Kisah Pendiri NU KH Hasyim Asyari Disiksa Tentara Jepang, Tangannya Dihantam Palu hingga Remuk

Sabtu, 12 Maret 2022 - 05:05 WIB
loading...
Kisah Pendiri NU KH Hasyim Asyari Disiksa Tentara Jepang, Tangannya Dihantam Palu hingga Remuk
Hadlratussyekh Muhammad Hasyim Asyari (1871-1947). Foto/Ist.
A A A
Ucapan istighfar terdengar lirih, saat palu besi dihantamkan tentara Jepang ke telapak tangan KH. Hasyim Asyari. Pukulan palu itu, membuat tangan kiri pendiri Nahdlatul Ulama (NU) tersebut remuk.



Kekejian tentara Jepang terhadap KH. Hasyim Asyari tersebut, juga nampak terlihat dalam sebuah foto hitam putih. Dalam foto itu terlihat KH Hasyim Asyari bertemu petinggi militer Jepang di Jakarta, setelah dia ditangkap di Jombang. Posisi tangan sang kiai nampak berada di pangkuan, dan ekspresinya nampak seperti menahan rasa sakit.



Dalam buku biografi KH Hasyim Asyari (1871-1947) berjudul "Guru Sejati, Hasyim Asyari", disebutkan pendiri Pondok Pesantren Tebuireng Jombang ini, ditangkap oleh tentara Jepang, karena dianggap hendak memberontak.



Tak main-main, pada tahun 1942 Hasyim Asyari bersama sejumlah santrinya ditangkap di Jombang, lalu dipindah ke Mojokerto, dan akhirnya ditahan di Jakarta. Usut punya usut, ternyata Hasyim Asyari ditangkap tentara Jepang, hanya karena menolak Seikerei.

Seikerei adalah kegiatan yang harus dilakukan setiap pagi pukul 07.00, berupa gerakan membungkuk menghormat kepada Kaisar Jepang di Tokyo, dan ketaatan pada Dewa Matahari (Amaterasu Omikami). Bagi Hasyim Asyari hanya Allah yang patut disembah, bukan manusia atau matahari.

Keyakinannya untuk menolak Seikerei dan menghormati Kaisar Jepang tersebut, mengirimkan Hasyim Asyari ke tahanan. Selama di tahanan, Hasyim Asyari mengalami banyak penyiksaan fisik. Namun hal itu tidak menyurutkannya untuk tetap mempelajari Al Quran.



Selama berada di penjara, Hasyim Asyari tetap melantunkan ayat-ayat suci Al Quran, serta mengulang hafalan hadits-hadits dalam kitab Al-Bukhari. Putra KH Hasyim Asyari, KH Wahid Hasyim yang merupakan ayah dari KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), sempat mengungkapkan bahwa kondisi ayahnya sangat baik selama berada di penjara Jepang, karena bisa kembali mengkhatamkan Al Quran, dan Kitab Hadits Al-Bukhari berkali-kali.

Dipenjaranya Kiai Hasyim Asyari memantik perlawanan dari ribuan santrinya. Mereka ramai-ramai menggeruduk penjara Jepang di Jombang, sehingga Jepang terpaksa harus memindahkan ayah Kiai Wahid Hasyim itu ke Mojokerto.

Usai menjalani penahanan selama empat bulan, tepatnya pada tanggal 18 Agustus 1942, Hasyim Asyari dibebaskan karena banyaknya protes dari kalangan kiai dan santri. Bukan hanya itu, para tentara Jepang yang menangkapnya, juga meminta maaf kepada Hasyim Asyari.

Jepang menyadari pentingnya keberadaan KH Hasyim Asyari. Akhirnya Jepang mencoba membuka kran diplomasi dan melakukan politik kompensasi untuk menarik perhatian rakyat Indonesia. Bukan hanya dibebaskan dari penjara, KH Hasyim Asyari diangkat sebagai Shumubucho, atau Kepala Jawatan Agama yang dulunya dijabat oleh seorang Jepang Kolonel Horie.

KH Hasyim Asyari menerima tawaran Jepang, karena dinilainya lebih bijaksana daripada menolaknya. Alasannya sederhana, jika menolak bisa dianggap oleh Jepang sebagai sikap yang tidak mau kerja sama. Akan tetapi jabatan tersebut diserahkan kepada KH Wahid Hasyim, karena kondisi KH Hasyim Asyari yang tidak memungkinkan mondar-mandir Tebuireng-Jakarta, memangku pesantren.



Aksi teror dan pengerusakan secara fisik, bukan hanya dialami KH Hasyim Asyari pada masa pendudukan Jepang saja. Aksi teror dan mencari-cari kesalahan juga dirasakan KH Hasyim Ashara sejak masa pendudukan Belanda.

Intel Belanda pernah dengan sengaja mengirim seorang pencuri untuk membuat keonaran di Tebuireng. Pencuri tersebut tertangkap dan dihajar oleh para santri hingga tewas. Tewasnya pencuri tersebut, dimanfaatkan Belanda untuk menangkap Hasyim Asyari dengan tuduhan pembunuhan. Hasyim Asyari memahami dengan baik hukum-hukum Belanda, sehingga terlepas dari jeratan hukum.

Tak hanya sampai di situ saja, Belanda mengirimkan beberapa kompi pasukan untuk menghancurkan pesantren Hasyim Asyari. Akibat serangan brutal tersebut, bangunan pesantren yang baru berusia sekitar 10 tahun itu porak-poranda. Kitab-kitab dihancurkan dan dibakar.



Pesantren menjadi salah satu basis rakyat Indonesia, dalam melakukan perlawanan yang sangat kuat terhadap para penjajah sejak zaman Belanda, hingga Jepang. Para kiai dan pesantrennya sering menjadi sasaran tuduhan serta penangkapan.

Pada masa perang dunia ke dua, dan Jepang kalah dari sekutu. KH. Hasyim Asyari juga lembali berperan besar dalam mempertahankan kemerdekaan yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Dengan penuh keberanian, Hasyim Asyari menyerukan resolusi jihad, untuk melawan kembalinya penjajah Belanda, menguasai Indonesia.

Resolusi jihad KH Hasyim Asyari ini, juga menjadi pemompa semangat para pejuang untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia, melalui pertempuran besar di Surabaya, pada 10 November 1945.
(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1721 seconds (0.1#10.140)