Kisah Pendiri NU KH Hasyim Asyari Disiksa Tentara Jepang, Tangannya Dihantam Palu hingga Remuk

Sabtu, 12 Maret 2022 - 05:05 WIB
loading...
A A A
Selama berada di penjara, Hasyim Asyari tetap melantunkan ayat-ayat suci Al Quran, serta mengulang hafalan hadits-hadits dalam kitab Al-Bukhari. Putra KH Hasyim Asyari, KH Wahid Hasyim yang merupakan ayah dari KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), sempat mengungkapkan bahwa kondisi ayahnya sangat baik selama berada di penjara Jepang, karena bisa kembali mengkhatamkan Al Quran, dan Kitab Hadits Al-Bukhari berkali-kali.

Dipenjaranya Kiai Hasyim Asyari memantik perlawanan dari ribuan santrinya. Mereka ramai-ramai menggeruduk penjara Jepang di Jombang, sehingga Jepang terpaksa harus memindahkan ayah Kiai Wahid Hasyim itu ke Mojokerto.

Usai menjalani penahanan selama empat bulan, tepatnya pada tanggal 18 Agustus 1942, Hasyim Asyari dibebaskan karena banyaknya protes dari kalangan kiai dan santri. Bukan hanya itu, para tentara Jepang yang menangkapnya, juga meminta maaf kepada Hasyim Asyari.

Jepang menyadari pentingnya keberadaan KH Hasyim Asyari. Akhirnya Jepang mencoba membuka kran diplomasi dan melakukan politik kompensasi untuk menarik perhatian rakyat Indonesia. Bukan hanya dibebaskan dari penjara, KH Hasyim Asyari diangkat sebagai Shumubucho, atau Kepala Jawatan Agama yang dulunya dijabat oleh seorang Jepang Kolonel Horie.

KH Hasyim Asyari menerima tawaran Jepang, karena dinilainya lebih bijaksana daripada menolaknya. Alasannya sederhana, jika menolak bisa dianggap oleh Jepang sebagai sikap yang tidak mau kerja sama. Akan tetapi jabatan tersebut diserahkan kepada KH Wahid Hasyim, karena kondisi KH Hasyim Asyari yang tidak memungkinkan mondar-mandir Tebuireng-Jakarta, memangku pesantren.



Aksi teror dan pengerusakan secara fisik, bukan hanya dialami KH Hasyim Asyari pada masa pendudukan Jepang saja. Aksi teror dan mencari-cari kesalahan juga dirasakan KH Hasyim Ashara sejak masa pendudukan Belanda.

Intel Belanda pernah dengan sengaja mengirim seorang pencuri untuk membuat keonaran di Tebuireng. Pencuri tersebut tertangkap dan dihajar oleh para santri hingga tewas. Tewasnya pencuri tersebut, dimanfaatkan Belanda untuk menangkap Hasyim Asyari dengan tuduhan pembunuhan. Hasyim Asyari memahami dengan baik hukum-hukum Belanda, sehingga terlepas dari jeratan hukum.

Tak hanya sampai di situ saja, Belanda mengirimkan beberapa kompi pasukan untuk menghancurkan pesantren Hasyim Asyari. Akibat serangan brutal tersebut, bangunan pesantren yang baru berusia sekitar 10 tahun itu porak-poranda. Kitab-kitab dihancurkan dan dibakar.

Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1443 seconds (0.1#10.140)