Kesaksian Nur Saguwanto Korban Tragedi Kanjuruhan, Kaki Patah Muka Melepuh dan Sesak Napas
loading...
A
A
A
Saguwanto mengaku datang melihat pertandingan Arema FC melawan Persebaya dengan kawannya yang selamat. Dirinya diceritakan teman dalam keadaan pingsan dan baru sadar ketika Minggu pagi (2/10/2022) di RSUD Kanjuruhan Kepanjen.
"Saya baru sadar ketika hari Minggu (2/12022) pagi. Tahu-tahu saya sudah ada di RSUD Kanjuruhan, Kepanjen. Saya sempat nelepon keluarga, tapi nggak bisa melihat hape karena pandangan mata kabur. Pusing," tuturnya.
Dalam kondisi sendirian tergeletak dirumah sakit, Saguwanto hanya bisa menangis. Ia melihat bagaimana banyak orang-orang hilir mudik, banyak orang tak bernyawa tergeletak.
Sedangkan beberapa orang yang luka termasuk dirinya hanya tergeletak di lantai karena minimnya kasur perawatan.
"Suasana di rumah sakit ketika itu penuh korban luka. Saya cuma menangis saja, baru berhenti menangis ketika bertemu keluarganya," ungkap Saguwanto yang baru lulus sekolah di SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi,
Di sisi lain Dewi Fitri ibu kandung Saguwanto, mengaku sempat panik saat menerima kabar pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya banyak menelan korban. Ia pun lantas bergegas ke sejumlah rumah sakit mencari anaknya.
"Kami semua panik, karena anak saya dicari ke semua rumah sakit tidak ada. Baru Minggu pagi anak saya ketemu," kata Dewi Fitri (38).
Meski kondisinya cukup parah, setelah mendapatkan perawatan, Saguwanto akhirnya dipulangkan ke rumah oleh pihak rumah sakit. Hal itu dikarenakan ruangan tempat perawatan penuh sesak.
"Akhirnya anak saya dipulangkan. Saya bawa ke rumah, manggil bidan desa untuk membantu memasangkan infus dan merawat langsung," beber Dewi.
Baca Juga
"Saya baru sadar ketika hari Minggu (2/12022) pagi. Tahu-tahu saya sudah ada di RSUD Kanjuruhan, Kepanjen. Saya sempat nelepon keluarga, tapi nggak bisa melihat hape karena pandangan mata kabur. Pusing," tuturnya.
Dalam kondisi sendirian tergeletak dirumah sakit, Saguwanto hanya bisa menangis. Ia melihat bagaimana banyak orang-orang hilir mudik, banyak orang tak bernyawa tergeletak.
Sedangkan beberapa orang yang luka termasuk dirinya hanya tergeletak di lantai karena minimnya kasur perawatan.
"Suasana di rumah sakit ketika itu penuh korban luka. Saya cuma menangis saja, baru berhenti menangis ketika bertemu keluarganya," ungkap Saguwanto yang baru lulus sekolah di SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi,
Di sisi lain Dewi Fitri ibu kandung Saguwanto, mengaku sempat panik saat menerima kabar pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya banyak menelan korban. Ia pun lantas bergegas ke sejumlah rumah sakit mencari anaknya.
"Kami semua panik, karena anak saya dicari ke semua rumah sakit tidak ada. Baru Minggu pagi anak saya ketemu," kata Dewi Fitri (38).
Meski kondisinya cukup parah, setelah mendapatkan perawatan, Saguwanto akhirnya dipulangkan ke rumah oleh pihak rumah sakit. Hal itu dikarenakan ruangan tempat perawatan penuh sesak.
"Akhirnya anak saya dipulangkan. Saya bawa ke rumah, manggil bidan desa untuk membantu memasangkan infus dan merawat langsung," beber Dewi.