Kesalahan Gajah Mada Berujung Perang Bubat, Minta Maaf dan Ajukan Cuti dari Jabatan Mahapatih
Minggu, 18 Februari 2024 - 06:49 WIB
Misi Gajah Mada akhirnya terhenti ketika Perang Bubat yang menewaskan para pejabat Kerajaan Sunda. Ambisinya untuk menaklukkan Kerajaan Sunda melalui pernikahan politis antara Raja Hayam Wuruk dengan putri Raja Sunda gagal terealisasi. Bahkan pesta pernikahan yang seharusnya terjadi berubah menjadi peperangan.
Petaka pun muncul ketika seluruh rombongan Kerajaan Sunda oleh pasukan elite Kerajaan Majapahit yang dipimpin oleh Gajah Mada.Kekecewaan pun muncul di benak raja Hayam Wuruk saat melihat calon mempelainya meninggal bunuh diri. Ia tak kuasa menahan sedihnya sehingga mempertanyakan strategi mahapatihnya jadi pemicu utama.
Mahapatih Gajah Mada pun menjadi orang yang paling disalah-salahkan oleh pejabat istana Majapahit. Bahkan masukan beberapa pejabat ke Hayam Wuruk memintanya untuk menangkap Gajah Mada. Namun Hayam Wuruk sang raja muda sebenarnya tak ingin menangkap Gajah Mada. Earl Drake, pada bukunya "Gayatri Rajapatni : Perempuan di Balik Kejayaan Majapahit", mengisahkan tak ayal hal ini membuat Gajah Mada menjadi orang yang dicari dan diburu di istana Majapahit.
Namun Gajah Mada kukuh kebijakannya selalu mensyaratkan, agar setiap raja kecil mengakui kedudukan mereka sebagai bawahan Majapahit sebelum nantinya menikmati hak-hak istimewa sebagai anggota imperium. Jika Raja Sunda tak sudi menerima ketentuan itu, sudah seharusnya ia tidak menerima lamaran terhadap putrinya dan tidak pula berlayar ke Majapahit bersama rombongan besar, seolah-olah pernikahan itu melibatkan pihak-pihak yang sederajat.
Akan tetapi, dengan latar belakang ini, Gajah Mada mengakui bahwa sudah seharusnya ia terlibat dalam perundingan perkawinan tersebut sejak awal untuk meluruskan segala kesalahpahaman, jauh sebelum rombongan pengantin berlayar dari Sunda.
Keraton Majapahit kemudian menyimpulkan bahwa ada beberapa orang yang bersalah dalam menangani urusan pernikahan tersebut. Namun yang paling bertanggung jawab secara langsung adalah Gajah Mada.
Ia harus menyampaikan permintaan maaf secara publik. Gajah Mada pun meminta maaf dan mengajukan permohonan cuti panjang, yang akan dihabiskannya di tanah miliknya di desa. Peristiwa Bubat adalah malapetaka besar bagi Sunda dan mendorong Majapahit untuk melakukan refleksi diri.
Namun, ada dampak positif setelah kejadian, karena Hayam Wuruk tergugah dan berusaha untuk tidak lagi terlalu menggantungkan diri pada Gajah Mada dalam pengambilan keputusan-keputusan yang sulit di pemerintahan. Kini, ia langsung terlibat dalam pendekatan politik pemerintahan baru yang mengesankan.
Petaka pun muncul ketika seluruh rombongan Kerajaan Sunda oleh pasukan elite Kerajaan Majapahit yang dipimpin oleh Gajah Mada.Kekecewaan pun muncul di benak raja Hayam Wuruk saat melihat calon mempelainya meninggal bunuh diri. Ia tak kuasa menahan sedihnya sehingga mempertanyakan strategi mahapatihnya jadi pemicu utama.
Mahapatih Gajah Mada pun menjadi orang yang paling disalah-salahkan oleh pejabat istana Majapahit. Bahkan masukan beberapa pejabat ke Hayam Wuruk memintanya untuk menangkap Gajah Mada. Namun Hayam Wuruk sang raja muda sebenarnya tak ingin menangkap Gajah Mada. Earl Drake, pada bukunya "Gayatri Rajapatni : Perempuan di Balik Kejayaan Majapahit", mengisahkan tak ayal hal ini membuat Gajah Mada menjadi orang yang dicari dan diburu di istana Majapahit.
Namun Gajah Mada kukuh kebijakannya selalu mensyaratkan, agar setiap raja kecil mengakui kedudukan mereka sebagai bawahan Majapahit sebelum nantinya menikmati hak-hak istimewa sebagai anggota imperium. Jika Raja Sunda tak sudi menerima ketentuan itu, sudah seharusnya ia tidak menerima lamaran terhadap putrinya dan tidak pula berlayar ke Majapahit bersama rombongan besar, seolah-olah pernikahan itu melibatkan pihak-pihak yang sederajat.
Akan tetapi, dengan latar belakang ini, Gajah Mada mengakui bahwa sudah seharusnya ia terlibat dalam perundingan perkawinan tersebut sejak awal untuk meluruskan segala kesalahpahaman, jauh sebelum rombongan pengantin berlayar dari Sunda.
Keraton Majapahit kemudian menyimpulkan bahwa ada beberapa orang yang bersalah dalam menangani urusan pernikahan tersebut. Namun yang paling bertanggung jawab secara langsung adalah Gajah Mada.
Ia harus menyampaikan permintaan maaf secara publik. Gajah Mada pun meminta maaf dan mengajukan permohonan cuti panjang, yang akan dihabiskannya di tanah miliknya di desa. Peristiwa Bubat adalah malapetaka besar bagi Sunda dan mendorong Majapahit untuk melakukan refleksi diri.
Namun, ada dampak positif setelah kejadian, karena Hayam Wuruk tergugah dan berusaha untuk tidak lagi terlalu menggantungkan diri pada Gajah Mada dalam pengambilan keputusan-keputusan yang sulit di pemerintahan. Kini, ia langsung terlibat dalam pendekatan politik pemerintahan baru yang mengesankan.
(hri)
tulis komentar anda