Kisah Penculikan Sutan Sjahrir dan Kudeta Pertama di RI

Jum'at, 03 Juli 2020 - 05:06 WIB
loading...
Kisah Penculikan Sutan Sjahrir dan Kudeta Pertama di RI
Presiden Soekarno dalam pidatonya yang dipancarkan melalui radio melakukan imbauan untuk meredakan kondisi politik yang memanas. Foto/Ist
A A A
Hari ini, 74 tahun lalu, tepatnya 3 Juli 1946, dalam sejarah Republik Indonesia terjadi upaya kudeta pertama dimana saat itu RI belum genap berusia 1 tahun.

Kudeta terjadi akibat adanya perbedaan jalan pemikiran dalam memperjuangkan kemerdekaan RI di antara pemimpin bangsa pada saat itu. Di satu sisi ada kelompok yang menempuhnya dengan jalan berdiplomasi dengan Belanda. Sebaliknya di sisi lain ada kelompok yang anti diplomasi dalam memperjuangkan kemerdekaan.

Kelompok pertama yang menempuh jalan diplomasi di antaranya seperti Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta, Perdana Menteri Sutan Sjahrir, dan Menteri Pertahanan Amir Sjarifudin. (Baca juga: Saling Culik Tan Malaka dan Sutan Sjahrir )

Kelompok kedua, mengusung slogan merdeka 100%. Tokoh-tokohnya di antaranya yaitu, Tan Malaka, Iwa Kusuma Sumantri, dan Chaerul Saleh, yang dikenal dengan Kelompok Persatuan Perjuangan.

Kelompok yang berseberangan dengan kabinet pada saat itu adalah kelompok diplomasi yang ingin "merdeka 100%" dari Belanda, yakni para pengikut Tan Malaka dengan Kelompok Persatuan Perjuangannya.

Mereka tidak puas dengan pemerintahan kabinet Perdana Menteri Sutan Sjahrir yang hanya menuntut pengakuan kedaulatan Republik Indonesia secara de facto atas Jawa dan Madura. Kelompok Persatuan Perjuangan menuntut kedaulatan kedaulatan penuh 100% di seluruh wilayah Republik Indonesia.

Akhirnya kelompok ini menculik Sutan Sjahrir, Menteri Kemakmuran Darmawan Mangunkusumo, dan beberapa anggota kabinet lainnya, pada 26 Juni 1946 ketika singgah di Surakarta (Solo), Jawa Tengah.

Sutan Sjahrir tidak sadar ada kelompok yang mengintai kedatangannya di Surakarta, 25 Juni 1946. Saat itu Sjahrir baru saja melakukan safari politik dari Jawa Timur, satu di antara beberapa daerah yang tensi revolusinya dinamis. Dalam rombongan Sjahrir, antara lain dr Soedarsono, Mayor Jenderal Sudibyo, dan Sumitro Jayohadikusumo.

Rencananya, mereka mampir untuk berehat sejenak di Surakarta sebelum ke Yogyakarta untuk menghadiri sidang kabinet lengkap di Istana Yogya, bersama Bung Karno dan Bung Hatta.

Di Surakarta, "tamu agung" menginap di bekas kediaman kepala Javaasche Bank. Sebuah tempat eksklusif. Untuk urusan keamanan ditangani Polisi Militer.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1593 seconds (0.1#10.140)