Pertemuan Perintis Mataram dengan Sunan Kalijaga Usai Menang Perang Lawan Jipang
Rabu, 05 April 2023 - 07:05 WIB
Kemenangan Ki Ageng Pamanahan perintis tanah Mataram ketika berperang melawan Arya Penangsang dari Jipang berujung guyuran hadiah. Hadiah itu diterima dari Ratu Kalinyamat yang pernah berjanji siapa pun yang akan membunuh Arya Penangsang akan diberi hadiah.
Janji itu pasca suami Ratu Kalinyamat dibunuh oleh Arya Penangsang yang menjadi penguasa Kerajaan Jipang. Ratu Kalinyamat pun memenuhi janjinya dengan memberi hadiah ke Ki Ageng Pamanahan, yang akhirnya ditolaknya.
Pamanahan hanya memilih seorang perempuan cantik yang ditawarkan dari perempuan - perempuan yang dihadiahkan oleh Ratu Kalinyamat, sebagaimana dikutip dari "Puncak Kekuasaan Mataram : Politik Ekspansi Sultan Agung", dari De Graaf. Ki Ageng Pamanahan juga memilih sebuah tanah yang menjadi awal mula Kerajaan Mataram berkembang.
Baca juga: Misi Sulit Sultan Agung Penguasa Mataram Taklukkan Kerajaan Pendirian Sunan Giri
Konon penyerahan tanah yang ditunda membuatnya kecewa. Ki Ageng Pamanahan pun lantas memilih bertapa di sekitar wilayah tanah itu dan bertemu dengan Sunan Kalijaga. Salah satu penyebar agama islam itu menemui Pamanahan ketika tengah bertapa.
Tokoh keramat ini menerka mengapa kiai gede itu menyepi, dan secara gaib seketika dibawanya jiwa raganya ke depan Raja. Raja Pajang ini dimintai pertanggungjawabannya, tetapi ia berusaha berdalih. Sunan Kalijaga sempat menanyakan ke Pamanahan mengapa tidak memilih tanah yang lebih bagus dari Mataram.
Tetapi Pamanahan terganggu pikirannya oleh ramalan Sunan Giri bahwa kelak di Mataram akan lahir seorang raja yang sama besarnya dengan Raja Pajang. Setelah itu, Pamanahan mengangkat sumpah yang mengandung tafsiran ganda, tetapi memuaskan semua pihak.
Serat Kandha (494-504) menulis dengan lebih sederhana tentang masalah ini. Di sini pun Kiai Gede Pamanahan dan Ki Panjawi memutuskan tampil sebagai pemenang, dan dengan demikian memperoleh tanah Pati dan Mataram. Setelah itu keduanya diutus ke Gunung Danareja untuk menyampaikan berita kemenangan kepada Ratu Kalinyamat.
Ratu ini selanjutnya menghadiahkan Menjangan-Bang kepada Kiai Gede Pamanahan dan Uluk kepada iparnya, berikut seorang perawan yang masih muda dan sangat cantik dari keluarga baik-baik, dan selanjutnya dititipkan untuk sementara pada Pamanahan.
Janji itu pasca suami Ratu Kalinyamat dibunuh oleh Arya Penangsang yang menjadi penguasa Kerajaan Jipang. Ratu Kalinyamat pun memenuhi janjinya dengan memberi hadiah ke Ki Ageng Pamanahan, yang akhirnya ditolaknya.
Pamanahan hanya memilih seorang perempuan cantik yang ditawarkan dari perempuan - perempuan yang dihadiahkan oleh Ratu Kalinyamat, sebagaimana dikutip dari "Puncak Kekuasaan Mataram : Politik Ekspansi Sultan Agung", dari De Graaf. Ki Ageng Pamanahan juga memilih sebuah tanah yang menjadi awal mula Kerajaan Mataram berkembang.
Baca juga: Misi Sulit Sultan Agung Penguasa Mataram Taklukkan Kerajaan Pendirian Sunan Giri
Konon penyerahan tanah yang ditunda membuatnya kecewa. Ki Ageng Pamanahan pun lantas memilih bertapa di sekitar wilayah tanah itu dan bertemu dengan Sunan Kalijaga. Salah satu penyebar agama islam itu menemui Pamanahan ketika tengah bertapa.
Tokoh keramat ini menerka mengapa kiai gede itu menyepi, dan secara gaib seketika dibawanya jiwa raganya ke depan Raja. Raja Pajang ini dimintai pertanggungjawabannya, tetapi ia berusaha berdalih. Sunan Kalijaga sempat menanyakan ke Pamanahan mengapa tidak memilih tanah yang lebih bagus dari Mataram.
Tetapi Pamanahan terganggu pikirannya oleh ramalan Sunan Giri bahwa kelak di Mataram akan lahir seorang raja yang sama besarnya dengan Raja Pajang. Setelah itu, Pamanahan mengangkat sumpah yang mengandung tafsiran ganda, tetapi memuaskan semua pihak.
Serat Kandha (494-504) menulis dengan lebih sederhana tentang masalah ini. Di sini pun Kiai Gede Pamanahan dan Ki Panjawi memutuskan tampil sebagai pemenang, dan dengan demikian memperoleh tanah Pati dan Mataram. Setelah itu keduanya diutus ke Gunung Danareja untuk menyampaikan berita kemenangan kepada Ratu Kalinyamat.
Ratu ini selanjutnya menghadiahkan Menjangan-Bang kepada Kiai Gede Pamanahan dan Uluk kepada iparnya, berikut seorang perawan yang masih muda dan sangat cantik dari keluarga baik-baik, dan selanjutnya dititipkan untuk sementara pada Pamanahan.
(msd)
tulis komentar anda