Cantik! Ini Wajah Ken Dedes Hasil Artificial Intelligence, Permaisuri Singasari yang Darahnya Mengaliri Para Raja Nusantara
Sabtu, 04 Maret 2023 - 05:48 WIB
Setelah pementasan drama tersebut, kisah Ken Arok dan Ken Dedes yang sumber kisahnya berasal dari Kitab Pararaton tersebut, dimuat dalam majalah Poedjangga Baroe pimpinan Sutan Takdir Alisjahbana, pada tahun 1934, atau enam tahun setelah Sumpah Pemuda.
"Drama ini mengangkat masalah perjuangan dan kehidupan Kerajaan Singasari, yang pernah jaya pada masa lalu. Temanya adalah rasa keadilan harus ditegakkan. Dalam drama itu, antara lain, diperlihatkan keadaan suatu sidang kerajaan menanggapi situasi negeri," tulis dapobas.kemdikbud.go.id.
Sosok Ken Dedes hasil Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Foto/Istagram/@ainusantara
Dalam naskah drama itu disebutkan, sidang kerajaan tersebut membahas pengangkatan seorang putra mahkota Kerajaan Singasari. Ken Arok yang telah dinobatkan menjadi Raja Singasari, berkeras hati hendak mengangkat putra pertamanya dari permaisuri Ken Dedes, Mahisa Wong Ateleng menjadi putra mahkota Kerajaan Singasari.
Sikap Ken Arok ini, bertentangan dengan para pembesar Kerajaan Singsari, yakni Mahamenteri Rakian Hino, Mahamenteri Sirikan, dan Mahamenteri Hulu. Para petinggi Kerajaan Singasari tersebut, lebih memilih Anusapati yang merupakan putra Ken Dedes dari suami pertamanya, Tunggul Ametung.
Para petinggi Kerajaan Singasari menilai, Anusapati layak menjadi putra markota Kerajaan Singasari, karena merupakan anak sulung. Akan tetapi Ken Arok tetap memilih Mahisa Wong Ateleng, yang merupakan adik Anusapati, sebagai putra mahkota Kerajaan Singasari, tanpa memberikan alasan yang jelas.
Anusapati terluka dan kecewa dengan keputusan ayahnya. Bersamaan dengan itu, Anusapati bertemu ibunya, Ken Dedes. Melihat anaknya terluka dan kecewa, Ken Dedes tanpa sengaja membongkar rahasia siapa sebenarnya Anusapati. Terbongkarnya rahasia tersebut, membuat Anusapati murka dan menuntut balas atas kematian ayahnya, Tunggul Ametung.
Dalam akhir naskah drama di tahun 1928 itu, diungkapkan, Anusapati menggunakan keris sakti buatan Mpu Gandring, yang pernah digunakan Ken Arok membunuh Tunggul Ametung, untuk membalaskan dendam kesumat tersebut. Ken Arok tewas di tusuk keris sakti yang dahulu menjadi senjata andalannya. Kematian Ken Arok, akhirnya membawa Anusapati ke tampuk singgasana Kerajaan Singasari.
"Drama ini mengangkat masalah perjuangan dan kehidupan Kerajaan Singasari, yang pernah jaya pada masa lalu. Temanya adalah rasa keadilan harus ditegakkan. Dalam drama itu, antara lain, diperlihatkan keadaan suatu sidang kerajaan menanggapi situasi negeri," tulis dapobas.kemdikbud.go.id.
Sosok Ken Dedes hasil Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Foto/Istagram/@ainusantara
Dalam naskah drama itu disebutkan, sidang kerajaan tersebut membahas pengangkatan seorang putra mahkota Kerajaan Singasari. Ken Arok yang telah dinobatkan menjadi Raja Singasari, berkeras hati hendak mengangkat putra pertamanya dari permaisuri Ken Dedes, Mahisa Wong Ateleng menjadi putra mahkota Kerajaan Singasari.
Sikap Ken Arok ini, bertentangan dengan para pembesar Kerajaan Singsari, yakni Mahamenteri Rakian Hino, Mahamenteri Sirikan, dan Mahamenteri Hulu. Para petinggi Kerajaan Singasari tersebut, lebih memilih Anusapati yang merupakan putra Ken Dedes dari suami pertamanya, Tunggul Ametung.
Para petinggi Kerajaan Singasari menilai, Anusapati layak menjadi putra markota Kerajaan Singasari, karena merupakan anak sulung. Akan tetapi Ken Arok tetap memilih Mahisa Wong Ateleng, yang merupakan adik Anusapati, sebagai putra mahkota Kerajaan Singasari, tanpa memberikan alasan yang jelas.
Anusapati terluka dan kecewa dengan keputusan ayahnya. Bersamaan dengan itu, Anusapati bertemu ibunya, Ken Dedes. Melihat anaknya terluka dan kecewa, Ken Dedes tanpa sengaja membongkar rahasia siapa sebenarnya Anusapati. Terbongkarnya rahasia tersebut, membuat Anusapati murka dan menuntut balas atas kematian ayahnya, Tunggul Ametung.
Dalam akhir naskah drama di tahun 1928 itu, diungkapkan, Anusapati menggunakan keris sakti buatan Mpu Gandring, yang pernah digunakan Ken Arok membunuh Tunggul Ametung, untuk membalaskan dendam kesumat tersebut. Ken Arok tewas di tusuk keris sakti yang dahulu menjadi senjata andalannya. Kematian Ken Arok, akhirnya membawa Anusapati ke tampuk singgasana Kerajaan Singasari.
Lihat Juga :
tulis komentar anda