Kisah Pelukis Basoeki Abdullah Berani Memarahi Keluarga Cendana Gara-gara Lukisan
Jum'at, 27 Januari 2023 - 16:05 WIB
Maka diam-diam dipesanlah sebuah lukisan hadiah ulang tahun kepada pelukis Basoeki Abdullah. Basoeki yang masih ingat kata-kata Bu Tien sewaktu di pameran, lantas melukis sekawanan angsa.
Ia lukis angsa di atas kanvas berukuran dua depa. Jumlahnya disamakan dengan jumlah keluarga Cendana.
Namun di tengah perjalanan, Basoeki tiba-tiba berubah pikiran. Menurutnya, bukan angsa yang cocok untuk menggambarkan keluarga Cendana, melainkan merpati.
Sebab, merpati menggambarkan kebebasan dan kelincahan. Merpati lambang makhluk yang diam tanpa suara, tapi dapat terbang ke sana-sini.
Apa yang ada di benak Basoeki sejalan dengan pikiran Mbak Tutut dan Titiek. Merpati lebih cocok dari pada angsa. Lukisan sekawanan merpati dengan kanvas berukuran besar pun jadi.
Setelah dibayar lunas, dengan penuh kehormatan lukisan merpati itu kemudian ditempatkan sebagai elemen dekorasi utama rumah keluarga Cendana. Sementara lukisan angsa jadinya dibeli oleh Mbak Tutut.
Keberadaan lukisan merpati disambut dengan luapan rasa bahagia. Mungkin saking gembiranya, Pak Harto dan Bu Tien menyuruh anak, menantu dan cucunya membubuhkan tanda tangan dengan spidol emas di masing-masing tubuh lukisan merpati Basoeki.
Pesta pernikahan ke-40 itu menarik perhatian masyarakat dan media. Mengetahui hasil karyanya ada imbuhan tanda tangan, Basoeki Abdullah sontak gusar. Ia menyebut keluarga Cendana vandalistik.
Basoeki menilai Pak Harto telah menganggap setiap benda yang dibeli adalah seratus persen hak milik, dan itu menurut pandangannya keliru.
Bagi Basoeki pemilik lukisan sesungguhnya hanya mengantongi hak guna pakai, meski tanpa batas waktu. Sebab di dalam karya seni berlaku undang-undang hak cipta.
Ia lukis angsa di atas kanvas berukuran dua depa. Jumlahnya disamakan dengan jumlah keluarga Cendana.
Namun di tengah perjalanan, Basoeki tiba-tiba berubah pikiran. Menurutnya, bukan angsa yang cocok untuk menggambarkan keluarga Cendana, melainkan merpati.
Sebab, merpati menggambarkan kebebasan dan kelincahan. Merpati lambang makhluk yang diam tanpa suara, tapi dapat terbang ke sana-sini.
Apa yang ada di benak Basoeki sejalan dengan pikiran Mbak Tutut dan Titiek. Merpati lebih cocok dari pada angsa. Lukisan sekawanan merpati dengan kanvas berukuran besar pun jadi.
Setelah dibayar lunas, dengan penuh kehormatan lukisan merpati itu kemudian ditempatkan sebagai elemen dekorasi utama rumah keluarga Cendana. Sementara lukisan angsa jadinya dibeli oleh Mbak Tutut.
Keberadaan lukisan merpati disambut dengan luapan rasa bahagia. Mungkin saking gembiranya, Pak Harto dan Bu Tien menyuruh anak, menantu dan cucunya membubuhkan tanda tangan dengan spidol emas di masing-masing tubuh lukisan merpati Basoeki.
Pesta pernikahan ke-40 itu menarik perhatian masyarakat dan media. Mengetahui hasil karyanya ada imbuhan tanda tangan, Basoeki Abdullah sontak gusar. Ia menyebut keluarga Cendana vandalistik.
Basoeki menilai Pak Harto telah menganggap setiap benda yang dibeli adalah seratus persen hak milik, dan itu menurut pandangannya keliru.
Bagi Basoeki pemilik lukisan sesungguhnya hanya mengantongi hak guna pakai, meski tanpa batas waktu. Sebab di dalam karya seni berlaku undang-undang hak cipta.
tulis komentar anda