Kisah Panembahan Senopati Ubah Perkampungan Menjadi Kerajaan Islam Terbesar di Jawa
loading...
A
A
A
MATARAM Islam didirikan oleh Panembahan Senopati. Kemunculan Mataram Islam ini pernah diramalkan oleh Sunan Giri. Dalam ramalannya, Sunan Giri mengatakan akan lahir kerajaan besar di Mentaok, menggantikan Pajang.
Ternyata, ramalan itu bukan isapan jempol. Kerajaan Mataram Islam yang didirikan Panembahan Senopati Sutawijaya, berhasil menggantikan Pajang, dengan semua kebesarannya. Seperti apa kisahnya? Berikut ulasan Cerita Pagi.
Berawal dari sayembara menghabisi Arya Penangsang yang digelar oleh Raden Hadiwijaya, Adipati Pajang menantu Sultan Trenggono Demak. Pemenang sayembara akan mendapatkan hadiah tanah Pati dan Mentaok.
Arya Penangsang merupakan Adipati Jipang yang sangat kejam. Dia melakukan serangkaian pembunuhan terhadap anak keturunan dan menantu Sultan Trenggono, seperti Sunan Prawoto anak Sultan Trenggono, Raja Demak ke-4.
Selain Sunan Prawoto, Arya Penangsang juga melakukan pembunuhan terhadap Sultan Hadirin Adipati Jepara yang juga menantu Sultan Trenggono, suami dari Ratu Kalinyamat.
Sayembara ini kemudian terdengar oleh dua bersaudara Ki Ageng Pamanahan dan Ki Panjawi yang langsung mendaftar. Bersama anak Ki Ageng Pamanahan, Danang Sutawijaya, mereka berhasil membunuh Arya Penangsang.
Dengan tombak Kiai Plered, Danang Sutawijaya merobek perut Arya Panangsang hingga ususnya terburai dan tewas.
Raden Hadiwijaya memenuhi janjinya memberikan tanah Pati dan Mentaok, kepada para pemenang sayembara Ki Ageng Pamanahan dan Ki Panjawi. Ki Panjawi diberi tanah Pati yang saat itu sudah menjadi kota besar.
Sedangkan Ki Ageng Pamanahan mendapat tanah Mentaok yang saat ini masih berupa hutan lebat. Karena teringat dengan ramalan Sunan Giri, hutan belantara itu kemudian dibabat dengan tirakat yang sungguh-sungguh.
Sayang, Ki Ageng Pamanahan telah lebih dahulu meninggal dunia, pada 1575. Sehingga, dirinya tidak sempat melihat kelahiran dan kemajuan Kerajaan Mataram Islam yang telah diramalkan Sunan Giri tersebut.
Dirinya pun disebut sebagai leluhur Kerajaan Mataram Islam. Sepeninggal Ki Ageng Pamanahan, Mentaok diserahkan kepada anaknya Danang Sutawijaya. Di tangan Danang Suta Wijaya, Mentaok yang awalnya hanya perkampungan biasa berkembang menjadi kerajaan Islam terbesar di Jawa.
Danang Sutawijaya kemudian mendapatkan gelar Panembahan Senopati, Raja Mataram Islam yang pertama.
Jejak kebesaran Kerajaan Mataram Islam, hingga saat ini masih bisa ditemukan di wilayah Jogjakarta dan sekitarnya, seperti di Kotagede, Kerto, Pleret, Ambarkerawang Gamping, Krapyak, Keraton Jogjakarta dan Pakualaman.
Jejak itu juga tampak di Taman Sari, Masjid Kauman, Benteng Vredebruk, Gedung Agung, Malioboro dan lainnya.
Selama pemerintahannya, dari 1580-1601, Panembahan Senopati berhasil memperluas wilayah kerajaannya, hingga ke Surabaya, Madiun, Ponorogo, Cirebon, bahkan Galuh. Semua wilayah taklukan itu kemudian beragama Islam.
Untuk membangun pusat penyebaran agama Islam di wilayah kekuasaannya, Panembahan Senopati mendirikan rumah ibadah, menterjemahkan Alquran ke dalam bahasa Jawa, dan mendirikan pesantren-pesantren.
Selama 26 tahun memimpin Kerajaan Mataram Islam, Panembahan Senopati dinilai berhasil menyebarkan agama Islam. Setelah Penambahan Senopati mangkat, pada 1601, Kerajaan Mataram Islam terus berkembang pesat.
Sampai di sini ulasan singkat Cerita Pagi, semoga bermanfaat.
