Kementerian LHK Pantau Pengembangan Pohon Sakura di Gunung Lawu
loading...
A
A
A
KARANGANYAR - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar menyatakan pengembangan pohon sakura di Lereng Gunung Lawu akan terus diteliti.
Penelitian diantaranya menyangkut pengaruh terhadap tanaman asli di gunung yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur tersebut.
“Saya sudah pernah lihat yang di Kyoto dan Tokyo (Jepang). Dinginnya juga seperti ini udaranya,” kata Siti Nurbaya Bakar saat kunjungan kerja ke kawasan Gunung Lawu, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Sabtu (11/7/2020).
Memasukkan pohon ke dalam negeri harus dipelajari dalam jangka waktu yang panjang. Menteri LHK akan meminta jajaran di bawahnya untuk mempelajari lebih jauh. Dari sisi seni, diakuinya cukup baik karena dirinya telah melihat di Jepang.
Ketika pohon sama dan berkembang seragam, nantinya bakal bagus sekali. “Tapi nanti akan kami lihat bagaimana pengaruh terhadap tanaman di sekitarnya, maupun tanaman aslinya. Pengembangan pohon sakura di Lereng Gunung Lawu terus diikuti oleh Perhutani, Litbang LHK, dan Toyota," paparnya.
Dirjend yang membidangi vegetasi dan direktur yang mengatur ekosistem dan kesesuaiannya akan diminta untuk terus memantau perkembangannya.
Administratur Muda/KKPH Perum Perhutani KPH Surakarta Sugi Purwanta mengungkapkan, sebanyak 60 pohon sakura telah ditanam di Lereng Gunung Lawu mulai tahun 2018 lalu.
Dalam waktu dekat, akan ditanam lagi sekitar 30 pohon dan bibitnya sudah tiba dari Kebun Raya Cibodas, Bogor, Jabar. (Baca juga: UNY Anugerahkan Gelar Doktor Honoris Causa ke Mendes PDTT)
“Ini kolaborasi dari lima institusi, diantaranya LIPI, dan UNS. Tengah dilakukan penelitian terkait kecocokan lokasi, dan kemampuan berbunganya,” ungkap Sugi.
Pohon sakura yang ditanam di Lereng Gunung Lawu, telah berbunga dua kali dalam setahun. Hanya saja, proses berbunganya belum serentak. Pohon sakura diharapkan menjadi destinasi wisata yang menarik di Gunung Lawu. Jika Pohon Sakura cocok ditanam di Gunung Lawu, Pihaknya menyiapkan 5 hektar untuk pengembangannya.
Penelitian diantaranya menyangkut pengaruh terhadap tanaman asli di gunung yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur tersebut.
“Saya sudah pernah lihat yang di Kyoto dan Tokyo (Jepang). Dinginnya juga seperti ini udaranya,” kata Siti Nurbaya Bakar saat kunjungan kerja ke kawasan Gunung Lawu, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Sabtu (11/7/2020).
Memasukkan pohon ke dalam negeri harus dipelajari dalam jangka waktu yang panjang. Menteri LHK akan meminta jajaran di bawahnya untuk mempelajari lebih jauh. Dari sisi seni, diakuinya cukup baik karena dirinya telah melihat di Jepang.
Ketika pohon sama dan berkembang seragam, nantinya bakal bagus sekali. “Tapi nanti akan kami lihat bagaimana pengaruh terhadap tanaman di sekitarnya, maupun tanaman aslinya. Pengembangan pohon sakura di Lereng Gunung Lawu terus diikuti oleh Perhutani, Litbang LHK, dan Toyota," paparnya.
Dirjend yang membidangi vegetasi dan direktur yang mengatur ekosistem dan kesesuaiannya akan diminta untuk terus memantau perkembangannya.
Administratur Muda/KKPH Perum Perhutani KPH Surakarta Sugi Purwanta mengungkapkan, sebanyak 60 pohon sakura telah ditanam di Lereng Gunung Lawu mulai tahun 2018 lalu.
Dalam waktu dekat, akan ditanam lagi sekitar 30 pohon dan bibitnya sudah tiba dari Kebun Raya Cibodas, Bogor, Jabar. (Baca juga: UNY Anugerahkan Gelar Doktor Honoris Causa ke Mendes PDTT)
“Ini kolaborasi dari lima institusi, diantaranya LIPI, dan UNS. Tengah dilakukan penelitian terkait kecocokan lokasi, dan kemampuan berbunganya,” ungkap Sugi.
Pohon sakura yang ditanam di Lereng Gunung Lawu, telah berbunga dua kali dalam setahun. Hanya saja, proses berbunganya belum serentak. Pohon sakura diharapkan menjadi destinasi wisata yang menarik di Gunung Lawu. Jika Pohon Sakura cocok ditanam di Gunung Lawu, Pihaknya menyiapkan 5 hektar untuk pengembangannya.
(boy)