Kisah Kiai Bondoyudo, Pusaka Pangeran Diponegoro yang Menggetarkan Kolonial Belanda
loading...
A
A
A
Lalu siapa pembuat keris Kiai Ageng Boloyudo bertangguh Mageti itu? Gus Barok menyebut Mpu Guno Sasmito atau Ki Guno Sasmito, yakni empu yang bertempat tinggal di Tegalrejo, Kabupaten Magetan.
Mpu Guno Sasmito merupakan dzurriyah (keturunan) Mpu Supodriyo atau Mpu Supo yang ke-13. Ia hidup di masa Pakubuwono VI. Budayawan Linus Suryadi AG dalam buku Regol Megal Megol Fenomena Kosmogoni Jawa, menuliskan silsilah empu zaman Majapahit dengan menempatkan Mpu Supodriyo pada posisi teratas (tertua).
Mpu Supodriyo memiliki anak bernama Mpu Jokosupo atau Pengeran Sedayu. Pada periode akhir Kerajaan Majapahit, Mpu Jokosupo dikenal sebagai empunya empu. “Dan Mpu Guno Sasmito merupakan keturunan yang ke-13,” kata Gus Barok.
Pada masa Pakubuwono VI, Mpu Guno Sasmito kesohor sebagai empu kraton. Pakubowono VI berafiliasi dengan Pangeran Diponegoro. Ia secara khusus meminta Mpu Guno mengawal persenjataan yang dibutuhkan Diponegoro, terutama keris pusaka dan senjata lain, seperti seking (tombak kecil) serta patrem (keris kecil).
Keris tangguh Mageti buatan Mpu Guno memiliki ciri adanya lafal dzikir tarekat syattariyah. Lafal tersebut terutama dipahat pada “Pesi”, yakni bagian terbawah keris yang tertutup gagang. Logam keris Mageti juga dikenal bagus, yakni berasal perpaduan besi dan baja yang padat.
Saking padatnya, ketajaman keris Mageti konon mampu menembus ketebalan baju zirah. Selain bahan yang bagus, yakni inti besi tanah Jowo atau Jawa, kekuatan keris Mageti dipengaruhi proses pemanasan yang sempurna.
Pada 16 Februari 1830 atau sebulan sebelum ditangkap, Pangeran Diponegoro muncul di Remokamal untuk bertemu Kolonel Cleerens. Keris Kiai Bondoyudo Tangguh Mageti terlihat dibawa panglima perangnya, yakni Mertonogoro.
Pusaka tersebut sengaja dipasang di depan pasukan untuk tujuan menolak bala. Pada 28 Maret 1830, Jenderal De Kock tiba-tiba memerintahkan pasukannya menangkap Pangeran Diponegoro. Penangkapan di Magelang Jawa Tengah itu dilakukan saat perundingan masih berlangsung.
Baca juga: Kisah Pangeran Diponegoro Sebelum Ditangkap, Sempat Guyon Santai dengan Jenderal De Kock
Setelah ditahan di Batavia dan kemudian berlanjut ke Manado, pada tahun 1833 kolonial Belanda secara diam-diam mengasingkan Pangeran Diponegoro bersama 19 orang pengikutnya ke Makassar. Diponegoro ditawan di Fort Rotterdam.
Mpu Guno Sasmito merupakan dzurriyah (keturunan) Mpu Supodriyo atau Mpu Supo yang ke-13. Ia hidup di masa Pakubuwono VI. Budayawan Linus Suryadi AG dalam buku Regol Megal Megol Fenomena Kosmogoni Jawa, menuliskan silsilah empu zaman Majapahit dengan menempatkan Mpu Supodriyo pada posisi teratas (tertua).
Mpu Supodriyo memiliki anak bernama Mpu Jokosupo atau Pengeran Sedayu. Pada periode akhir Kerajaan Majapahit, Mpu Jokosupo dikenal sebagai empunya empu. “Dan Mpu Guno Sasmito merupakan keturunan yang ke-13,” kata Gus Barok.
Pada masa Pakubuwono VI, Mpu Guno Sasmito kesohor sebagai empu kraton. Pakubowono VI berafiliasi dengan Pangeran Diponegoro. Ia secara khusus meminta Mpu Guno mengawal persenjataan yang dibutuhkan Diponegoro, terutama keris pusaka dan senjata lain, seperti seking (tombak kecil) serta patrem (keris kecil).
Keris tangguh Mageti buatan Mpu Guno memiliki ciri adanya lafal dzikir tarekat syattariyah. Lafal tersebut terutama dipahat pada “Pesi”, yakni bagian terbawah keris yang tertutup gagang. Logam keris Mageti juga dikenal bagus, yakni berasal perpaduan besi dan baja yang padat.
Saking padatnya, ketajaman keris Mageti konon mampu menembus ketebalan baju zirah. Selain bahan yang bagus, yakni inti besi tanah Jowo atau Jawa, kekuatan keris Mageti dipengaruhi proses pemanasan yang sempurna.
Pada 16 Februari 1830 atau sebulan sebelum ditangkap, Pangeran Diponegoro muncul di Remokamal untuk bertemu Kolonel Cleerens. Keris Kiai Bondoyudo Tangguh Mageti terlihat dibawa panglima perangnya, yakni Mertonogoro.
Pusaka tersebut sengaja dipasang di depan pasukan untuk tujuan menolak bala. Pada 28 Maret 1830, Jenderal De Kock tiba-tiba memerintahkan pasukannya menangkap Pangeran Diponegoro. Penangkapan di Magelang Jawa Tengah itu dilakukan saat perundingan masih berlangsung.
Baca juga: Kisah Pangeran Diponegoro Sebelum Ditangkap, Sempat Guyon Santai dengan Jenderal De Kock
Setelah ditahan di Batavia dan kemudian berlanjut ke Manado, pada tahun 1833 kolonial Belanda secara diam-diam mengasingkan Pangeran Diponegoro bersama 19 orang pengikutnya ke Makassar. Diponegoro ditawan di Fort Rotterdam.