Kabut Asap Kepung Palembang, Kualitas Udara Memburuk
Selasa, 05 September 2023 - 16:49 WIB
PALEMBANG - Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di wilayah perbatasan dalam beberapa hari terakhir membuat kualitas udara di Palembang, Sumatera Selatan memburuk. Palembang juga dikepung kabut asap.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sumsel mencatat kualitas udara di Palembang terus memburuk sejak musim kemarau lantaran asap dari pembakaran juga partikel debu bertebaran karena tidak adanya curah hujan.
Kepala Stasiun BMKG Klimatologi Kelas | Sumsel, Wandayantolis mengatakan, berdasarkan catatannya, sejak empat hari terakhir nilai PM2.5 (partikel udara) berada di atas nilai ambang batasnya (55 ug/m3).
"Terpantau rata-rata harian berkisar 70-90 ug/m3. Artinya kondisi udara sudah tidak baik jika terhirup langsung," ujar Wandayantolis, Selasa (5/9/2023).
Wanda menjelaskan, kondisi udara bahkan bahkan memburuk pada kondisi di jam-jam tertentu ada yang mencapai lebih dari 200ug/m3. Kondisi paling ektrem ini sesaat terjadi di dini hari, berkisar di pukul 2-4 pagi. Namun menjelang siang konsentrasi membaik.
"Hal ini karena pada malam hari angin tidak kencang, sehingga terjadi penumpukan debu ataupun residu pembakaran," jelasnya.
Saat ini dari pantauan BMKG Sumsel banyak titik hotspot yang terpantau, meski terdapat hujan namun tidak merata. Pihaknya menghimbau agar waspada namun tidak perlu panik berlebihan.
"Hindari kegiatan pembakaran sekecil apapun. Hemat penggunaan air. Jika beraktivitas di luar ruangan baik menggunakan masker,” katanya.
Sementara itu, Koordinator Observasi dan Informasi BMKG SMB II Palembang, Sinta Andayani mengatakan munculnya titik hotspot di Sumsel beberapa hari terakhir mengalami peningkatan terutama di Kabupeten Ogan Komering Ilir (OKI) dan Ogan Ilir. Sehingga asap tersebut terbawa angin masuk ke Kota Palembang.
"Residu dari pembakaran tersebut menyebabkan kualitas udara di Palembang cenderung tidak sehat," jelasnya.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sumsel mencatat kualitas udara di Palembang terus memburuk sejak musim kemarau lantaran asap dari pembakaran juga partikel debu bertebaran karena tidak adanya curah hujan.
Kepala Stasiun BMKG Klimatologi Kelas | Sumsel, Wandayantolis mengatakan, berdasarkan catatannya, sejak empat hari terakhir nilai PM2.5 (partikel udara) berada di atas nilai ambang batasnya (55 ug/m3).
"Terpantau rata-rata harian berkisar 70-90 ug/m3. Artinya kondisi udara sudah tidak baik jika terhirup langsung," ujar Wandayantolis, Selasa (5/9/2023).
Wanda menjelaskan, kondisi udara bahkan bahkan memburuk pada kondisi di jam-jam tertentu ada yang mencapai lebih dari 200ug/m3. Kondisi paling ektrem ini sesaat terjadi di dini hari, berkisar di pukul 2-4 pagi. Namun menjelang siang konsentrasi membaik.
"Hal ini karena pada malam hari angin tidak kencang, sehingga terjadi penumpukan debu ataupun residu pembakaran," jelasnya.
Saat ini dari pantauan BMKG Sumsel banyak titik hotspot yang terpantau, meski terdapat hujan namun tidak merata. Pihaknya menghimbau agar waspada namun tidak perlu panik berlebihan.
"Hindari kegiatan pembakaran sekecil apapun. Hemat penggunaan air. Jika beraktivitas di luar ruangan baik menggunakan masker,” katanya.
Sementara itu, Koordinator Observasi dan Informasi BMKG SMB II Palembang, Sinta Andayani mengatakan munculnya titik hotspot di Sumsel beberapa hari terakhir mengalami peningkatan terutama di Kabupeten Ogan Komering Ilir (OKI) dan Ogan Ilir. Sehingga asap tersebut terbawa angin masuk ke Kota Palembang.
"Residu dari pembakaran tersebut menyebabkan kualitas udara di Palembang cenderung tidak sehat," jelasnya.
(shf)
tulis komentar anda