Kisah Ratu Nilakendra, Raja Kelima Pajajaran Penganut Sekte Tantra yang Mewajibkan Ritual Persetubuhan
loading...
A
A
A
Perselisihan antara Kerajaan Pajajaran, dengan Kesultanan Banten, dipicu oleh masalah perbatasan antar kerajaan. Masalah penentuan batas kerajaan tersebut, akhirnya memicu perang besar antara Kerajaan Pajajaran, dengan Kesultanan Demak.
Anehnya, sebagai penganut ajaran Tantra, Ratu Nilakendra membuat bendera keramat untuk melawan pasukan musuh. Bendera ini diandalkannya untuk mengusir musuh. Kekuatan gaib bendera itu, dipercaya dapat membuat pasukan musuh ketakutan saat menyerang Kerajaan Pajajaran.
Kenyataannya, pasukan Kesultanan Banten, tidak pernah merasa takut dengan bendera keramat tersebut. Hingga akhirnya pasukan Ratu Nilakendra berhasil dikalahkan, dan melarikan diri meninggalkan istana Kerajaan Pajajaran.
Pasukan Kesultanan Banten, yang dipimpin putera mahkota, Maulana Yusuf dapat menyerang hingga ke pusat kota Kerajaan Pajajaran. Saat Ratu Nilakendra melarikan diri, nasib Kerajaan Pajajaran sepenuhnya diserahkan kepada penduduk Pajajaran, serta prajurit yang tinggal di keraton.
Meski telah ditinggalkan oleh rajanya yang melarikan diri ke pedalaman Sunda. Pakuan Pajajaran masih sulit ditakhlukkan oleh pasukan Kesultanan Banten. Bahkan, butuh waktu hingga 12 tahun lamanya bagi Kesultanan Banten, untuk menakhlukkan Kerajaan Pajajaran.
Menurut Carita Parahiyangan, Ratu Nilakendra tercatat sebagai raja yang ngawur dalam memimpin Kerajaan Pajajaran. Selama perang besar melawan Kesultanan Banten, Ratu Nilakendra, justru hanya mengandalkan jimat-jimat yang dibuatnya. Sementara teknik perang dan strategi pertempuran tidak pernah diasah.
Kengawuran itu, akhirnya terbayar tuntas dengan kekalahan. Pasukan Kesultanan Banten mampu merebut istana kerajaan yang dahulu dibangga-banggakan, dan dipercaya sebagai tolak balak atas musuh-musuh Kerajaan Banten. Kenyataannya, istana kerajaan itu tidak berfungsi apa-apa saat serangan musuh datang. Ratu Nilakendra akhirnya wafat dalam pelariannya, pada tahun 1567 Masehi.
Lihat Juga: Kisah Kerajaan Pajajaran yang Miliki Pendapatan Tinggi Hasil Sumbangsih 6 Pelabuhan Besar
Anehnya, sebagai penganut ajaran Tantra, Ratu Nilakendra membuat bendera keramat untuk melawan pasukan musuh. Bendera ini diandalkannya untuk mengusir musuh. Kekuatan gaib bendera itu, dipercaya dapat membuat pasukan musuh ketakutan saat menyerang Kerajaan Pajajaran.
Kenyataannya, pasukan Kesultanan Banten, tidak pernah merasa takut dengan bendera keramat tersebut. Hingga akhirnya pasukan Ratu Nilakendra berhasil dikalahkan, dan melarikan diri meninggalkan istana Kerajaan Pajajaran.
Pasukan Kesultanan Banten, yang dipimpin putera mahkota, Maulana Yusuf dapat menyerang hingga ke pusat kota Kerajaan Pajajaran. Saat Ratu Nilakendra melarikan diri, nasib Kerajaan Pajajaran sepenuhnya diserahkan kepada penduduk Pajajaran, serta prajurit yang tinggal di keraton.
Meski telah ditinggalkan oleh rajanya yang melarikan diri ke pedalaman Sunda. Pakuan Pajajaran masih sulit ditakhlukkan oleh pasukan Kesultanan Banten. Bahkan, butuh waktu hingga 12 tahun lamanya bagi Kesultanan Banten, untuk menakhlukkan Kerajaan Pajajaran.
Menurut Carita Parahiyangan, Ratu Nilakendra tercatat sebagai raja yang ngawur dalam memimpin Kerajaan Pajajaran. Selama perang besar melawan Kesultanan Banten, Ratu Nilakendra, justru hanya mengandalkan jimat-jimat yang dibuatnya. Sementara teknik perang dan strategi pertempuran tidak pernah diasah.
Kengawuran itu, akhirnya terbayar tuntas dengan kekalahan. Pasukan Kesultanan Banten mampu merebut istana kerajaan yang dahulu dibangga-banggakan, dan dipercaya sebagai tolak balak atas musuh-musuh Kerajaan Banten. Kenyataannya, istana kerajaan itu tidak berfungsi apa-apa saat serangan musuh datang. Ratu Nilakendra akhirnya wafat dalam pelariannya, pada tahun 1567 Masehi.
Lihat Juga: Kisah Kerajaan Pajajaran yang Miliki Pendapatan Tinggi Hasil Sumbangsih 6 Pelabuhan Besar
(eyt)