RS Simpang, Perjalanan Penuh Wabah dan Penampung Korban Perang

Senin, 06 Juli 2020 - 04:59 WIB
loading...
A A A
(Baca juga: Cerita Mbah Moedjair, Penemu Ikan Mujair asal Blitar )

Sejarahwan Universitas Airlangga RN Bayu Aji menuturkan, pada 1913 dibangun pula Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS), sebuah sekolah untuk mendidik calon dokter. "Kebutuhan dokter waktu itu tinggi," katanya Rojil, panggilan akrabnya.

Para calon dokter dari NIAS ini selanjutnya melakukan praktik di RS Simpang. Gedung NIAS ini masih berdiri dan berfungsi menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.

"Banyak warga pribumi yang sekolah dokter. Termasuk dr Soetomo yang menjadi pemuda pengerak waktu itu," ucapnya. (Baca juga: Mengembalikan Identitas Sejati Kota Medan sebagai Kota Perdagangan dan Saudagar )

RS Simpang juga menjadi cikal bakal berdirinya RSUD dr Soetomo yang saat ini menjadi RS rujukan di Indonesia Timur. Waktu itu, para dokter di RS Simpang mulai merancang Nieuwe CBZ atau Rumah Sakit Karangmenjangan pada 1938. RS Karangmenjanagan inilah yang kini berubah nama menjadi RSUD dr Soetomo.

Pertempuran Surabaya terus meletus, RS Simpang menjadi salah satu rumah sakit utama untuk menampung korban pertempuran. Mereka memenuhi berbagai selasar rumah sakit.

Pada 13 November 1945, dr. Soetopo yang saat itu kepala RS Simpang memutuskan untuk memindahkan para pasien ke luar kota. Hal ini karena faktor keamanan dan tenaga medis yang kelelahan bekerja setiap hari tanpa henti.

Untuk pelaksanaan pengungsian ini diserahkan pada dr.Soewandhi. Tahap pertama, pengungsian dimulai dari peralatan dan obat-obatan menuju Kota Malang dan Jombang menggunakan ambulan, cikar dan truk. Setelah itu, tahap selanjutnya baru mengungsikan para korban pertempuran menuju Sidoarjo, Malang, Mojowarno dan Jombang.

Proses pengungsian korban dapat berjalan dengan lancar. Proses evakuasi pasien ini dilakukan selama satu minggu, sejak 13 November 1945. Prosesnya diawali setelah persiapan selesai, para pasien diangkut dengan tandu darurat sampai dimasukan ke dalam gerbong kereta api.

(Baca juga: Kisah Penculikan Sutan Sjahrir dan Kudeta Pertama di RI )
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1119 seconds (0.1#10.140)