Ekskavasi Kedua Situs Pendarmaan Raja Singasari Akan Dilakukan Bulan Depan

Kamis, 02 Juli 2020 - 20:21 WIB
loading...
Ekskavasi Kedua Situs Pendarmaan Raja Singasari Akan Dilakukan Bulan Depan
Tim arkeolog BPCB Jatim di Trowulan melakukan penggalian di Situs Kumitir, di Desa Kumitir, Trowulan Mojokerto. Diyakini situs ini merupakan tempat Pendarmaan Raja Singasari.Foto/SINDOnews/Tritus Julan.
A A A
MOJOKERTO - Ekskavasi kedua situs Kumitir bakalan dilakukan Agustus 2020 mendatang. Situs peninggalan Kerajaan Singasari di Dusun Bendo, Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto , itu akan kembali digali, pasca ekskavasi pertama yang dilakukan pada Oktober 2019 silam.

Upaya pra-ekskavasi oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur, di Trowulan, pun sudah dilakukan. Selama tiga hari, tim arkeolog berhasil mengungkap dimensi situs pendarmaan Raja Singasari yang ditemukan pada 19 Juni 2019 lalu oleh para pengrajin batu bata desa setempat.

Arkeolog BPCB Jatim, Wicaksono Dwi Nugroho mengungkapkan, berdasarkan hasil tes pit, atau pencarian sudut struktur bata yang berbentuk talud di situs Kumitir, ditemukan siku yang menjadi titik temu antara talud sisi timur dengan sisi selatan. Total, ada 9 kotak gali yang dibuat selama pra-ekskavasi di situs Kumitir. (BACA JUGA: Cucu Pendiri NU Meninggal, Dimakamkan Sesuai Protokol COVID-19 di Tebuireng)

"Berdasarkan hasil test pit dan pengecekan melalui udara, kami sudah membuktikan talud situs Kumitir ini berbentuk persegi panjang. Panjangnya mencapai 312,3 meter, sedangkan lebarnya 193,6 meter," kata Wicaksono kepada awak media, Kamis (2/7/2020).

Sementara dari sisi bentuk, situs Kumitir dibuat berundak. Bagian barat situs yang diyakini sebagai pintu masuk, dibuat lebih rendah. Sedangkan sisi timur dibuat lebih tinggi. Sebab, bagian ini merupakan tempat sakral yang menjadi tempat pendarmaan Raja Singasari. Sementara bagian timur situs yang meliputi pemakaman umum Dusun Bendo, tempat ditemukannya struktur candi.

Jika mengacu pada serat Pararaton, kata Wicak, pada abad ke-13, Kumitir merupakan lokasi pendharmaan Mahisa Cempaka atau Narasinghamurti dan Wisnuwardhana. Keduanya merupakan raja Kerajaan Tumapel atau lebih dikenal sebagai Singasari. Tempat pendharmaan adalah monumen untuk memperingati kematian. Atau tempat peribadatan khusus.

"Bagian timur ketinggiannya 48 mdpl (meter dari permukaan laut), bagian barat 46 koma sekian mdpl. Ada selisih sekitar 1,5 sampai 2 meter," imbuhnya.

Menurut Wicak, kegiatan pra-ekskavasi ini sangat penting. Sebab, kegiatan ini nantinya akan menjadi acuan proses ekskavasi kedua yang bakal dilakukan pada Agustus 2020 mendatang. Ekskavasi jilid kedua itu, kata Wicak, bakal dilakukan selama 30 hari. Diharapkan struktur talud ini bisa tersingkap seluruhnya.

"Ekskavasi akan dilakukan bulan Agustus nanti. Kami juga akan membuka sebagian kecil area makam Dusun Bendo, Desa Kumitir ini untuk mencari jejak pondasi candi tempat pendarmaan Raja Singasari ini," terang Wicak.

Untuk diketahui, BPCB Jatim di Trowulan, mulai melakukan eskavasi temuan situs Kumitir pada 21-30 Oktober 2019 lalu. Eskavasi tersebut, merupakan tindak lanjut pasca temuan struktur bata kuno pada 19 Juni 2019 lalu. Namun, ekskavasi selama 10 hari, tak cukup mengungkap tabir dibalik temuan struktur bata kuno itu.

Kendati dalam 10 hari, sepanjang 100 meter struktur bata kuno yang diprediksi merupakan talud, sudah berhasil disingkap. Namun, tim arkeolog belum dapat menyimpulkan, bangunan apa yang dulunya pernah berdiri di lokasi tersebut. Meski, mereka menyakini, lokasi tersebut merupakan tempat penting kala itu.

Bentangan struktur bata kuno dengan ketebalan 140 cm dengan tinggi kisaran 120 cm dari permukaan tanah asli, tentunya memunculkan berbagai prediksi. Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur, Nugroho Dwi Wicaksono menyakini lokasi tersebut bukan tempat sembarangan. Diperkirakan struktur bata ini merupakan sisi timur dari Kota Majapahit.

Prediksi itu tak lepas dari temuan bata kuno yang digunakan dalam pembuatan talud tersebut. Dari dimensinya, bata kuno itu memiliki ukuran bata 32 cm, lebar 18 cm serta memiliki ketebalan 6 cm. Dimensi bata itu sama dengan ukuran bata kuno di situs peninggalan Kerajaan Majapahit lainnya yang ditemukan di wilayah Kecamatan Trowulan. (BACA JUGA: Prajurit Marinir Rampungkan 957 Rumah Tahan Gempa di Lombok)

Disisi lain, sejumlah literasi menyebutkan bahwa Kumitir sudah menjadi tempat penting jauh sebelum Kerajaan Majapahit berdiri kokoh. Dalam serat Pararaton, kata Wicak, pada abad ke-13 Kumitir merupakan lokasi pendharmaan Mahisa Cempaka atau Narasinghamurti dan Wisnuwardhana. Keduanya merupakan raja Kerajaan Tumapel atau lebih dikenal sebagai Singasari.

Sehingga besar kemungkinan di Situs Kumitir terdapat dua peninggalan besar dari zaman yang berbeda. Yakni talud yang dibangun pada saat Kejayaan Majapahit, serta tempat pendharmaan Mahisa Cempaka dan Wisnuwardhana pada era Kerajaan Singasari. Sebab, Negarakretagama yang menuliskan adanya lokasi pendharmaan Mahisa Cempaka ditulis pada Hayam Wuruk menjadi Raja Majapahit.
(vit)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1764 seconds (0.1#10.140)