Komisi B DPRD Jatim Desak Pemerintah Bantu Permodalan Koperasi Wanita
loading...
A
A
A
SURABAYA - Komisi B (bidang perekonomian) DPRD Jawa Timur (Jatim) bersama Dinas Koperasi Jatim monitoring koperasi wanita "Anggrek Putih" di Balerejo, Kebonsari, Kabupaten Madiun, Selasa (16/6/2020). Kegiatan tersebut untuk memberikan solusi agar koperasi tersebut bisa semakin baik.
Anggota Komisi B DPRD Jatim, Achmad Amir Aslichin mengatakan, ada sejumlah keluhan yang disampaikan oleh pengurus koperasi wanita Anggrek Putih. Diantaranya, keterbatasan modal, persaingan dengan koperasi simpan pinjam lainnya serta kredit macet. “Sejumlah permasalahan tersebut membuat koperasi butuh pendampingan,” ujar politisi yang akrab disapa Mas Iin itu.
Anggota Fraksi PKB tersebut menambahkan, permasalahan itu harus segera dicarikan solusi. Sehingga, koperasi yang menjadi salah satu penopang perekonomian masyarakat bisa tetap berjalan dengan sehat. “Banyak koperasi yang memiliki masalah hampir serupa. Karena itu pemerintah daerah harus peduli,” ucap mantan anggota DPRD Sidoarjo itu.
Dia mengungkapkan, bantuan modal bisa diberikan pada koperasi wanita tersebut. Pemkab dan pemprov harus mendampingi secara intensif melalui penggunaan teknologi informasi. Harapannya manajemen di koperasi itu bisa berjalan baik sesuai harapan. “Sekaligus harus bisa meningkatkan pelayanan agar bisa bersaing,” tegasnya.
Di sisi lain, Aslichin berharap, koperasi wanita di Sidoarjo juga harus diberikan perhatian lebih. Koperasi yang sehat dengan potensi besar haruslah didukung penambahan permodalannya. "Sehingga mampu mengambil potensi yang ada untuk lebih menggerakkan perekonomian di desa," tandasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Sidoarjo, Edi Kurniadi mengatakan, banyak permasalahan yang dihadapi koperasi saat ini. Di antaranya kredit macet dan banyak anggota yang tidak peduli dengan nasib koperasinya. “Bayar simpan pinjam nggak teratur membuat nasib koperasi terancam,” ucapnya.
Dia menambahkan, Pemkab Sidoarjo sebenarnya sudah memberikan solusi permodalan. Di antaranya melalui bantuan dana bergulir. Namun, beberapa koperasi tidak memanfaatkan hal tersebut. Mereka khawatir tidak bisa membayar cicilan.
"Kami harap, koperasi tidak hanya mengandalkan simpan pinjam saja. Tetapi usaha lain yang bisa memberikan keuntungan. Misalnya, membuka toko atau peluang bisnis yang menguntungkan," pungkasnya.
Anggota Komisi B DPRD Jatim, Achmad Amir Aslichin mengatakan, ada sejumlah keluhan yang disampaikan oleh pengurus koperasi wanita Anggrek Putih. Diantaranya, keterbatasan modal, persaingan dengan koperasi simpan pinjam lainnya serta kredit macet. “Sejumlah permasalahan tersebut membuat koperasi butuh pendampingan,” ujar politisi yang akrab disapa Mas Iin itu.
Anggota Fraksi PKB tersebut menambahkan, permasalahan itu harus segera dicarikan solusi. Sehingga, koperasi yang menjadi salah satu penopang perekonomian masyarakat bisa tetap berjalan dengan sehat. “Banyak koperasi yang memiliki masalah hampir serupa. Karena itu pemerintah daerah harus peduli,” ucap mantan anggota DPRD Sidoarjo itu.
Dia mengungkapkan, bantuan modal bisa diberikan pada koperasi wanita tersebut. Pemkab dan pemprov harus mendampingi secara intensif melalui penggunaan teknologi informasi. Harapannya manajemen di koperasi itu bisa berjalan baik sesuai harapan. “Sekaligus harus bisa meningkatkan pelayanan agar bisa bersaing,” tegasnya.
Di sisi lain, Aslichin berharap, koperasi wanita di Sidoarjo juga harus diberikan perhatian lebih. Koperasi yang sehat dengan potensi besar haruslah didukung penambahan permodalannya. "Sehingga mampu mengambil potensi yang ada untuk lebih menggerakkan perekonomian di desa," tandasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Sidoarjo, Edi Kurniadi mengatakan, banyak permasalahan yang dihadapi koperasi saat ini. Di antaranya kredit macet dan banyak anggota yang tidak peduli dengan nasib koperasinya. “Bayar simpan pinjam nggak teratur membuat nasib koperasi terancam,” ucapnya.
Dia menambahkan, Pemkab Sidoarjo sebenarnya sudah memberikan solusi permodalan. Di antaranya melalui bantuan dana bergulir. Namun, beberapa koperasi tidak memanfaatkan hal tersebut. Mereka khawatir tidak bisa membayar cicilan.
"Kami harap, koperasi tidak hanya mengandalkan simpan pinjam saja. Tetapi usaha lain yang bisa memberikan keuntungan. Misalnya, membuka toko atau peluang bisnis yang menguntungkan," pungkasnya.
(msd)