Sejarah dan Asal-usul Banyuwangi, Kota yang Berkaitan Erat dengan Kerajaan Blambangan
Jum'at, 15 September 2023 - 12:16 WIB
JAKARTA - Banyuwangi adalah kabupaten yang terletak di ujung timur Pulau Jawa, Indonesia. Kota ini kaya akan sejarah dan budaya yang menarik diulas.
Banyuwangi memiliki asal usul yang panjang dan bercabang, dengan jejak-jejak peradaban yang mencakup periode zaman prasejarah hingga masa modern. Berikut sejarah dan asal-usul Banyuwangi.
Legenda menceritakan asal-usul nama Banyuwangi, yang mendapat julukan "Bumi Blambangan" dari sejarah masa kerajaan. Pada zaman itu, ada seorang raja bernama Prabu Sulahkromo yang memerintah wilayah ujung timur Pulau Jawa.
Raja ini dibantu oleh Patih Sidopekso, yang memiliki istri cantik bernama Sri Tanjung. Raja Prabu Sulahkromo terpikat oleh kecantikan Sri Tanjung dan berusaha merayunya, tetapi gagal.
Raja kemudian memfitnah Sri Tanjung kepada Patih Sidopekso, yang marah dan mengancam akan membunuh istrinya. Meski begitu, Sri Tanjung sangat setia.
Sri Tanjung diseret ke tepi sungai yang keruh oleh Patih Sidopekso sebelum dibunuh. Sebelum meninggal, Sri Tanjung memberikan pesan bahwa jika darahnya berbau busuk setelah dibunuh, berarti dia bersalah, tetapi jika air sungai berbau harum, maka dia tidak bersalah.
Setelah membunuh Sri Tanjung, air sungai yang semula keruh berangsur-angsur menjadi jernih dan berbau harum.
Banyuwangi memiliki asal usul yang panjang dan bercabang, dengan jejak-jejak peradaban yang mencakup periode zaman prasejarah hingga masa modern. Berikut sejarah dan asal-usul Banyuwangi.
Sejarah Banyuwangi
Legenda menceritakan asal-usul nama Banyuwangi, yang mendapat julukan "Bumi Blambangan" dari sejarah masa kerajaan. Pada zaman itu, ada seorang raja bernama Prabu Sulahkromo yang memerintah wilayah ujung timur Pulau Jawa.
Raja ini dibantu oleh Patih Sidopekso, yang memiliki istri cantik bernama Sri Tanjung. Raja Prabu Sulahkromo terpikat oleh kecantikan Sri Tanjung dan berusaha merayunya, tetapi gagal.
Raja kemudian memfitnah Sri Tanjung kepada Patih Sidopekso, yang marah dan mengancam akan membunuh istrinya. Meski begitu, Sri Tanjung sangat setia.
Sri Tanjung diseret ke tepi sungai yang keruh oleh Patih Sidopekso sebelum dibunuh. Sebelum meninggal, Sri Tanjung memberikan pesan bahwa jika darahnya berbau busuk setelah dibunuh, berarti dia bersalah, tetapi jika air sungai berbau harum, maka dia tidak bersalah.
Setelah membunuh Sri Tanjung, air sungai yang semula keruh berangsur-angsur menjadi jernih dan berbau harum.
tulis komentar anda