ibu suri, dan kemudian diisi oleh adik tirinya, Dyah Gitarja, yang bergelar Tribhuwana Wijayatunggadewi.
Candi Bajang Ratu, sebagai tempat pendharmaan Jayanegara, hingga kini menjadi saksi bisu dari kisah tragisnya. Mitos dan legenda yang menyelimuti candi tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat setempat.
Pantangan untuk melintasi tepat dari depan candi menjadi bukti kuat akan kepercayaan masyarakat terhadap mitos yang berkaitan dengan Jayanegara dan kisah di sekitarnya. Temuan arkeolog dan catatan sejarah yang terus berkembang terus menjadi sumber informasi tentang periode penting dalam sejarah Majapahit.
Lihat Juga: Kisah Kyai Cokro, Pusaka Andalan Pangeran Diponegoro Melawan Kebatilan dan Kezaliman Belanda
Dalam catatan sejarah, Jayanegara dikenal dengan dua nama, Jayanegara dan Kalagemet, yang menggambarkan sifat buruknya. Ia adalah hasil pernikahan Raden Wijaya dengan Dara Petak dari tanah Melayu.
Kematian Jayanegara, yang merupakan raja dengan gelar Sri Maharaja Wiralandagopala Sri Sundarapandya Dewa Adhiswara, dikenal sebagai peristiwa tragis. Ia dibunuh oleh seorang abdi dalem kerajaan karena sang abdi dalem merasa istrinya digoda oleh sang raja.
Selama memerintah dari tahun 1309 hingga 1328, Jayanegara menghadapi banyak pergolakan dan pemberontakan di dalam negeri Majapahit. Pemberontakan ini sebagian besar dipicu oleh ketidakpuasan terhadap keturunan Melayu yang memerintah.
Jayanegara memiliki pengawal tangguh, seperti Gajah Mada, yang kelak menjadi mahapatih di masa keemasan Majapahit. Sebelum menjadi raja, Jayanegara juga pernah menjabat sebagai raja muda di Kadiri atau Daha.
Namun, pemerintahannya penuh dengan konflik internal. Beberapa pengikut setia Raden Wijaya bahkan melancarkan pemberontakan terhadapnya, seperti Ranggalawe, Lembu Sora, Nambi, dan Kuti.
Kejatuhan Jayanegara dipercaya terkait dengan seorang tabib istana bernama Tanca. Saat Jayanegara menderita sakit bisul, Tanca dipanggil untuk mengobatinya. Namun, Tanca malah membunuh Jayanegara saat melakukan pembedahan.
Terdapat berbagai versi tentang motif pembunuhan tersebut. Salah satunya adalah tuduhan bahwa Jayanegara mencabuli istri Tanca, yang kemungkinan besar merupakan propaganda yang digunakan oleh Gajah Mada untuk mengadu domba Tanca.
Setelah kematian Jayanegara, tahta Majapahit dipegang oleh Gayatri, ibu suri, dan kemudian diisi oleh adik tirinya, Dyah Gitarja, yang bergelar Tribhuwana Wijayatunggadewi.
Candi Bajang Ratu, sebagai tempat pendharmaan Jayanegara, hingga kini menjadi saksi bisu dari kisah tragisnya. Mitos dan legenda yang menyelimuti candi tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat setempat.
Pantangan untuk melintasi tepat dari depan candi menjadi bukti kuat akan kepercayaan masyarakat terhadap mitos yang berkaitan dengan Jayanegara dan kisah di sekitarnya. Temuan arkeolog dan catatan sejarah yang terus berkembang terus menjadi sumber informasi tentang periode penting dalam sejarah Majapahit.
Lihat Juga: Kisah Kyai Cokro, Pusaka Andalan Pangeran Diponegoro Melawan Kebatilan dan Kezaliman Belanda
(hri)
tulis komentar anda