Guru Besar UNS Paparkan Informasi Jamu dalam Manuskrip Jawa Kuno
loading...
A
A
A
Selain itu terdapat juga pada Candi Prambanan tahun 850 M, Penataran 1200 M, Sukuh 1437 M, Prasasti Tegalwangi (Masa Kerajaan Hindu dan Buddha pasca abad ke-15, dan lain sebagainya. Terdapat beberapa manuskrip Jawa kuno yang sedang dikerjakan oleh tim PUI Javanologi UNS, antara lain Kagungan Dalem Buku Racikan Jampi-Jampi Jawi Jilid II, Serat Buk Jampi-Jampi Jawi, Kawruh Bab Jampi Jawi, Usada Keling, Tenung Saptawara, dan Serat Centhini.
Pada Serat Centhini, meskipun berisi banyak cerita sastra tetapi banyak didapatkan informasi mengenai jenis jamu dan cerita untuk memberdayakan jamu. "Saya kira optimisme muncul setelah membaca serat ini. Jamu-jamu tersebut terselip dalam cerita-cerita, contoh pada bagian pesta perkawinan itu ada sesaji dan jamu kekuatan. Kemudian pada Primbon Jampi Jawi juga terdapat banyak ciri yang menonjol yang tidak logis," urainya.
Terdapat banyak gugon tuhon yang dipercaya, tetapi mengikuti kawruh kedokteran. Terdapat 25 bab yang memuat 233 resep obat orang sakit. Selain itu juga memuat manfaat dan kegunaan rempah pada bab 26-42. Diungkapkannya, terdapat kendala dalam mendapatkan informasi jamu pada masa lampau. Kendala yang paling utama adalah dari peristilahan bahasa, segi bahan, takaran, dan pengolahan.
(Baca juga: Polres Blitar Kota Gulung Pengedar Sabu Jaringan Pengusaha )
Dalam resep bahan yang digunakan hanya 4 lembar. "Tapi kami tidak tahu itu lembar ke berapa, umur daunnya tidak tahu. Kemudian dari aspek takaran seperti setekem (segenggam), padahal tekeman (genggaman) satu orang dengan orang lain pasti berbeda. Pada aspek takaran ada sejungkut, sedimpit, senyari, ini kan susah sekali. Contoh dari aspek pengolahan yakni dipipis, tapi seberapa halusnya kami tidak tahu," imbuhnya.
Beberapa upaya yang dilakukan oleh Javanologi UNS terkait rempah dalam manuskrip Jawa kuno antara lain memodernisasi produk jamu dan perluasan keragaman. Selain itu juga melakukan penguatan upaya penggunaan rempah sebagai jamu atau obat tradisional dalam pelayanan pengobatan formal di tanah air melalui saintifikasi jamu.
Juga pengembangan penelitian filologis manuskrip Jawa kuno tentang jamu atau obat tradisional hingga bentuk produk digitalnya. Kemudian pengenalan obat sejak dini melalui berbagai media untuk anak-anak Indonesia dan sosialisasi jamu bagi masyarakat secara luas.
Pada Serat Centhini, meskipun berisi banyak cerita sastra tetapi banyak didapatkan informasi mengenai jenis jamu dan cerita untuk memberdayakan jamu. "Saya kira optimisme muncul setelah membaca serat ini. Jamu-jamu tersebut terselip dalam cerita-cerita, contoh pada bagian pesta perkawinan itu ada sesaji dan jamu kekuatan. Kemudian pada Primbon Jampi Jawi juga terdapat banyak ciri yang menonjol yang tidak logis," urainya.
Terdapat banyak gugon tuhon yang dipercaya, tetapi mengikuti kawruh kedokteran. Terdapat 25 bab yang memuat 233 resep obat orang sakit. Selain itu juga memuat manfaat dan kegunaan rempah pada bab 26-42. Diungkapkannya, terdapat kendala dalam mendapatkan informasi jamu pada masa lampau. Kendala yang paling utama adalah dari peristilahan bahasa, segi bahan, takaran, dan pengolahan.
(Baca juga: Polres Blitar Kota Gulung Pengedar Sabu Jaringan Pengusaha )
Dalam resep bahan yang digunakan hanya 4 lembar. "Tapi kami tidak tahu itu lembar ke berapa, umur daunnya tidak tahu. Kemudian dari aspek takaran seperti setekem (segenggam), padahal tekeman (genggaman) satu orang dengan orang lain pasti berbeda. Pada aspek takaran ada sejungkut, sedimpit, senyari, ini kan susah sekali. Contoh dari aspek pengolahan yakni dipipis, tapi seberapa halusnya kami tidak tahu," imbuhnya.
Beberapa upaya yang dilakukan oleh Javanologi UNS terkait rempah dalam manuskrip Jawa kuno antara lain memodernisasi produk jamu dan perluasan keragaman. Selain itu juga melakukan penguatan upaya penggunaan rempah sebagai jamu atau obat tradisional dalam pelayanan pengobatan formal di tanah air melalui saintifikasi jamu.
Juga pengembangan penelitian filologis manuskrip Jawa kuno tentang jamu atau obat tradisional hingga bentuk produk digitalnya. Kemudian pengenalan obat sejak dini melalui berbagai media untuk anak-anak Indonesia dan sosialisasi jamu bagi masyarakat secara luas.
(eyt)