Kekeringan, Warga Gunungkidul Mulai Jual Kambing Tuk Beli Air
Rabu, 15 Juli 2020 - 21:40 WIB
GUNUNGKIDUL - Hujan belum lama menghilang, namun sudah menjadi langganan, beberapa wilayah di Gunungkidul kekurangan air. Ketersediaan air di telaga saat ini digunakan untuk kebutuhan mandi, mencuci dan juga minuman ternak.
Warga pun mulai membeli air dari tangki swasta karena belum ada droping dari Pemkab Gunungkidul.
Slamet, salah satu warga kalurahan Legundi, Kapanewon Panggang, mengaku sudah membeli satu tangki air untuk kebutuhan makan dan minum keluarganya. Untuk satu truk tangki air, dia merogoh uang Rp170 ribu. Diapun terpaksa menjual kambing untuk membeli air tersebut. (Baca juga: Klaster Pedagang Tahu Kupat Solo, 10 Orang Positif COVID-19 )
"Ya bagaimana lagi ini sudah langganan. Kalau belum ada bantuan ya membeli sendiri, Rp170 ribu. Kemerin saya menjual makan kambing," tuturnya kepada SINDOnews, Rabu (15/7/2020) .
Diakuinya, kondisi seperti ini memang selalu terjadi saat musim kemarau. Kebutuhan untuk makan dan minum harus dicukupi." Sedangkan untuk mencuci kami ke Telaga, meskipun agak jauh namun. bisa menghemat air bersih," imbuhnya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul Edy Basuki menjelaskan, saat ini enam kapanewon sudah menyatakan mulai terjadi kekeringan. Namun memang belum detail," katanya. (Baca juga: Berpura-pura Salat, Pencuri Kotak Amal Kepergok Warga )
Dijelaskannya, enam Kapanewon yang mulai mengalami kekeringan di antaranya adalah Girisubo, Rongkop, Semanu, Tepus, Paliyan dan Saptosari. Sebagian besar terkait ketersediaan air bersih.
"Kalau telaga dan sungai untuk kebutuhan mandi cuci dan ternak. Namun kesulitan pas air bersih untuk kebutuhan memasak dan minum," ulasnya.
Diakuinya, pihaknya masih menunggu data detail kalurahan yang mengalami kekeringan. Karena setiap hari truk tangki swasta sudah terlihat beroperasi di pedesaan pinggiran.
"Namun pihak Kapanewon belum membuat laporan detail. Kalau sudah ada laporan detail kalurahan kita akan siapkan," beber dia.
Saat ini, pihaknya menyediakan anggaran droping air sebesar Rp700 juta. "Kita juga lakukan pemetaan, untuk persiapan droping air," tandasnya.
Lihat Juga: Gerak Cepat Atasi Kekeringan, Kementan Sabet Penghargaan Komunikasi Publik Terbaik di AMH 2024
Warga pun mulai membeli air dari tangki swasta karena belum ada droping dari Pemkab Gunungkidul.
Slamet, salah satu warga kalurahan Legundi, Kapanewon Panggang, mengaku sudah membeli satu tangki air untuk kebutuhan makan dan minum keluarganya. Untuk satu truk tangki air, dia merogoh uang Rp170 ribu. Diapun terpaksa menjual kambing untuk membeli air tersebut. (Baca juga: Klaster Pedagang Tahu Kupat Solo, 10 Orang Positif COVID-19 )
"Ya bagaimana lagi ini sudah langganan. Kalau belum ada bantuan ya membeli sendiri, Rp170 ribu. Kemerin saya menjual makan kambing," tuturnya kepada SINDOnews, Rabu (15/7/2020) .
Diakuinya, kondisi seperti ini memang selalu terjadi saat musim kemarau. Kebutuhan untuk makan dan minum harus dicukupi." Sedangkan untuk mencuci kami ke Telaga, meskipun agak jauh namun. bisa menghemat air bersih," imbuhnya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul Edy Basuki menjelaskan, saat ini enam kapanewon sudah menyatakan mulai terjadi kekeringan. Namun memang belum detail," katanya. (Baca juga: Berpura-pura Salat, Pencuri Kotak Amal Kepergok Warga )
Dijelaskannya, enam Kapanewon yang mulai mengalami kekeringan di antaranya adalah Girisubo, Rongkop, Semanu, Tepus, Paliyan dan Saptosari. Sebagian besar terkait ketersediaan air bersih.
"Kalau telaga dan sungai untuk kebutuhan mandi cuci dan ternak. Namun kesulitan pas air bersih untuk kebutuhan memasak dan minum," ulasnya.
Diakuinya, pihaknya masih menunggu data detail kalurahan yang mengalami kekeringan. Karena setiap hari truk tangki swasta sudah terlihat beroperasi di pedesaan pinggiran.
"Namun pihak Kapanewon belum membuat laporan detail. Kalau sudah ada laporan detail kalurahan kita akan siapkan," beber dia.
Saat ini, pihaknya menyediakan anggaran droping air sebesar Rp700 juta. "Kita juga lakukan pemetaan, untuk persiapan droping air," tandasnya.
Lihat Juga: Gerak Cepat Atasi Kekeringan, Kementan Sabet Penghargaan Komunikasi Publik Terbaik di AMH 2024
(mpw)
tulis komentar anda