Kisah Ratu Nilakendra, Raja Kelima Pajajaran Penganut Sekte Tantra yang Mewajibkan Ritual Persetubuhan
loading...
A
A
A
Sejak mangkatnya Prabu Siliwangi, Kerajaan Pajajaran, terus mengalami langkah surut. Para penerusnya banyak terjebak pada kenikmatan duniawi, hingga melupakan rakyat dan kedaulatan kerajaan yang harusnya dilindungi sang raja.
Langkah surut Kerajaan Pajajaran, terjadi sejak Ratu Sakti naik takhta menjadi raka ke empat Kerajaan Pajajaran. Dalam bukunya yang berjudul "Hitam Putih Pajajaran, Dari Kejayaan Hingga Keruntuhan Kerajaan Pajajaran," Fery Taufiq El-Jaquene mengisahkan bagiamana buruknya tabiat Ratu Sakti.
Sejak Ratu Sakti naik takhta, dalam bukunta Fery menyebutkan, Kerajaan Pajajaran ditimpa masalah kompleks. Masyarakat sudah tidak percaya lagi dengan pemerintahan Ratu Sakti, karena kelaparan merajalela, dibarengi dengan kemaksiatan dan kejahatan.
Saat rakyat mengalami bencana kelaparan, Kerajaan Pajajaran tidak memasok kebutuhan pokok rakyat. Ratu Sakti justru lebih suka mabuk-mabukan, dan jauh dari agama. Tak hanya itu, Ratu Sakti juga tidak mempedulikan tatanan hukum negara, sehingga rakyat mulai membangkang.
Dalam buku tersebut dikisahkan, Ratu Sakti memiliki moral buruk, memberlakukan hukum semena-mena terhadap masyarakat kecil, yakni dengan menghukum mati penduduk, merampas harta masyarakat tanpa alasan pasti.
Ratu Sakti juga dicap sebagai raja yang berani melanggar adat keraton, sebab telah mengawini seorang putri larangan dari keluaran yang dilarang adat secara keras. Bahkan, Ratu Sakti juga memperistri ibu tirinya.
Langkah surut Kerajaan Pajajaran, terjadi sejak Ratu Sakti naik takhta menjadi raka ke empat Kerajaan Pajajaran. Dalam bukunya yang berjudul "Hitam Putih Pajajaran, Dari Kejayaan Hingga Keruntuhan Kerajaan Pajajaran," Fery Taufiq El-Jaquene mengisahkan bagiamana buruknya tabiat Ratu Sakti.
Sejak Ratu Sakti naik takhta, dalam bukunta Fery menyebutkan, Kerajaan Pajajaran ditimpa masalah kompleks. Masyarakat sudah tidak percaya lagi dengan pemerintahan Ratu Sakti, karena kelaparan merajalela, dibarengi dengan kemaksiatan dan kejahatan.
Baca Juga
Saat rakyat mengalami bencana kelaparan, Kerajaan Pajajaran tidak memasok kebutuhan pokok rakyat. Ratu Sakti justru lebih suka mabuk-mabukan, dan jauh dari agama. Tak hanya itu, Ratu Sakti juga tidak mempedulikan tatanan hukum negara, sehingga rakyat mulai membangkang.
Dalam buku tersebut dikisahkan, Ratu Sakti memiliki moral buruk, memberlakukan hukum semena-mena terhadap masyarakat kecil, yakni dengan menghukum mati penduduk, merampas harta masyarakat tanpa alasan pasti.
Ratu Sakti juga dicap sebagai raja yang berani melanggar adat keraton, sebab telah mengawini seorang putri larangan dari keluaran yang dilarang adat secara keras. Bahkan, Ratu Sakti juga memperistri ibu tirinya.
Baca Juga