Kisah Sultanah Safiatuddin, Penguasa Aceh yang Bikin Belanda Kocar-kacir
loading...
A
A
A
Sultanah Safiatuddin juga meneruskan tradisi pemberian tanah kepada pahlawan-pahlawan perang sebagai hadiah.
Dia juga dikenal sebagai sosok yang pintar dan aktif mengembangkan ilmu pengetahuan. Selain bahasa Aceh dan Melayu, sosok Sultanah Safiatuddin juga menguasai empat bahasa lain yakni Bahasa Arab, Persia, Spanyol, dan Urdu.
Di masa pemerintahannya, ilmu dan kesusastraan berkembang pesat. Sehingga di masa itu lahirlah karya-karya besar. Sultanah Safiatuddin juga berhasil menampik usaha-usaha Belanda untuk menempatkan diri di daerah Aceh. Sehingga membuat Belanda kocar-kacir.
Bahkan VOC pun tak berhasil memperoleh komoditi atas perdagangan timah dan komoditi lainnya. Tak hanya itu, ia juga membuat peraturan untuk meningkatkan kedudukan kaum perempuan.
Sehingga saat itu tercipta keseteraan gender dan perlindungan kepada perempuan begitu tinggi. Salah satu aturan yang dibuat adalah Cap Sikureung, atau cap sembilan yaitu stempel sah Kesultanan Aceh Darussalam.
Perempuan pertama penguasa Kesultanan Aceh Darussalam ini pun wafat pada 23 Oktober 1675.
Dia juga dikenal sebagai sosok yang pintar dan aktif mengembangkan ilmu pengetahuan. Selain bahasa Aceh dan Melayu, sosok Sultanah Safiatuddin juga menguasai empat bahasa lain yakni Bahasa Arab, Persia, Spanyol, dan Urdu.
Di masa pemerintahannya, ilmu dan kesusastraan berkembang pesat. Sehingga di masa itu lahirlah karya-karya besar. Sultanah Safiatuddin juga berhasil menampik usaha-usaha Belanda untuk menempatkan diri di daerah Aceh. Sehingga membuat Belanda kocar-kacir.
Bahkan VOC pun tak berhasil memperoleh komoditi atas perdagangan timah dan komoditi lainnya. Tak hanya itu, ia juga membuat peraturan untuk meningkatkan kedudukan kaum perempuan.
Sehingga saat itu tercipta keseteraan gender dan perlindungan kepada perempuan begitu tinggi. Salah satu aturan yang dibuat adalah Cap Sikureung, atau cap sembilan yaitu stempel sah Kesultanan Aceh Darussalam.
Perempuan pertama penguasa Kesultanan Aceh Darussalam ini pun wafat pada 23 Oktober 1675.
(shf)