Kisah Campur Tangan Belanda Tunjuk Mas Tumenggung Jogokaryo Jadi Bupati Pacitan
Rabu, 20 Desember 2023 - 17:22 WIB
Terkesan dengan gaya komunikasi yang sopan dan jelas, Inggris lalu mengangkat Joyoniman sebagai kepala kawedanan Arjowinangun dengan pangkat Ngabehi.Joyoniman mendapat julukan Poncogomo yang berarti lima agama.
Yakni disinyalir merujuk pada pandangan agama Joyoniman. Kekuasaan Inggris tidak berlangsung lama. Kolonial Belanda kembali datang dan menggantikannya. Pada 19 Agustus 1816, Belanda kembali datang ke Pacitan.
Bupati Pacitan Setrowijoyo telah digantikan oleh putranya yang kemudian dikenal Setrowijoyo II. Dalam percakapan yang membahas soal pengelolaan tanaman kopi, Belanda terkesan dengan jawaban Joyoniman atau Poncogomo.
Jawaban Joyoniman dianggap lebih cerdas daripada Bupati Setrowijoyo II. Belanda menilai Poncogomo lebih pantas menjadi bupati Pacitan. Poncogomo atau Kiai Jimat kemudian dipilih Belanda sebagai bupati yang mampu mengawasi dan meningkatkan hasil perkebunan kopi.
Dalam Babad Patjitan, Poncogomo saat ditanya menyatakan siap mempertahankan dirinya dari kemungkinan perlawanan Bupati Setrowijoyo II. Dia tidak akan mundur sejengkal pun dari posisinya.
“Tak lama setelah peristiwa ini, Belanda mengirimkan sepucuk surat yang menyatakan bahwa Setrowijoyo II dilepaskan dari jabatannya sebagai bupati dan menunjuk Poncogomo sebagai penggantinya dengan gelar Mas Tumenggung Jogokaryo”.
Ramalan Ki Buwono Keling yang diucapkan jelang kematiannya telah terbukti. Joyoniman alias Poncogomo alias Kiai Jimat alias Mas Tumenggung Jogokaryo, putranya telah menjadi penguasa Pacitan.
Kelak anak ketiga Joyoniman, yakni Mas Karyodipuro juga menjadi Bupati Pacitan.
Disebutkan dalam Babad Patjitan, sosok Jogokaryo digambarkan berkulit kuning, berbulu serta memiliki keberanian lebih. Bupati baru Pacitan itu lebih mampu melayani kepentingan Belanda.
Yakni disinyalir merujuk pada pandangan agama Joyoniman. Kekuasaan Inggris tidak berlangsung lama. Kolonial Belanda kembali datang dan menggantikannya. Pada 19 Agustus 1816, Belanda kembali datang ke Pacitan.
Bupati Pacitan Setrowijoyo telah digantikan oleh putranya yang kemudian dikenal Setrowijoyo II. Dalam percakapan yang membahas soal pengelolaan tanaman kopi, Belanda terkesan dengan jawaban Joyoniman atau Poncogomo.
Jawaban Joyoniman dianggap lebih cerdas daripada Bupati Setrowijoyo II. Belanda menilai Poncogomo lebih pantas menjadi bupati Pacitan. Poncogomo atau Kiai Jimat kemudian dipilih Belanda sebagai bupati yang mampu mengawasi dan meningkatkan hasil perkebunan kopi.
Baca Juga
Dalam Babad Patjitan, Poncogomo saat ditanya menyatakan siap mempertahankan dirinya dari kemungkinan perlawanan Bupati Setrowijoyo II. Dia tidak akan mundur sejengkal pun dari posisinya.
“Tak lama setelah peristiwa ini, Belanda mengirimkan sepucuk surat yang menyatakan bahwa Setrowijoyo II dilepaskan dari jabatannya sebagai bupati dan menunjuk Poncogomo sebagai penggantinya dengan gelar Mas Tumenggung Jogokaryo”.
Ramalan Ki Buwono Keling yang diucapkan jelang kematiannya telah terbukti. Joyoniman alias Poncogomo alias Kiai Jimat alias Mas Tumenggung Jogokaryo, putranya telah menjadi penguasa Pacitan.
Kelak anak ketiga Joyoniman, yakni Mas Karyodipuro juga menjadi Bupati Pacitan.
Disebutkan dalam Babad Patjitan, sosok Jogokaryo digambarkan berkulit kuning, berbulu serta memiliki keberanian lebih. Bupati baru Pacitan itu lebih mampu melayani kepentingan Belanda.
tulis komentar anda