Kendaraan Listrik Bakal Membawa Indonesia Menuju Zaman Emas Tahun 2045
loading...
A
A
A
BATANG - Pabrik LG baru saja melakukan ground breaking di Batang. Hal ini menjawab tantangan sekaligus peluang bagi Indonesia untuk menjadi pemain utama era kendaraan listrik di masa depan.
Demikian disampaikan Pembina Pusat Studi BUMN Cyrillus Harinowo dalam Bedah Buku "Towards the Age of Electric Vehicles". Acara ini digelar oleh Pengurus Pusat KAGAMA. Buku yang ia tulis bersama Ika Maya Sari Khaidir (Kepala Sentra Bisnis Komersial, Kantor Wilayah XII, BCA) itu dibedah secara daring.
Harinowo optimis Indonesia bakal menjadi pemain utama kendaraan listrik. Pasalnya, cadangan stok bahan dasar pembuatan baterai dan dukungan infrastruktur yang telah disiapkan pemerintah, sudah dipersiapkan dengan baik.
“LG sudah membuat pabrik baterai tahap kelima dan keenam, yaitu membuat baterai cell sampai modul, sampai baterai pack. Kemudian baterai pack inilah yang nanti ditempelkan di mobil, yakni oleh pabrik Hyundai di Cikarang. Kapasitasnya 10 GWh dan ini mampu untuk menghasilkan 175 ribu mobil listrik per tahun. Ini sudah jalan, pabrik ini sudah dibangun,” jelasnya.
Harinowo menjelaskan, pabrik yang sedang dibangun di Batang kelak akan memproduksi baterai tahap kedua, ketiga, dan keempat. Tahap kedua adalah refinery, ketiga adalah menyatukan nickel cockpit ditambah mangan, dan tahap keempat adalah pabrik katoda.
Menurut Harinowo, sebagaiaman pernyataan Presiden Jokowi saat gorund breaking di Batanag beberapa waktu lalu, Indonesia memiliki pabrik yang terintegrasi. Seperti yang telah di bangun di Halmahera, Karawang, dan Batang.
“Pabrik di Karawang kapasitasnya 10 GWh, sementara yang di Batang adalah 200 GWh yang bisa untuk memberikan baterai kepada 3,5 juta mobil listrik setiap tahun. Sisanya, sebanyak 190 GWh ini menurut dugaan saya nanti akan dikirim ke Amerika,” paparnya.
Harinowo menjelaskan, LG mempunyai join venture dengan general motor. Pihak mereka juga telah merencanakan membangun 4 pabrik di sana. Menurut Harinowo, pabrik-pabrik tersebut membutuhkan katoda yang besar yang akan diproduksi di Batang.
Saat ini, kata Harinowo, proses pengolahan dan pemurnian bijih nikel kadar rendah dengan teknologi High Pressure Acid Leach (HPAL) sudah diproduksi di Indonesia, persisnya di Halmahera. Proses ini dialkuan untuk menghasilkan produk akhir berupa nikel sulfat dan kobalt sulfat.
“Ini sudah ekspor, tahun lalu. Ini pabrik HPAL yang terbesar di dunia. Sebelum pabrik ini didirikan, sudah ada 9 pabrik HPAL di seluruh dunia, yaitu 2 di Filipina, Papua New Gini, New Caledonia, kemudian ada 4 di Australia dan 1 di Madagaskar,” jelasnya.
Demikian disampaikan Pembina Pusat Studi BUMN Cyrillus Harinowo dalam Bedah Buku "Towards the Age of Electric Vehicles". Acara ini digelar oleh Pengurus Pusat KAGAMA. Buku yang ia tulis bersama Ika Maya Sari Khaidir (Kepala Sentra Bisnis Komersial, Kantor Wilayah XII, BCA) itu dibedah secara daring.
Harinowo optimis Indonesia bakal menjadi pemain utama kendaraan listrik. Pasalnya, cadangan stok bahan dasar pembuatan baterai dan dukungan infrastruktur yang telah disiapkan pemerintah, sudah dipersiapkan dengan baik.
“LG sudah membuat pabrik baterai tahap kelima dan keenam, yaitu membuat baterai cell sampai modul, sampai baterai pack. Kemudian baterai pack inilah yang nanti ditempelkan di mobil, yakni oleh pabrik Hyundai di Cikarang. Kapasitasnya 10 GWh dan ini mampu untuk menghasilkan 175 ribu mobil listrik per tahun. Ini sudah jalan, pabrik ini sudah dibangun,” jelasnya.
Harinowo menjelaskan, pabrik yang sedang dibangun di Batang kelak akan memproduksi baterai tahap kedua, ketiga, dan keempat. Tahap kedua adalah refinery, ketiga adalah menyatukan nickel cockpit ditambah mangan, dan tahap keempat adalah pabrik katoda.
Menurut Harinowo, sebagaiaman pernyataan Presiden Jokowi saat gorund breaking di Batanag beberapa waktu lalu, Indonesia memiliki pabrik yang terintegrasi. Seperti yang telah di bangun di Halmahera, Karawang, dan Batang.
“Pabrik di Karawang kapasitasnya 10 GWh, sementara yang di Batang adalah 200 GWh yang bisa untuk memberikan baterai kepada 3,5 juta mobil listrik setiap tahun. Sisanya, sebanyak 190 GWh ini menurut dugaan saya nanti akan dikirim ke Amerika,” paparnya.
Harinowo menjelaskan, LG mempunyai join venture dengan general motor. Pihak mereka juga telah merencanakan membangun 4 pabrik di sana. Menurut Harinowo, pabrik-pabrik tersebut membutuhkan katoda yang besar yang akan diproduksi di Batang.
Saat ini, kata Harinowo, proses pengolahan dan pemurnian bijih nikel kadar rendah dengan teknologi High Pressure Acid Leach (HPAL) sudah diproduksi di Indonesia, persisnya di Halmahera. Proses ini dialkuan untuk menghasilkan produk akhir berupa nikel sulfat dan kobalt sulfat.
“Ini sudah ekspor, tahun lalu. Ini pabrik HPAL yang terbesar di dunia. Sebelum pabrik ini didirikan, sudah ada 9 pabrik HPAL di seluruh dunia, yaitu 2 di Filipina, Papua New Gini, New Caledonia, kemudian ada 4 di Australia dan 1 di Madagaskar,” jelasnya.