Kisah Pangeran Hidayatullah, Sultan Banjar yang Diasingkan Belanda ke Cianjur

Sabtu, 16 Juli 2022 - 05:00 WIB
loading...
Kisah Pangeran Hidayatullah, Sultan Banjar yang Diasingkan Belanda ke Cianjur
Sultan Hidayatullah Halil Illah bin Pangeran Ratu Sultan Muda Abdurrahman atau lebih dikenal sebagai Pangeran Hidayatullah.Foto/ist
A A A
Pangeran Hidayatullah merupakan Raja Banjar yang lahir 1821. Pangeran Hidayatullah putera kedua dari Sultan Muda Abdurahman dengan istri bernama Ratu Siti. Dia juga dijuluki Hidayatullah II.

Walaupun terlahir sebagai anak Sultan Kerajaan Banjar, Pangeran Hidayatullah tidak pernah merasakan gemerlap kehidupan istana. Sebaliknya, masa kecil dan remaja selalu bersama ibunya di sebuah kampung Martapura.

Pada masa menjadi mangkubumi, Pangeran Hidayatullah melakukan pembinaan dengan rakyat dan semua tokoh di daerah. Selain itu, rencana (strategi) yang dia gariskan ketika pertemuan 3 November 1857 di Martapura dilaksanakan secara tahap demi tahap, termasuk pembuatan strategi “Menentang Sultan Tamjidillah sama dengan menentang Belanda”.

Pangeran Hidayatullah diangkat langsung oleh Sultan Adam menjadi Sultan Banjar untuk meneruskan pemerintahan kesultanan Banjar menggantikan sang kakek (Sultan Adam). Hidayatullah menjadi satu-satunya pemimpin rakyat Banjar antara tahun 1859 sampai 1862.

Baca juga: Pangeran Bratakelana, Putra Sunan Gunung Jati yang Tewas Dibunuh Bajak Laut

Pasca Hindia Belanda memakzulkan abang tirinya Tamjidullah II sebagai Sultan Banjar versi Belanda pada 25 Juni 1859. Walau pun menurut surat wasiat Sultan Adam ia ditetapkan sebagai Sultan Banjar penggantinya kelak, tetapi masih banyak rintangan yang menghalanginya, oleh Belanda ia hanya mendapat posisi mangkubumi sejak 9 Oktober 1856.

Langkahnya sebagai pengganti Sultan Adam menjadi lebih terbuka pada pada Februari 1859, Nyai Ratu Komala Sari (permaisuri almarhum Sultan Adam) beserta puteri-puterinya, telah menyerahkan surat kepada Pangeran Hidayat, bahwa kesultanan Banjar diserahkan kepadanya, sesuai dengan surat wasiat Sultan Adam.

Mengutip Suluh Sedjarah Kalimantan, sebelumnya Nyai Ratu Komala Sari sempat mengusulkan satu-satunya putera yang masih hidup yaitu Pangeran Prabu Anom sebagai pengganti Sultan Adam. Selanjutnya Pangeran Hidayat mengadakan rapat-rapat untuk menyusun kekuatan dan pada September 1859, Pangeran Hidayatullah II dinobatkan oleh para panglima sebagai Sultan Banjar dan sebagai mangkubumi adalah Pangeran Wira Kasuma, putera Pangeran Ratu Sultan Muda Abdur Rahman dengan Nyai Alimah.

Ayah dia adalah Pangeran Ratu Sultan Muda Abdurrahman bin Sultan Adam Al-Watsiq Billah, sedangkan ibu dia adalah Ratu Siti binti Pangeran Mangkubumi Nata yang juga bangsawan keraton Banjar (golongan tutus/purih raja).

Darah Biru Keraton Banjar
Pangeran Hidayatullah mewarisi darah biru keraton Banjar (berdarah kasuma alias ningrat murni) dari kedua orangtuanya, karenanya menurut adat keraton sebagai kandidat utama sebagai Sultan Banjar dibandingkan Pangeran Tamjidullah II yang berasal dari isteri selir (Nyai) yang bukan tutus (bangsawan keraton Banjar).

Kandidat yang lain (yang diusulkan permaisuri Sultan Adam) adalah Pangeran Prabu Anom putera almarhum Sultan Adam dengan Nyai Ratu Komalasari, pangeran ini diasingkan Belanda ke Jawa dengan surat yang ditandatangani oleh Sultan Tamjidullah II, sehari setelah pengangkatannya oleh Belanda menjadi Sultan Banjar.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.7062 seconds (0.1#10.140)