Kisah Surawisesa, Penerus Takhta Kerajaan Pajajaran Minta Perlindungan Portugis

Sabtu, 25 Juni 2022 - 05:00 WIB
loading...
Kisah Surawisesa, Penerus Takhta Kerajaan Pajajaran Minta Perlindungan Portugis
Sebuah lukisan yang menggambarkan sosok Prabu Siliwangi.Foto/ist
A A A
Surawisesa adalah putra Prabu Siliwangi yang menjadi penerus takhta Kerajaan Sunda dengan ibu kota negara di Pakuan Pajajaran. Selama memegang takhta selama 14 tahun (1521-1535), Surawisesa melakukan 15 kali pertempuran untuk mempertahankan Kerajaan Pajajaran.

Atas keberaniannya melakukan pertempuran dan meneruskan takhta kerajaan, Surawisesa dijuluki sebagai raja dengan gelar perwira. Mengutip Carita Parahiyangan, dia diberi gelar Kuwanen, Kasuran dan Kadiran.

Keberanian Surawisesa sangat berbeda dengan era Prabu Siliwangi yang jarang melakukan pertempuran. Kerajaan Pajajaran dikenal cukup digdaya di tangan Prabu Siliwangi. Namun kondisi sebaliknya terjadi ketika Pajajaran di bawah takhta Surawisesa.

Baca juga: Sering Dikira Sama, Ternyata Kanjeng Ratu Kidul dan Nyai Roro Kidul Sangat Berbeda

Wafatnya Prabu Siliwangi
Kerajaan Pajajaran mulai mengalami kemunduran semenjak Prabu Siliwangi wafat. Surawisesa yang menggantikan posisi sebagai raja, dinilai memiliki kecakapan seperti halnya Prabu Siliwangi.

Kondisi ini ditambah mulai berdirinya kerajaan Islam seperti Demak dan Cirebon. Buku "Hitam Putih Pajajaran: dari Kejayaan hingga Keruntuhan Kerajaan Pajajaran" diungkapkan, Pajajaran memiliki hubungan diplomatik dengan Portugis.

Kekuatan hubungan dengan Portugis ini membuat Portugis melakukan perjanjian dengan Pajajaran untuk mendirikan benteng di Banten dan Kalapa. Tak hanya itu, setiap kapal yang dikemudikan Portugis mendarat di Malaka, akan diberi muatan lada yang kemudian ditukar dengan barang - barang keperluan yang dibutuhkan pihak Sunda.

Perjanjian antara Pajajaran di bawah Surawisesa dengan Portugis ini mendatangkan kecemasan dari Kerajaan Demak, di bawah kepemimpinan Sultan Trenggana. Kecemasan mengacu pada Selat Malaka yang menjadi pintu masuk perairan Nusantara sebelah utara.

Menurut Trenggana, dengan jatuhnya Sunda dan Malaka dikuasai Portugis, secara otomatis akan melumpuhkan sektor maritim kerajaan di Nusantara. Terlebih Selat Malaka sebagai urat nadi kehidupan ekonomi Kerajaan Demak akan terputus.

Bersatunya Demak dan Cirebon
Sultan Trenggana menghimpun kekuatan dan melakukan segala cara untuk bisa mengantisipasinya. Pernikahan politik dengan Cirebon, menjadikan Demak dan Cirebon memiliki hubungan yang kuat.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0957 seconds (0.1#10.140)