Kisah Kedahsyatan Siasat Panembahan Senopati Hancurkan Pasukan Pajang Tanpa Perang

Jum'at, 06 Januari 2023 - 15:21 WIB
loading...
Kisah Kedahsyatan Siasat Panembahan Senopati Hancurkan Pasukan Pajang Tanpa Perang
Panembahan Senopati. Foto/Dok. kebudayaan.jogjakota.go.id
A A A
Perang antara Kesultanan Pajang, dengan Kesultanan Mataram yang didirikan Panembahan Senopati, tak dapat tereelakkan lagi. Sultan Pajang yang awalnya bersikap lunak, akhirnya harus mengambil jalan perang untuk mengendalikan Mataram, yang ada di wilayah kekuasaannya.



Kisah penyerangan Kesultanan Pajang, terhadap Kesultanan Mataram tersebut, diungkap H.J. De Graaf dalam bukunya yang berjudul "Awal Kebangkitan Mataram: Masa Pemerintahan Senapati".



Dalam catatan H.J. De Graaf, pasukan Kesultanan Pajang menyerbu wilayah Mataram, melalui jalur di sekitar Candi Prambanan. Kekuatan besar dikerahkan Kesultanan Pajang, untuk menundukkan pasukan Mataram, di bawah kepemimpinan Panembahan Senopati.



Sultan Pajang memerintahkan para adipati di wilayah perbatasan dengan Mataram, untuk turut serta mengepung pasukan yang dipimpin Panembahan Senopati. Para adipati itu merupakan menantu Sultan Pajang, yakni Adipati Demak, Adipati Tuban, dan Adipati Banten.

Berbagai kesatuan pasukan perang, dikerahkan secara besar-besaran oleh Kesultanan Pajang, untuk menyerbu wilayah Mataram. Bahkan, Sultan Pajang memimpin pasukan dengan mengendarai gajah perang. Mereka berkemah di sekitar Prambanan, sebagai wilayah yang dinilai paling strategis untuk menyerbu Mataram.

Sebaliknya, di sisi Mataram, Panembahan Senopati ternyata tak memiliki banyak pasukan perang untuk menghadapi kekuatan besar pasukan Kesultanan Pajang. Panembahan Senopati hanya mampu mengumpulkan 800 orang Mataram, di Randulawang, untuk menghadapi pertempuran.



Kiai Juru Martani menasehati Panembahan Senopati agar tidak berperang, karena dia berpendapat pasukan yang dipimpin Panembahan Senoapti akan kalah dengan mudah. Tetapi bukanlah Panembahan Senopati, jika tak mempunyai taktik menghadapi musuh.

Panembahan Senopati meminta bantuan Nyi Roro Kidul, penguasa laut selatan untuk menghadapi pertempuran tersebut. Sementara Kiai Juru Martani, diberi tugas meminta bantuan kekuatan penjaga Gunung Merapi.

Menghadapi pasukan besar dari Kesultanan Pajang, Panembahan Senopati tak lupa membuat siasat tertentu untuk menghancurkan pasukan Pajang. Para prajurit yang terkumpul, diperintahkan oleh Panembahan Senopati untuk membuat banyak tumpukan kayu di Gunung Kidul.



Tumpukan kayu itu tersebar di atas bukit-bukit, dengan jarak sejauh tembakan peluru senapan. Pada malam hari, rencananya tumpukan kayu-kayu itu akan dibakar sekaligus. Saat tiba waktunya, sambil bersedekap Panembahan Senapati, dan Kiai Juru Martani menengadah ke langit, untuk meminta bantuan kekuatan gaib dari langit.

Sejurus kemudian, kekuatan gaib dari langit tersebut datang membawa hujan, badai, dan suara gemuruh yang dahsyat. Setelah itu Gunung Merapi meletus, menyemburkan api dan suara gemuruh. Hujan debu turun lebat, lumpur dengan batu-batu besar memenuhi Kali Opak.

Bersamaan dengan itu, tumpukan-tumpukan kayu di pegunungan dinyalakan secara bersama-sama, sehingga menjadi layaknya lautan api. Melihat semua itu, Sultan Pajang menjadi ketakutan. Adipati Tuban yang berusaha menyalakan semangat raja, akhirnya sia-sia.

Kendati Adipati Tuban menyatakan sanggup memusnahkan pasukan Mataram, dalam sekejap mata. Tetapi yang terjadi sebaliknya, gejala alam bertambah menyeramkan. Tentara Pajang lari ketakutan, dan Sultan Pajang terpaksa ikut lari menyelamatkan diri. Pasukan Mataram yang dipimpin Panembahan Senopati, akhirnya berhasil menang tanpa berperang.
(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1961 seconds (0.1#10.140)