Kisah Operasi Gagak Hitam, Cara Belanda Jajah Indonesia Jiplak Nazi Jerman Taklukkan Rusia
loading...
A
A
A
Dalam waktu cepat, Lapangan Terbang Maguwo praktis dikuasai pasukan Belanda. Menyusul penguasaan itu, sebanyak dua kompi atau 432 orang tentara baret merah Korps Speciale Troepen (KST) yang tergabung dalam pasukan payung Grup Tempur Para I, diterjunkan.
Mereka diangkut oleh 18 pesawat angkut C-47 Dakota milik Angkatan Laut Kerajaan Belanda yang berangkat dari Bandar Udara Andir (sekarang Bandara Husein Sastranegara Bandung).
Jenderal Spoor yang memimpin serangan dari atas pesawat B-25 Mitchell langsung melanjutkan perjalanan ke pangkalan Kalibanteng Semarang.
Dia ingin mengecek kesiapan pasukan Grup Tempur A yang ditugasi merebut Yogya dari darat sekaligus menangkap para pemimpin republik hidup atau mati.
Jenderal Spoor sudah tidak sabar ingin segera memenangkan perangnya. Pasukan dikerahkan untuk mengepung dan menyerang dari arah barat laut dan tenggara. Dari Salatiga, Pasukan Grup Tempur B yang dipimpin Kolonel de Vries bergerak menuju Solo.
Dalam dua hari Solo ditarget bisa dikuasai, dan pasukan langsung melanjutkan gerak ke Jogja. Secara bersamaan, satu batalyon Grup Tempur C dari Demak bergerak ke Rembang, dengan tujuan menguasai Cepu (Kabupaten Blora). Begitu juga Brigade Tempur Marinir yang melakukan pendaratan amfibi di Tuban juga bergerak menuju Cepu.
Setelah Cepu dikuasai, Pasukan Tempur Marinir Belanda ini membawa misi melanjutkan serangan ke wilayah Kediri. Target utamanya menguasai wilayah Jawa Timur.
“Terutama di daerah terkonsentrasinya pasukan TNI seperti Malang, Kediri dan Madiun,” demikian dikutip dari Kode Untuk Republik, Peran Sandi Negara di Perang Kemerdekaan.
Pada wilayah ujung barat Pulau Jawa, yakni Banten, dua batalyon pasukan Divisi C di bawah komando Kolonel D. Blanken berusaha menduduki Labuhan dan Padeglang. Pasukan Grup Tempur D bergerak dari Purwokerto ke Gombong, Purworejo, dan menguasai Magelang melalui jalur Sleman.
Sedangkan wilayah Banjarnegara dan Wonosobo dikuasai pasukan Belanda Grup Tempur E yang bergerak dari Purbalingga. Sementara hingga pukul 11.00 Wib siang, pasukan di bawah komando Van Langen masih bertahan di Lapangan Terbang Maguwo, Jogja.
Mereka diangkut oleh 18 pesawat angkut C-47 Dakota milik Angkatan Laut Kerajaan Belanda yang berangkat dari Bandar Udara Andir (sekarang Bandara Husein Sastranegara Bandung).
Jenderal Spoor yang memimpin serangan dari atas pesawat B-25 Mitchell langsung melanjutkan perjalanan ke pangkalan Kalibanteng Semarang.
Dia ingin mengecek kesiapan pasukan Grup Tempur A yang ditugasi merebut Yogya dari darat sekaligus menangkap para pemimpin republik hidup atau mati.
Jenderal Spoor sudah tidak sabar ingin segera memenangkan perangnya. Pasukan dikerahkan untuk mengepung dan menyerang dari arah barat laut dan tenggara. Dari Salatiga, Pasukan Grup Tempur B yang dipimpin Kolonel de Vries bergerak menuju Solo.
Dalam dua hari Solo ditarget bisa dikuasai, dan pasukan langsung melanjutkan gerak ke Jogja. Secara bersamaan, satu batalyon Grup Tempur C dari Demak bergerak ke Rembang, dengan tujuan menguasai Cepu (Kabupaten Blora). Begitu juga Brigade Tempur Marinir yang melakukan pendaratan amfibi di Tuban juga bergerak menuju Cepu.
Setelah Cepu dikuasai, Pasukan Tempur Marinir Belanda ini membawa misi melanjutkan serangan ke wilayah Kediri. Target utamanya menguasai wilayah Jawa Timur.
“Terutama di daerah terkonsentrasinya pasukan TNI seperti Malang, Kediri dan Madiun,” demikian dikutip dari Kode Untuk Republik, Peran Sandi Negara di Perang Kemerdekaan.
Pada wilayah ujung barat Pulau Jawa, yakni Banten, dua batalyon pasukan Divisi C di bawah komando Kolonel D. Blanken berusaha menduduki Labuhan dan Padeglang. Pasukan Grup Tempur D bergerak dari Purwokerto ke Gombong, Purworejo, dan menguasai Magelang melalui jalur Sleman.
Sedangkan wilayah Banjarnegara dan Wonosobo dikuasai pasukan Belanda Grup Tempur E yang bergerak dari Purbalingga. Sementara hingga pukul 11.00 Wib siang, pasukan di bawah komando Van Langen masih bertahan di Lapangan Terbang Maguwo, Jogja.