5 Tradisi Cari Jodoh Unik di Nusantara: Omed-omedan sampai Gredoan Cuma Ada di Indonesia
loading...
A
A
A
Hal tersebut dilakukan secara bergiliran bagi semua peserta. Biasanya, jika ada yang saling tidak suka, mereka akan mencoba menghindar meski berisiko terdorong.
Setelah acara selesai, pasangan yang telah berpelukan atau berciuman tadi bisa langsung berjodoh. Namun jika belum, mereka bisa mengikutinya lagi tahun depan.
2. Kamomose (Buton Tengah)
Kamomose merupakan tradisi cari jodoh unik yang dimiliki masyarakat Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi Tenggara. Dikutip dari pemberitaan sebelumnya, tradisi ini umumnya diperuntukkan bagi remaja yang masih jomblo atau single.
Dalam pelaksanaannya, malam hari setelah Lebaran Idul Fitri, sekelompok wanita akan duduk berjajar saling berhadapan. Di tengah-tengah mereka akan disediakan sebuah baskom yang terdapat lilin menyala.
Nantinya, para pemuda yang mengikuti Kamomose harus memiliki kacang tanah yang biasa dijual warga sekitar. Setelahnya, mereka harus bergantian dan berkeliling sembari melempar kacang tersebut ke dalam baskom.
Dalam tradisi kamomose, apabila para pemuda tersebut tertarik dengan salah satu gadis, mereka akan melempar kacangnya ke baskom yang dibawa wanita itu. Setelah itu, akan terjadi perundingan dengan pihak keluarga untuk meminta persetujuan.
Jika lamaran disetujui, maka hubungan bisa berlanjut ke tingkat yang lebih serius. Kamomose sendiri berasal dari Komomo yang berarti bunga yang hampir mekar dan Poose ose yang artinya berjajar secara teratur.
Baca juga : Viral! Kakek 80 Tahun di Blitar Buka Biro Jodoh
3. Gredoan (Banyuwangi)
Setelah acara selesai, pasangan yang telah berpelukan atau berciuman tadi bisa langsung berjodoh. Namun jika belum, mereka bisa mengikutinya lagi tahun depan.
2. Kamomose (Buton Tengah)
Kamomose merupakan tradisi cari jodoh unik yang dimiliki masyarakat Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi Tenggara. Dikutip dari pemberitaan sebelumnya, tradisi ini umumnya diperuntukkan bagi remaja yang masih jomblo atau single.
Dalam pelaksanaannya, malam hari setelah Lebaran Idul Fitri, sekelompok wanita akan duduk berjajar saling berhadapan. Di tengah-tengah mereka akan disediakan sebuah baskom yang terdapat lilin menyala.
Nantinya, para pemuda yang mengikuti Kamomose harus memiliki kacang tanah yang biasa dijual warga sekitar. Setelahnya, mereka harus bergantian dan berkeliling sembari melempar kacang tersebut ke dalam baskom.
Dalam tradisi kamomose, apabila para pemuda tersebut tertarik dengan salah satu gadis, mereka akan melempar kacangnya ke baskom yang dibawa wanita itu. Setelah itu, akan terjadi perundingan dengan pihak keluarga untuk meminta persetujuan.
Jika lamaran disetujui, maka hubungan bisa berlanjut ke tingkat yang lebih serius. Kamomose sendiri berasal dari Komomo yang berarti bunga yang hampir mekar dan Poose ose yang artinya berjajar secara teratur.
Baca juga : Viral! Kakek 80 Tahun di Blitar Buka Biro Jodoh
3. Gredoan (Banyuwangi)