Kembali Belajar Daring, Siswa dan Wali Murid Mengaku Kebingungan
loading...
A
A
A
BANDUNG - Hari pertama pembelajaran daring bagi siswa sekolah SD, SMP, dan SMA hari ini kembali dilakukan. Kendati begitu, banyak orang tua panik dan bingung atas sistem pembelajaran tersebut.
Ketua Forum Orang Tua Siswa (Fortusis) Kota Bandung Dwi Subawanto mengatakan, tidak sedikit orang tua siswa yang memngeluhkan sistem pembelajaran online. Karena sistem yang diajarkan cenderung monoton, guru hanya memberikan tugas kepada siswa.
"Banyak orang tua komplain, jangankan yang menggunakan aplikasi, guru yang men-share lewat grup chat juga banyak yang mengeluh. Karena orang tua banyak yang riweh (bingung), orang tua tidak tahu harus apa," jelas Dwi, Senin (13/7/2020).
Tak hanya membuat orang tua bingung, tidak sedikit dari mereka juga panik. Karena, orang tua mau tidak mau harus memberi supervisi, asistensi kepada anak.
Padahal hal itu selama ini jarang dilakukan, karena kondisi di kota besar. Di mana banyak orang tua selama ini bekerja dan sibuk.
Tetapi, saat ini orang tua harus bekerja dan mendampingi anaknya belajar. Mereka pun terpaksa belajar untuk memberikan penjelasan kepada anaknya.
"Jadi tidak hanya riweh dalam teknologi. Tetapi juga riweh dalam hal lainnya. Kalau yang punya anak satu tidak masalah. Tapi kalau lebih dari satu, khususnya bagi warga tak mampu. Boro boro untuk beli hanpohone, untuk keperluan lainnya juga sulit," papar dia.
Dina, salah satu orang tua siswa menilai mestinya pemerintah mempunyai skema yang jelas terkait belajar di rumah.
Jangan sampai, konsep belajar yang diberikan tidak memberi penjelasan secara jelas dan komprehensif kepada anak. (Baca juga: Ribuan Ojol Bandung Geruduk Balaikota Tuntut Izin Angkut Penumpang)
"Apalagi kalau anaknya dua dan berbeda kelas. Kalau ada tugas, kadang tekanannya tinggi. Kita bingun kalau tidak bisa atau terlambat mengerjakannya," jelasnya.
Ketua Forum Orang Tua Siswa (Fortusis) Kota Bandung Dwi Subawanto mengatakan, tidak sedikit orang tua siswa yang memngeluhkan sistem pembelajaran online. Karena sistem yang diajarkan cenderung monoton, guru hanya memberikan tugas kepada siswa.
"Banyak orang tua komplain, jangankan yang menggunakan aplikasi, guru yang men-share lewat grup chat juga banyak yang mengeluh. Karena orang tua banyak yang riweh (bingung), orang tua tidak tahu harus apa," jelas Dwi, Senin (13/7/2020).
Tak hanya membuat orang tua bingung, tidak sedikit dari mereka juga panik. Karena, orang tua mau tidak mau harus memberi supervisi, asistensi kepada anak.
Padahal hal itu selama ini jarang dilakukan, karena kondisi di kota besar. Di mana banyak orang tua selama ini bekerja dan sibuk.
Tetapi, saat ini orang tua harus bekerja dan mendampingi anaknya belajar. Mereka pun terpaksa belajar untuk memberikan penjelasan kepada anaknya.
"Jadi tidak hanya riweh dalam teknologi. Tetapi juga riweh dalam hal lainnya. Kalau yang punya anak satu tidak masalah. Tapi kalau lebih dari satu, khususnya bagi warga tak mampu. Boro boro untuk beli hanpohone, untuk keperluan lainnya juga sulit," papar dia.
Dina, salah satu orang tua siswa menilai mestinya pemerintah mempunyai skema yang jelas terkait belajar di rumah.
Jangan sampai, konsep belajar yang diberikan tidak memberi penjelasan secara jelas dan komprehensif kepada anak. (Baca juga: Ribuan Ojol Bandung Geruduk Balaikota Tuntut Izin Angkut Penumpang)
"Apalagi kalau anaknya dua dan berbeda kelas. Kalau ada tugas, kadang tekanannya tinggi. Kita bingun kalau tidak bisa atau terlambat mengerjakannya," jelasnya.
(boy)