Sumber tulisan:
1. Peri Mardiono, Tuah Bumi Mataram dari Panembahan Senopati hingga Amangkurat II, Araska Publisher, 2020.
2. V. Wiranata Sujarweni, Menelusuri Jejak Mataram Islam di Yogyakarta, Anak Hebat Indonesia, 2017.
3. Soedjipto Abimanyu, Kitab Terlengkap Sejarah Mataram, Saufa, 2015.
4. Alik Al Adhim, Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa, JPBOOKS, 2015.
Ternyata, ramalan itu bukan isapan jempol. Kerajaan Mataram Islam yang didirikan Panembahan Senopati Sutawijaya, berhasil menggantikan Pajang, dengan semua kebesarannya. Seperti apa kisahnya? Berikut ulasan Cerita Pagi.
Berawal dari sayembara menghabisi Arya Penangsang yang digelar oleh Raden Hadiwijaya, Adipati Pajang menantu Sultan Trenggono Demak. Pemenang sayembara akan mendapatkan hadiah tanah Pati dan Mentaok.
Arya Penangsang merupakan Adipati Jipang yang sangat kejam. Dia melakukan serangkaian pembunuhan terhadap anak keturunan dan menantu Sultan Trenggono, seperti Sunan Prawoto anak Sultan Trenggono, Raja Demak ke-4.
Selain Sunan Prawoto, Arya Penangsang juga melakukan pembunuhan terhadap Sultan Hadirin Adipati Jepara yang juga menantu Sultan Trenggono, suami dari Ratu Kalinyamat.
Sayembara ini kemudian terdengar oleh dua bersaudara Ki Ageng Pamanahan dan Ki Panjawi yang langsung mendaftar. Bersama anak Ki Ageng Pamanahan, Danang Sutawijaya, mereka berhasil membunuh Arya Penangsang.
Dengan tombak Kiai Plered, Danang Sutawijaya merobek perut Arya Panangsang hingga ususnya terburai dan tewas.
Raden Hadiwijaya memenuhi janjinya memberikan tanah Pati dan Mentaok, kepada para pemenang sayembara Ki Ageng Pamanahan dan Ki Panjawi. Ki Panjawi diberi tanah Pati yang saat itu sudah menjadi kota besar.
Sedangkan Ki Ageng Pamanahan mendapat tanah Mentaok yang saat ini masih berupa hutan lebat. Karena teringat dengan ramalan Sunan Giri, hutan belantara itu kemudian dibabat dengan tirakat yang sungguh-sungguh.
Sayang, Ki Ageng Pamanahan telah lebih dahulu meninggal dunia, pada 1575. Sehingga, dirinya tidak sempat melihat kelahiran dan kemajuan Kerajaan Mataram Islam yang telah diramalkan Sunan Giri tersebut.
Dirinya pun disebut sebagai leluhur Kerajaan Mataram Islam. Sepeninggal Ki Ageng Pamanahan, Mentaok diserahkan kepada anaknya Danang Sutawijaya. Di tangan Danang Suta Wijaya, Mentaok yang awalnya hanya perkampungan biasa berkembang menjadi kerajaan Islam terbesar di Jawa.
Danang Sutawijaya kemudian mendapatkan gelar Panembahan Senopati, Raja Mataram Islam yang pertama.
Jejak kebesaran Kerajaan Mataram Islam, hingga saat ini masih bisa ditemukan di wilayah Jogjakarta dan sekitarnya, seperti di Kotagede, Kerto, Pleret, Ambarkerawang Gamping, Krapyak, Keraton Jogjakarta dan Pakualaman.
Jejak itu juga tampak di Taman Sari, Masjid Kauman, Benteng Vredebruk, Gedung Agung, Malioboro dan lainnya.
Selama pemerintahannya, dari 1580-1601, Panembahan Senopati berhasil memperluas wilayah kerajaannya, hingga ke Surabaya, Madiun, Ponorogo, Cirebon, bahkan Galuh. Semua wilayah taklukan itu kemudian beragama Islam.
Untuk membangun pusat penyebaran agama Islam di wilayah kekuasaannya, Panembahan Senopati mendirikan rumah ibadah, menterjemahkan Alquran ke dalam bahasa Jawa, dan mendirikan pesantren-pesantren.
Selama 26 tahun memimpin Kerajaan Mataram Islam, Panembahan Senopati dinilai berhasil menyebarkan agama Islam. Setelah Penambahan Senopati mangkat, pada 1601, Kerajaan Mataram Islam terus berkembang pesat.
Sampai di sini ulasan singkat Cerita Pagi, semoga bermanfaat.
Sumber tulisan:
1. Peri Mardiono, Tuah Bumi Mataram dari Panembahan Senopati hingga Amangkurat II, Araska Publisher, 2020.
2. V. Wiranata Sujarweni, Menelusuri Jejak Mataram Islam di Yogyakarta, Anak Hebat Indonesia, 2017.
3. Soedjipto Abimanyu, Kitab Terlengkap Sejarah Mataram, Saufa, 2015.
4. Alik Al Adhim, Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa, JPBOOKS, 2015.
(san)