Rekonstruksi Tragedi Kanjuruhan di Polda Jatim Dikritik
loading...
A
A
A
"Mereka diminta ke acara itu (rekonstruksi di Mapolda Jawa Timur), tapi kami memang tidak untuk hadir ke sana, hingga sekarang. Kami tidak bisa menerima apapun hasil dari rekonstruksi itu. Dan hari ini kita dampingi secara mayoritas," jelasnya.
Di sisi lain Koordinator LBH Surabaya Pos Malang Daniel Siagian menilai rekonstruksi yang dilakukan di Mapolda Jawa Timur menandakan tidak adanya transparansi dan akuntabilitas pada penanganan hukumnya.
"Seharusnya dilakukan secara transparan dan akuntabel dan dilakukan secara terbuka di Stadion Kanjuruhan, bukan secara tertutup di Polda Jatim karena akan menimbulkan keraguan terkait transparansi hasil rekonstruksi," kata Daniel Siagian.
LBH Pos Malang bersama koalisi masyarakat sipil juga menjelaskan, dengan rekonstruksi yang diadakan di Surabaya membuat proses keadilan sulit terealisasi, dikarenakan minimnya keterlibatan korban tragedi Kanjuruhan secara langsung.
"Seharusnya keterlibatan publik dalam pemantauan rekonstruksi ini harus dilakukan terkhusus pihak saksi korban, hal itu sangat penting untuk menjamin Keadilan bagi korban, serta agar fakta yang direkonstruksi secara terang-benderang dan tidak dikaburkan," pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, Polda Jawa Timur melakukan rekonstruksi dengan memeragakan 30 adegan di Lapangan Polda Jawa Timur pada Rabu pagi (19/10/2022). Pada rekonstruksi ini dihadirkan tiga orang tersangka dari kepolisian untuk melakukan simulasi mengenai kronologi penembakan gas air mata, seusai laga Arema FC vs Persebaya, pada Sabtu malam (1/10/2022).
Menariknya dalam rekonstruksi itu, tak ada rekonstruksi penembakan gas air mata ke arah tribun, sebagaimana temuan - temuan investigasi dari Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF), Komnas HAM, serta lembaga koalisi masyarakat sipil.
Penembakan gas air mata menjadi penting sebab TGIPF menyimpulkan hal itu memicu adanya kepanikan ke penonton, yang berujung terinjak-injak hingga memakan 133 korban hingga Rabu (19/10/2022) dan ratusan korban luka.
Lihat Juga: Sekuriti Ungkap Penggerebekan Pesta Seks Tukar 12 Pasangan di Villa Batu: Kondisi Bekeringat
Di sisi lain Koordinator LBH Surabaya Pos Malang Daniel Siagian menilai rekonstruksi yang dilakukan di Mapolda Jawa Timur menandakan tidak adanya transparansi dan akuntabilitas pada penanganan hukumnya.
"Seharusnya dilakukan secara transparan dan akuntabel dan dilakukan secara terbuka di Stadion Kanjuruhan, bukan secara tertutup di Polda Jatim karena akan menimbulkan keraguan terkait transparansi hasil rekonstruksi," kata Daniel Siagian.
LBH Pos Malang bersama koalisi masyarakat sipil juga menjelaskan, dengan rekonstruksi yang diadakan di Surabaya membuat proses keadilan sulit terealisasi, dikarenakan minimnya keterlibatan korban tragedi Kanjuruhan secara langsung.
"Seharusnya keterlibatan publik dalam pemantauan rekonstruksi ini harus dilakukan terkhusus pihak saksi korban, hal itu sangat penting untuk menjamin Keadilan bagi korban, serta agar fakta yang direkonstruksi secara terang-benderang dan tidak dikaburkan," pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, Polda Jawa Timur melakukan rekonstruksi dengan memeragakan 30 adegan di Lapangan Polda Jawa Timur pada Rabu pagi (19/10/2022). Pada rekonstruksi ini dihadirkan tiga orang tersangka dari kepolisian untuk melakukan simulasi mengenai kronologi penembakan gas air mata, seusai laga Arema FC vs Persebaya, pada Sabtu malam (1/10/2022).
Menariknya dalam rekonstruksi itu, tak ada rekonstruksi penembakan gas air mata ke arah tribun, sebagaimana temuan - temuan investigasi dari Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF), Komnas HAM, serta lembaga koalisi masyarakat sipil.
Penembakan gas air mata menjadi penting sebab TGIPF menyimpulkan hal itu memicu adanya kepanikan ke penonton, yang berujung terinjak-injak hingga memakan 133 korban hingga Rabu (19/10/2022) dan ratusan korban luka.
Lihat Juga: Sekuriti Ungkap Penggerebekan Pesta Seks Tukar 12 Pasangan di Villa Batu: Kondisi Bekeringat
(nic)