Kesaksian Nur Saguwanto Korban Tragedi Kanjuruhan, Kaki Patah Muka Melepuh dan Sesak Napas

Kamis, 06 Oktober 2022 - 13:58 WIB
loading...
Kesaksian Nur Saguwanto Korban Tragedi Kanjuruhan, Kaki Patah Muka Melepuh dan Sesak Napas
Nur Saguwanto (19) salah seorang korban luka sangat bersyukur nyawanya masih bisa selamat, meski pergelangan kaki kirinya patah dan mukanya bengkak,melepuh dan pingsan seharian. Foto/MPI/Avirista Midaada
A A A
MALANG - Detik-detik terjadinya Tragedi Kanjuruhan masih teringat jelas di ingatannya. Nur Saguwanto (19) salah seorang korban luka sangat bersyukur nyawanya masih bisa selamat, meski pergelangan kaki kirinya patah dan mukanya bengkak, melepuh, sesak napas dan pingsan dari malam hingga pagi.

Sebanyak 131 nyawa melayang dalam tragedi yang terjadi pada Sabtu, 1 September 2022 lalu.

Kesaksian Nur Saguwanto Korban Tragedi Kanjuruhan, Kaki Patah Muka Melepuh dan Sesak Napas

Nur Saguwanto korban Tragedi Kanjuruhan didampingi ayahnya, Mahfud saat ditemui di Tegalsari, Kepanjen, Malang, Jatim, Kamis (6/10/2022). Foto/MPI/Avirista Midaada

Pemuda asal Kepanjeng, Kabupaten Malang ini babak belur dan mengalami luka cukup banyak di sekujur tubuhnya. Luka itu hingga kini belum pulih meski Saguwanto sudah kembali ke rumah.

Dia merupakan salah satu dari ratusan korban yang terluka dalam kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang tersebut.



Saat ditemui di kediamannya, Jalan Karsidi RT 2 RW 3 Desa Tegalsari, Kecamatan Kepanjen, kedua mata Saguwanto bengkak, bagian wajahnya juga melepuh seperti ada sisa gas air mata.

Meski kejadian sudah 6 hari lalu, namun dia mengaku masih sesak dan berat saat bernapas hingga kini.

Kesaksian Nur Saguwanto Korban Tragedi Kanjuruhan, Kaki Patah Muka Melepuh dan Sesak Napas

Nur Saguwanto korban Tragedi Kanjuruhan saat ditemui di Tegalsari, Kepanjen, Malang, Jatim, Kamis (6/10/2022). Foto/MPI/Avirista Midaada

"Saat kejadian saya ada di tribun 11. Ketika itu sudah ada yang turun ke lapangan usai pertandingan bubar. Tiba tiba ada tembakan gas air mata di tempat saya duduk. Setelah itu saya nggak ingat lagi," kata Saguwanto, pada Kamis (6/10/2022).

Saguwanto mengaku datang melihat pertandingan Arema FC melawan Persebaya dengan kawannya yang selamat. Dirinya diceritakan teman dalam keadaan pingsan dan baru sadar ketika Minggu pagi (2/10/2022) di RSUD Kanjuruhan Kepanjen.


"Saya baru sadar ketika hari Minggu (2/12022) pagi. Tahu-tahu saya sudah ada di RSUD Kanjuruhan, Kepanjen. Saya sempat nelepon keluarga, tapi nggak bisa melihat hape karena pandangan mata kabur. Pusing," tuturnya.



Dalam kondisi sendirian tergeletak dirumah sakit, Saguwanto hanya bisa menangis. Ia melihat bagaimana banyak orang-orang hilir mudik, banyak orang tak bernyawa tergeletak.

Sedangkan beberapa orang yang luka termasuk dirinya hanya tergeletak di lantai karena minimnya kasur perawatan.

"Suasana di rumah sakit ketika itu penuh korban luka. Saya cuma menangis saja, baru berhenti menangis ketika bertemu keluarganya," ungkap Saguwanto yang baru lulus sekolah di SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi,

Di sisi lain Dewi Fitri ibu kandung Saguwanto, mengaku sempat panik saat menerima kabar pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya banyak menelan korban. Ia pun lantas bergegas ke sejumlah rumah sakit mencari anaknya.

"Kami semua panik, karena anak saya dicari ke semua rumah sakit tidak ada. Baru Minggu pagi anak saya ketemu," kata Dewi Fitri (38).

Meski kondisinya cukup parah, setelah mendapatkan perawatan, Saguwanto akhirnya dipulangkan ke rumah oleh pihak rumah sakit. Hal itu dikarenakan ruangan tempat perawatan penuh sesak.

"Akhirnya anak saya dipulangkan. Saya bawa ke rumah, manggil bidan desa untuk membantu memasangkan infus dan merawat langsung," beber Dewi.

Ia memutuskan untuk mencari pinjaman guna merawat anaknya sendiri di rumah. Tetapi ia memastikan selama berada di rumah sakit, biaya perawatan anaknya memang digratiskan.

"Kalau biaya waktu perawatan di rumah sakit gratis. Karena dipulangkan, ya mau nggak mau saya cari utangan sendiri. Sudah habis Rp750.000 hari ini. Ayahnya juga masih mencari utangan lagi," papar Dewi.

Keluarga Saguwanto adalah keluarga Pra Sejahtera. Punya kartu berobat KIS. Sebagai buruh tani kecil, ayah Saguwanto, Mahfud berharap anaknya bisa kembali sembuh pasca menjadi korban tragedi Kanjuruhan.

"Kalau bantuan sampai hari ini belum dapat bantuan. Kita rawat anak kami semampunya di rumah, waktu pertama kejadian kondisinya mengenaskan mas, matanya bengkak merah, lebam dan melepuh," tutur Mahfud.

Kini Saguwanto berharap bisa kembali sehat. Saguwanto mengaku, trauma atas kejadian yang menimpanya. Ia tak menyangka di Malang pertandingan itu, dirinya turut menjadi korban.

"Suasana malam itu mencekam. Gas air mata membuat saya sulit bernapas dan pingsan," pungkasnya
(shf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2445 seconds (0.1#10.140)