Pemkab Asahan Belum Berdaya Atasi Banjir
loading...
A
A
A
KISARAN - Pemerintah Kabupaten Asahan belum berdaya mengatasi persoalan banjir sampai saat ini. Setiap tahunnya bencana banjir terus melanda. Khususnya wilayah yang berada di sekitar aliran sungai dan anak-anak sungai yang mengiris bumi Rambate Rata Raya ini.
Menurut Plt Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Asahan, Khaidir Sinaga, bahwa salah satu faktor utama terjadinya banjir akibat sedimentasi (pedangkalan) sungai.
Sungai-sungai yang ada, seperti Sungai Aek Silau, Sungai Piasa dan sungai-sungai lainnya tak mampu menampung aliran air dari hulu sungai yang ada di Kabupaten Simalungun dan Kota Pematang Siantar, jika intensitas curah hujan cukup tinggi.
Dinding-dinding sungai tak mampu menampung tingginya debit air sehingga meluap dan menggenangi rumah-rumah warga. Hal itu diperparah dengan sistem drainase yang kurang baik, serta rendahnya kesadaran masyarakat akan lingkungan. (BACA JUGA: Tujuh Desa di Asahan Terendam Banjir)
"Solusinya adalah dengan menormalisasi sungai dari hulu ke hilir," kata Khaidir Sinaga saat dikonfirmasi SINDOnews.com melalui Kasubbid Kedaruratan BPBD Asahan, Zulfahri Harahap, di Kisaran, Jumat (19/6/2020).
Jika merunut 3 tahun ke belakang--2017-2019, BPBD Asahan mencatat jumlah bencana banjir yang terjadi sebanyak 205 kejadian. Total kerugian materi diperkirakan mencapai Rp8,3 miliar.
Pada 2017 bencana banjir sebanyak 106 kejadian, tersebar di 30 desa/kelurahan, meliputi 4 kecamatan. Sebanyak 1.114 kepala keluarga (KK) terdampak akibat bencana alam itu. Kemudian pada 2018, sebanyak 68 kejadian, terjadi di-24 desa/kelurahan, meliputi 12 kecamatan. Sebanyak 2.122 KK terdampak.
Sementara pada 2019, sebanyak 31 kejadian, di-24 desa, meliputi 6 kecamatan. Sebanyak 1.340 KK terdampak. "Sedangkan dari Januari hingga Juni (2020), sudah 18 kejadian, di-15 desa, meliputi 9 kecamatan," ujarnya. (BACA JUGA: Puluhan Eks Karyawan Hadang Truk Keluar dari Pabrik Crumb Rubber di Asahan)
Jika terjadi banjir, menurut dia, ketinggian air bervariasi, sesuai dengan tinggi permukaan daerah masing-masing. Pada umumnya, ketinggian air bisa mencapai 1m lebih. "Tapi biasanya, air akan menyusut dalam waktu 12 jam, dengan catatan tidak ada hujan lanjutan di hulu," pungkasnya.
Terkait persoalan tersebut, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Asahan belum memberikan tanggapan. Konfirmasi melalui aplikasi pesan Whatsapp kepada Sekretaris Bappeda, Muhammad Syafiq mengenai perencanaan pembangunan dalam mengatasi banjir belum berbalas.
Menurut Plt Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Asahan, Khaidir Sinaga, bahwa salah satu faktor utama terjadinya banjir akibat sedimentasi (pedangkalan) sungai.
Sungai-sungai yang ada, seperti Sungai Aek Silau, Sungai Piasa dan sungai-sungai lainnya tak mampu menampung aliran air dari hulu sungai yang ada di Kabupaten Simalungun dan Kota Pematang Siantar, jika intensitas curah hujan cukup tinggi.
Dinding-dinding sungai tak mampu menampung tingginya debit air sehingga meluap dan menggenangi rumah-rumah warga. Hal itu diperparah dengan sistem drainase yang kurang baik, serta rendahnya kesadaran masyarakat akan lingkungan. (BACA JUGA: Tujuh Desa di Asahan Terendam Banjir)
"Solusinya adalah dengan menormalisasi sungai dari hulu ke hilir," kata Khaidir Sinaga saat dikonfirmasi SINDOnews.com melalui Kasubbid Kedaruratan BPBD Asahan, Zulfahri Harahap, di Kisaran, Jumat (19/6/2020).
Jika merunut 3 tahun ke belakang--2017-2019, BPBD Asahan mencatat jumlah bencana banjir yang terjadi sebanyak 205 kejadian. Total kerugian materi diperkirakan mencapai Rp8,3 miliar.
Pada 2017 bencana banjir sebanyak 106 kejadian, tersebar di 30 desa/kelurahan, meliputi 4 kecamatan. Sebanyak 1.114 kepala keluarga (KK) terdampak akibat bencana alam itu. Kemudian pada 2018, sebanyak 68 kejadian, terjadi di-24 desa/kelurahan, meliputi 12 kecamatan. Sebanyak 2.122 KK terdampak.
Sementara pada 2019, sebanyak 31 kejadian, di-24 desa, meliputi 6 kecamatan. Sebanyak 1.340 KK terdampak. "Sedangkan dari Januari hingga Juni (2020), sudah 18 kejadian, di-15 desa, meliputi 9 kecamatan," ujarnya. (BACA JUGA: Puluhan Eks Karyawan Hadang Truk Keluar dari Pabrik Crumb Rubber di Asahan)
Jika terjadi banjir, menurut dia, ketinggian air bervariasi, sesuai dengan tinggi permukaan daerah masing-masing. Pada umumnya, ketinggian air bisa mencapai 1m lebih. "Tapi biasanya, air akan menyusut dalam waktu 12 jam, dengan catatan tidak ada hujan lanjutan di hulu," pungkasnya.
Terkait persoalan tersebut, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Asahan belum memberikan tanggapan. Konfirmasi melalui aplikasi pesan Whatsapp kepada Sekretaris Bappeda, Muhammad Syafiq mengenai perencanaan pembangunan dalam mengatasi banjir belum berbalas.
(vit)