Pemprov Jabar Diminta Turun Tangan Tangani Bocah Korban Bullying di Tasikmalaya
loading...
A
A
A
BANDUNG - DPRD Jawa Barat meminta Pemprov Jabar dan Pemkab Tasikmalaya turun tangan menangani peristiwa perundungan atau bullying yang diduga menjadi penyebab F, bocah di Kabupaten Tasikmalaya meninggal dunia, Minggu (17/7/2022).
Diketahui, bocah kelas 5 SD itu diduga menjadi korban bullying oleh teman-teman sebayanya. Sebelum meninggal, korban diduga mengalami depresi berat akibat dipaksa teman-temannya memperkosa kucing sambil direkam dan videonya disebarluaskan di media sosial (medsos).
"Semua pihak, mulai dari pemerintah daerah di tempat korban, yakni Pemkab Tasikmalaya hingga Pemerintah Provinsi (Jabar) harus ikut menyelesaikan kasus ini," tegas Wakil Ketua DPRD Jabar, Ineu Purwadewi Sundari, Jumat (22/7/2022).
Baca juga: Polisi Periksa 15 Saksi Dalami Kematian Bocah Korban Bullying di Tasikmalaya
Ineu menyatakan, DPRD Jabar sangat menyesalkan terjadinya peristiwa tersebut. Menurutnya, pendampingan anak oleh keluarga dan sekolah perlu ditingkatkan, agar kasus serupa tidak terulang.
"Kasus bullying ini sangat memprihatinkan dan saya sangat menyesalkan ada kejadian atau kasus yang tidak etis ini. Ini tentunya jadi tugas bersama orang tua dan juga sekolah. Peran guru BP juga harus muncul untuk konseling," tutur Ineu.
"Kami berharap kasus bullying di kalangan anak-anak di lingkungan sekolah atau kasus serupa tidak terjadi lagi," sambung Ineu.
Sebagai langkah penanganan jangka panjang, tambah Ineu, hadirnya Perda Perlindungan Perempuan dan Anak di Jabar saat ini harus lebih diimplementasikan sebagai langkah antisipasi atau pencegahan adanya korban.
Sebelumnya, Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jabar pun menyesalkan peristiwa tersebut. Manajer Program LPA Jabar, Diana Wati mengatakan, korban mengalami depresi.
"Dia tentu mengalami trauma yang hebat atau gejolak yang hebat," ujarnya.
Diana juga mengungkapkan bahwa korban diduga tak berani menceritakan soal dugaan perundungan yang dialaminya kepada orang tuanya, sehingga kondisi psikologisnya semakin tertekan.
Meski begitu, pihaknya masih mencoba melakukan sejumlah pendalaman untuk mengetahui pasti kronologis peristiwa tersebut.
"Kami sedang mencari info lain, apakah ada penyakit lain yang diderita anak atau murni dari dia gak mau makan karena saking tertekannya," katanya.
Diketahui, bocah kelas 5 SD itu diduga menjadi korban bullying oleh teman-teman sebayanya. Sebelum meninggal, korban diduga mengalami depresi berat akibat dipaksa teman-temannya memperkosa kucing sambil direkam dan videonya disebarluaskan di media sosial (medsos).
"Semua pihak, mulai dari pemerintah daerah di tempat korban, yakni Pemkab Tasikmalaya hingga Pemerintah Provinsi (Jabar) harus ikut menyelesaikan kasus ini," tegas Wakil Ketua DPRD Jabar, Ineu Purwadewi Sundari, Jumat (22/7/2022).
Baca juga: Polisi Periksa 15 Saksi Dalami Kematian Bocah Korban Bullying di Tasikmalaya
Ineu menyatakan, DPRD Jabar sangat menyesalkan terjadinya peristiwa tersebut. Menurutnya, pendampingan anak oleh keluarga dan sekolah perlu ditingkatkan, agar kasus serupa tidak terulang.
"Kasus bullying ini sangat memprihatinkan dan saya sangat menyesalkan ada kejadian atau kasus yang tidak etis ini. Ini tentunya jadi tugas bersama orang tua dan juga sekolah. Peran guru BP juga harus muncul untuk konseling," tutur Ineu.
"Kami berharap kasus bullying di kalangan anak-anak di lingkungan sekolah atau kasus serupa tidak terjadi lagi," sambung Ineu.
Sebagai langkah penanganan jangka panjang, tambah Ineu, hadirnya Perda Perlindungan Perempuan dan Anak di Jabar saat ini harus lebih diimplementasikan sebagai langkah antisipasi atau pencegahan adanya korban.
Sebelumnya, Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jabar pun menyesalkan peristiwa tersebut. Manajer Program LPA Jabar, Diana Wati mengatakan, korban mengalami depresi.
"Dia tentu mengalami trauma yang hebat atau gejolak yang hebat," ujarnya.
Diana juga mengungkapkan bahwa korban diduga tak berani menceritakan soal dugaan perundungan yang dialaminya kepada orang tuanya, sehingga kondisi psikologisnya semakin tertekan.
Meski begitu, pihaknya masih mencoba melakukan sejumlah pendalaman untuk mengetahui pasti kronologis peristiwa tersebut.
"Kami sedang mencari info lain, apakah ada penyakit lain yang diderita anak atau murni dari dia gak mau makan karena saking tertekannya," katanya.
(msd)