Kisah Sunan Kalijaga Taklukkan Kera Raksasa saat Cari Kayu untuk Membangun Masjid
Senin, 15 Januari 2024 - 06:07 WIB
Sunan Kalijaga merupakan salah satu penyebar agama Islam di Pulau Jawa yang memiliki banyak kesaktian. Konon kesaktiannya tersebut beberapa kali dimanfaatkan untuk berdakwah maupun membangun sarana prasarana ibadah.
Suatu waktu Sunan Kalijaga diutus oleh Sultan Demak untuk mencari kayu jati dengan kualitas terbaik di hutan belantara. Kayu itu konon akan digunakan untuk membangun masjid sebagai sarana penyebaran agama Islam di suatu daerah.
Sunan Kalijaga pun menjalankan perintah tersebut. Ia pergi ke sebuah hutan lebat di kawasan Gunung Pati, dikutip dari dari buku "Kesaktian dan Tarekat Sunan Kalijaga" tulisan Rusydie Anwar. Konon hutan itu sangat lebat dengan pohon-pohon jati yang tumbuh subur. Namun sesuai perintah Sultan Demak, Sunan Kalijaga diminta untuk mencari pohon jati yang paling besar dan paling bagus.
Sayangnya setelah menemukan pohon jati yang dimaksud justru menjadi sarang kera-kera berukuran besar. Kera-kera itu bergelantungan di setiap rantingnya. Pada waktu Sunan Kalijaga sampai di tempat itu, kera-kera tersebut merasa terkejut dan satu per satu turun seakan-akan siap menyerang Sunan Kalijaga.
Kera-kera itu rupanya merasa terganggu dengan kehadiran Sunan Kalijaga. Melihat kondisi seperti itu, Sunan Kalijaga kemudian mencari sungai tak jauh lokasi pohon lalu berwudhu. Setelah itu, pria bernama asli Raden Sahid ini lantas berdoa kepada Allah SWT, agar kera-kera raksasa penghuni pohon tersebut tidak mengganggu, bahkan mematuhi perintahnya.
Tak disangka-sangka, kera-kera yang berjumlah banyak itu turun dari atas pohon dan duduk berbaris di hadapan Sunan Kalijaga. Sang waliullah ini pun merasa takjub dan bersyukur. Sunan Kalijaga pun dibuat kian takjub saat kera-kera itu bisa berbicara layaknya manusia. "Kami siap tunduk pada perintahmu," ucap kera-kera itu.
Mengetahui para kera itu berkumpul di hadapannya, Sunan Kalijaga pun menyampaikan maksud tujuannya. Ia berbicara kepada para kera bahwa dirinya diperintahkan untuk mencari dan mengambil pohon jati yang besar untuk membangun masjid. Sunan Kalijaga pun berharap para kera ini mengikhlaskan pohon jati itu untuk pembangunan masjid yang menjadi bagian syiar agama islam.
Kera-kera itu kemudian mengikhlaskan dan mau membantu Sunan Kalijaga, tetapi dengan syarat diizinkan untuk menjadi pengikut Sunan Kalijaga, serta dibiarkan ikut ke Demak. Sunan Kalijaga pun merasa keberatan dengan syarat yang disampaikan kera. Menuru Sunan Kalijaga syarat itu dinilai sebagai bentuk keberatan karena pohon jati tempat tinggalnya diambil.
Sunan Kalijaga pun menjelaskan para kera agar tidak ikut ke Demak. Sebagai gantinya Sunan Kalijaga menanam dua pohon jati di depan sebuah gua yang terdapat di hutan tersebut. Kera-kera itu pun mematuhi perintah Sunan Kalijaga.
Gua itu konon sekarang bernama Goa Kreo atau gua tempat kera, salah satu tempat wisata yang ada di Semarang, tepatnya di salah satu Kecamatan Gunungpati. Di mana kawasan itu dulunya merupakan kawasan hutan Gunungpati.
Sampai saat ini pun di gua ini masih berkeliaran kera-kera yang jinak dan bergaul akrab dengan para wisatawan. Kera-kera tersebut diyakini merupakan keturunan kera-kera yang dulu pernah berhubungan dengan Sunan Kalijaga.
