Ketika Pejuang Malang Berkumpul di Masjid sebelum Bertempur di Surabaya
loading...
A
A
A
Usai panitia terbentuk, peletakan batu pertama dilakukan pada tahun 1974 di sebuah tanah kosong di selatan Masjid Jami' Blimbing sempat dijadikan markas pejuang saat mengusir penjajah di pertempuran 10 November Surabaya.
"Karena berbagai hal pembangunan masjid ini sempat macet. Kemudian pada 4 Agustus 1974 atas prakarsa KH. Masykur dibicarakan kembali pembangunan masjid ini di rumah beliau di Singosari. Pada 8 Agustus 1974, pembangunan masjid ini dimulai kembali," jelas Farkhan.
Farkhan menambahkan usai lanjutan pembangunan ini memerlukan waktu kurang lebih 6 tahun masjid ini rampung, dengan bantuan dari pemerintah daerah Tingkat II Kotamadya Malang kala itu.
Sempat terhenti beberapa tahun, pembangunan masjid akhirnya selesai memakan waktu 6 tahun. Masjid sendiri dibangun menempati tanah seluas 8.100 meter persegi, dengan terdiri dari tiga bangunan, bangunan induk masjid, bangunan menara, dan bangunan pelengkap uang terdiri dari ruang kantor, tempat wudu, dan ruangan sekolah.
Uniknya Masjid Sabilillah ini memiliki konstruksi bangunan dengan melambangkan pergerakan perjuangan Indonesia, jumlah pilar di luar masjid sebanyak 17 buah melambangkan tanggal proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Sementara ketinggian masjid dari lantai bawah hingga atap yakni 8 meter melambangkan bulan dimana Indonesia merdeka dari penjajah. Sementara tahun kemerdekaan Indonesia 1945 dilambangkan pada lebar masjid dan tinggi menara yakni 45 meter dari permukaan tanah.
Jarak antar pilar satu dan lainnya juga memiliki filosofis, dimana dengan jarak 5 meter antar pilar melambangkan Pancasila dan rukun islam yang jumlahnya juga lima. Di bagian menara masjid berbentuk segi 6 melambangkan rukun iman pada agama islam.
Di dalam masjid, juga terdapat 9 pilar menyokong masjid yang melambangkan jumlah Wali Songo yang menjadi penyebar agama islam di Pulau Jawa.
Lihat Juga: Jelang Hari Pahlawan, Anak Pejuang Kemerdekaan Ini Memilih Tempati Bunker Peninggalan Belanda
"Karena berbagai hal pembangunan masjid ini sempat macet. Kemudian pada 4 Agustus 1974 atas prakarsa KH. Masykur dibicarakan kembali pembangunan masjid ini di rumah beliau di Singosari. Pada 8 Agustus 1974, pembangunan masjid ini dimulai kembali," jelas Farkhan.
Farkhan menambahkan usai lanjutan pembangunan ini memerlukan waktu kurang lebih 6 tahun masjid ini rampung, dengan bantuan dari pemerintah daerah Tingkat II Kotamadya Malang kala itu.
Sempat terhenti beberapa tahun, pembangunan masjid akhirnya selesai memakan waktu 6 tahun. Masjid sendiri dibangun menempati tanah seluas 8.100 meter persegi, dengan terdiri dari tiga bangunan, bangunan induk masjid, bangunan menara, dan bangunan pelengkap uang terdiri dari ruang kantor, tempat wudu, dan ruangan sekolah.
Uniknya Masjid Sabilillah ini memiliki konstruksi bangunan dengan melambangkan pergerakan perjuangan Indonesia, jumlah pilar di luar masjid sebanyak 17 buah melambangkan tanggal proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Sementara ketinggian masjid dari lantai bawah hingga atap yakni 8 meter melambangkan bulan dimana Indonesia merdeka dari penjajah. Sementara tahun kemerdekaan Indonesia 1945 dilambangkan pada lebar masjid dan tinggi menara yakni 45 meter dari permukaan tanah.
Jarak antar pilar satu dan lainnya juga memiliki filosofis, dimana dengan jarak 5 meter antar pilar melambangkan Pancasila dan rukun islam yang jumlahnya juga lima. Di bagian menara masjid berbentuk segi 6 melambangkan rukun iman pada agama islam.
Di dalam masjid, juga terdapat 9 pilar menyokong masjid yang melambangkan jumlah Wali Songo yang menjadi penyebar agama islam di Pulau Jawa.
Lihat Juga: Jelang Hari Pahlawan, Anak Pejuang Kemerdekaan Ini Memilih Tempati Bunker Peninggalan Belanda
(msd)