Kisah Panembahan Senopati Ubah Perkampungan Menjadi Kerajaan Islam Terbesar di Jawa
loading...
A
A
A
Sedangkan Ki Ageng Pamanahan mendapat tanah Mentaok yang saat ini masih berupa hutan lebat. Karena teringat dengan ramalan Sunan Giri, hutan belantara itu kemudian dibabat dengan tirakat yang sungguh-sungguh.
Sayang, Ki Ageng Pamanahan telah lebih dahulu meninggal dunia, pada 1575. Sehingga, dirinya tidak sempat melihat kelahiran dan kemajuan Kerajaan Mataram Islam yang telah diramalkan Sunan Giri tersebut.
Dirinya pun disebut sebagai leluhur Kerajaan Mataram Islam. Sepeninggal Ki Ageng Pamanahan, Mentaok diserahkan kepada anaknya Danang Sutawijaya. Di tangan Danang Suta Wijaya, Mentaok yang awalnya hanya perkampungan biasa berkembang menjadi kerajaan Islam terbesar di Jawa.
Danang Sutawijaya kemudian mendapatkan gelar Panembahan Senopati, Raja Mataram Islam yang pertama.
Jejak kebesaran Kerajaan Mataram Islam, hingga saat ini masih bisa ditemukan di wilayah Jogjakarta dan sekitarnya, seperti di Kotagede, Kerto, Pleret, Ambarkerawang Gamping, Krapyak, Keraton Jogjakarta dan Pakualaman.
Jejak itu juga tampak di Taman Sari, Masjid Kauman, Benteng Vredebruk, Gedung Agung, Malioboro dan lainnya.
Selama pemerintahannya, dari 1580-1601, Panembahan Senopati berhasil memperluas wilayah kerajaannya, hingga ke Surabaya, Madiun, Ponorogo, Cirebon, bahkan Galuh. Semua wilayah taklukan itu kemudian beragama Islam.
Sayang, Ki Ageng Pamanahan telah lebih dahulu meninggal dunia, pada 1575. Sehingga, dirinya tidak sempat melihat kelahiran dan kemajuan Kerajaan Mataram Islam yang telah diramalkan Sunan Giri tersebut.
Dirinya pun disebut sebagai leluhur Kerajaan Mataram Islam. Sepeninggal Ki Ageng Pamanahan, Mentaok diserahkan kepada anaknya Danang Sutawijaya. Di tangan Danang Suta Wijaya, Mentaok yang awalnya hanya perkampungan biasa berkembang menjadi kerajaan Islam terbesar di Jawa.
Danang Sutawijaya kemudian mendapatkan gelar Panembahan Senopati, Raja Mataram Islam yang pertama.
Jejak kebesaran Kerajaan Mataram Islam, hingga saat ini masih bisa ditemukan di wilayah Jogjakarta dan sekitarnya, seperti di Kotagede, Kerto, Pleret, Ambarkerawang Gamping, Krapyak, Keraton Jogjakarta dan Pakualaman.
Jejak itu juga tampak di Taman Sari, Masjid Kauman, Benteng Vredebruk, Gedung Agung, Malioboro dan lainnya.
Selama pemerintahannya, dari 1580-1601, Panembahan Senopati berhasil memperluas wilayah kerajaannya, hingga ke Surabaya, Madiun, Ponorogo, Cirebon, bahkan Galuh. Semua wilayah taklukan itu kemudian beragama Islam.