Lihat Juga: Kisah Malam Takbiran di Timor Timur, Bukan Diiringi Suara Bedug Melainkan Desingan Peluru
Suatu waktu Sunan Kalijaga diutus oleh Sultan Demak untuk mencari kayu jati dengan kualitas terbaik di hutan belantara. Kayu itu konon akan digunakan untuk membangun masjid sebagai sarana penyebaran agama Islam di suatu daerah.
Sunan Kalijaga pun menjalankan perintah tersebut. Ia pergi ke sebuah hutan lebat di kawasan Gunung Pati, dikutip dari dari buku "Kesaktian dan Tarekat Sunan Kalijaga" tulisan Rusydie Anwar. Konon hutan itu sangat lebat dengan pohon-pohon jati yang tumbuh subur. Namun sesuai perintah Sultan Demak, Sunan Kalijaga diminta untuk mencari pohon jati yang paling besar dan paling bagus.
Sayangnya setelah menemukan pohon jati yang dimaksud justru menjadi sarang kera-kera berukuran besar. Kera-kera itu bergelantungan di setiap rantingnya. Pada waktu Sunan Kalijaga sampai di tempat itu, kera-kera tersebut merasa terkejut dan satu per satu turun seakan-akan siap menyerang Sunan Kalijaga.
Kera-kera itu rupanya merasa terganggu dengan kehadiran Sunan Kalijaga. Melihat kondisi seperti itu, Sunan Kalijaga kemudian mencari sungai tak jauh lokasi pohon lalu berwudhu. Setelah itu, pria bernama asli Raden Sahid ini lantas berdoa kepada Allah SWT, agar kera-kera raksasa penghuni pohon tersebut tidak mengganggu, bahkan mematuhi perintahnya.
Tak disangka-sangka, kera-kera yang berjumlah banyak itu turun dari atas pohon dan duduk berbaris di hadapan Sunan Kalijaga. Sang waliullah ini pun merasa takjub dan bersyukur. Sunan Kalijaga pun dibuat kian takjub saat kera-kera itu bisa berbicara layaknya manusia. "Kami siap tunduk pada perintahmu," ucap kera-kera itu.
Mengetahui para kera itu berkumpul di hadapannya, Sunan Kalijaga pun menyampaikan maksud tujuannya. Ia berbicara kepada para kera bahwa dirinya diperintahkan untuk mencari dan mengambil pohon jati yang besar untuk membangun masjid. Sunan Kalijaga pun berharap para kera ini mengikhlaskan pohon jati itu untuk pembangunan masjid yang menjadi bagian syiar agama islam.
Kera-kera itu kemudian mengikhlaskan dan mau membantu Sunan Kalijaga, tetapi dengan syarat diizinkan untuk menjadi pengikut Sunan Kalijaga, serta dibiarkan ikut ke Demak. Sunan Kalijaga pun merasa keberatan dengan syarat yang disampaikan kera. Menuru Sunan Kalijaga syarat itu dinilai sebagai bentuk keberatan karena pohon jati tempat tinggalnya diambil.
Sunan Kalijaga pun menjelaskan para kera agar tidak ikut ke Demak. Sebagai gantinya Sunan Kalijaga menanam dua pohon jati di depan sebuah gua yang terdapat di hutan tersebut. Kera-kera itu pun mematuhi perintah Sunan Kalijaga.
Gua itu konon sekarang bernama Goa Kreo atau gua tempat kera, salah satu tempat wisata yang ada di Semarang, tepatnya di salah satu Kecamatan Gunungpati. Di mana kawasan itu dulunya merupakan kawasan hutan Gunungpati.
Sampai saat ini pun di gua ini masih berkeliaran kera-kera yang jinak dan bergaul akrab dengan para wisatawan. Kera-kera tersebut diyakini merupakan keturunan kera-kera yang dulu pernah berhubungan dengan Sunan Kalijaga.
Lihat Juga: Kisah Malam Takbiran di Timor Timur, Bukan Diiringi Suara Bedug Melainkan Desingan Peluru
(hri)
tulis komentar anda